"Walaupun di awal buruk, bukan berarti kedepannya akan terus buruk."
Seperti itulah prinsip yang Rafa tanamkan di dalam hatinya atas kejadian yang baru saja ia alami di hari pertama MPLS-nya. Ia selalu berusaha untuk beranggapan bahwa semuanya akan baik-baik saja, walaupun sebenanrnya ia sendiri tidak terlalu yakin. Faktanya kejadian yang tidak terduga telah terjadi, padahal baru saja memasuki gerbang masa SMA-nya, yang seharusnya di awali dengan kesan yang indah, malah sebaliknya. Tapi Rafa tetap berusaha untuk tidak terus-menerus memikirkan hal-hal buruk, Rafa tetap yakin di hari-hari berikutnya pasti akan ada hari yang indah yang akan ia rasakan di masa SMA-nya.
Saat Rafa & Rifa sedang berjalan hendak keluar dari gerbang sekolah, tiba-tiba Rifa berkata pada Rafa,
"Raf, kayanya kakak kelas yang tadi tuh orangnya baik ya, keliatan ramah juga, ga tengil dan jutek kaya kakak kelas yang lain."
Karena mendengar ucapan Rifa yang membicarakan tentang kakak kelas yang tadi mereka temui di UKS, Rafa langsung mengalami perubahan mood. Ibaratnya itu seperti seseorang yang baru saja mengalami kecelakaan motor, bukannya keadaan si pengendara motornya yang di utamakan dan di pedulikan, malah fokus pada motornya. Seperti itu yang Rafa sedang rasakan, dengan rasa jengkel Rafa berkata,
"Kamu tuh ya! bukannya mikirin sahabatnya yang abis pingsan, malah bahas kakak kelas yang baru aja kamu temuin, padahal tahu namanya aja enggak."
Rifa tiba-tiba menghentikan langkahnya lalu ia memegang lengan baju Rafa.
"Justru itu! ya harus cari tau!"
Rafa melepaskan tangan Rifa yang tadinya memegang lengan baju Rafa.
"Ngapain harus cari tau?! nanti juga ketemu lagi."
"Iya kalo ketemu lagi, kalo enggak?" ujar Rifa yang kemudian kembali bertanya.
"Yaudah sih, lagian ini baru hari pertama MPLS Rif, lagian gak mungkin juga kan, kamu ga akan sampe nekat rela jadi stalker cuma buat cari tau tentang dia."
"Ya iyalah Raf, aku ga akan se-lebay itu, aku cuma penasaran aja."
"Penasaran? kenapa penasaran??"
"Kali aja dia bisa nyaranin eskul yang bagus yang ada di sekolah ini, kan dia kakak kelas kita, OSIS juga."
"Kalo soal itu, nanya ke kakak kelas yang cewek juga kan bisa Rif."
"Emang kenapa kalo nanya ke kakak kelas yang cowok?" Rifa mengerutkan keningnya bertanya dengan rasa penasaran.
"Ya...gapapa sih."
"Ya pokoknya mau kakak kelas yang tadi, ataupun yang lain, yang penting ada kakak kelas yang bisa aku tanya-tanyain tentang eskul! oh ya Raf, kamu mau ikut eskul apa?."
"emm...belum tau."
"Kalo aku kayanya lebih pengen eskul vokal deh dari pada cheerleaders."
"Kenapa Rif? padahal di cheerleaders kamu cocok, tapi suara kamu memang lumayan bagus sih kalo lagi nyanyi, jadi vokalis band cocok kaya band-band Vierra, Geisha gitu yang vokalis-nya cewek."
"Ga kenapa-kenapa sih Raf, cuma lebih suka aja."
"Ooh gitu, ya aku sih bakal dukung-dukung aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
FIRST & LAST
Teen Fiction"Aku hanya tidak ingin terlihat lemah di depan perempuan yang aku suka!" Begitulah ucap Rafa Arata yang dengan gigihnya ingin selalu bisa menyenangkan hati pujaan hatinya. Apapun itu ia lakukan, meskipun sebenarnya ada suatu kendala besar yang ia mi...