Minggu pagi yang cerah, ada dua kebiasaan yang biasanya di lakukan oleh setiap orang saat di hari minggu, kebiasaan pertama adalah melakukan olahraga pagi dan yang kedua adalah kebiasaan menerapkan rumus legendaris yang hampir semua orang di dunia ini pernah melakukannya, rumus hari libur sama dengan bangun siang. Di saat sang mentari sudah menampakan sinarnya Rafa masih belum bangun, saat masih terlelap dalam tidurnya tiba-tiba handphone-nya berbunyi suaranya begitu kencang sampai-sampai membuatnya terbangun, Rafa membuka matanya, dengan kondisi nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul ke raganya Rafa langsung mengambil ponsel-nya yang di letakan di atas meja dekat lampu tidurnya. Rafa menggeser tombol berwarna hijau, tanpa melihat terlebih dahulu nama si penelepon ia langsung mengangkatnya,
"Halo."
"Halo Rafa, bentar lagi aku sampe rumah kamu."
"Hahh?? siapa ya?"
"Fia."
Rafa mengernyitkan dahi, lalu mengkedip-kedipkan kedua matanya, ia berpikir sejenak,
"Halo Raf."
"I...iya Fi? maksudnya tadi apa ya??
"Aku mau ke rumah kamu?"
"Hah? ke rumah?"
"Iyaa bentar lagi nyampe."
Mendengarnya, Rafa jadi kaget, ia membuka matanya dan membuka mulutnya lebar-lebar, karena saking kagetnya Rafa jadi tidak sengaja meninggikan suaranya, tubunya jadi refleks bergerak, dengan sigap ia langsung menegakan badannya mengubah posisi, menyenderkan punggunya ke tembok.
"SEKARANG??"
"Iya Raf, udah ya!"
"Fi tunggu du..."
Rafa belum selesai bicara tapi Fia menutup teleponnya begitu saja.
Tampak jelas ekspresi sebal begitu kelabu menyelimuti wajahnya, Rafa melemparkan ponsel-nya ke ranjang, ia kembali merebahkan tubuhnya menarik selimut yang biasa ia kenakan, Rafa kembali memejamkan mata, baru sebentar memejamkan mata, tiba-tiba ia mendengar suara bel pintu rumahnya berbunyi,
Ting tong ting tong..
"Assalamuaikum."
Ibu Rafa yang sedang berada di dapur berteriak kencang,
"RAFAAA BANGUUUN! SANA BUKAIN PINTUNYA! IBU LAGI BANTU BI ITOH BIKIN BUBUR."
Rafa langsung beranjak dari tempat tidurnya, berjalan pelan sambil menggucek-gucek matanya menuju pintu depan, sesekali ia menguap. Sesampainya Rafa langsung membukakan pintu,
"Walaikumsalam."
Sesaat setelah menjawab, pandangannya langsung terfokus pada gadis yang ada di depan matanya saat ini.
"Pagi Raf." Sapanya sambil tersenyum.
Fia sudah sampai di rumah Rafa, si pemilik rumah terheran-heran mengapa sepagi ini ia datang kemari, untung saja hari ini Rafa tidak ada jadwal terapi! Rafa berkata sambil menunjuk,
"Kamu..."
"Iya Raf, aku kesini mau ngasih materi EC yang sabtu kemaren Bu Karima kasih ada tugas juga."
Rafa menggaruk-garuk kepalanya
"Emmm......"
"Kamu tau rumah aku dari mana?"
Fia mengeluarkan HP-nya yang tadinya ia letakan di tas, menujukan pada Rafa sambil tersenyum,
"G-maps."
KAMU SEDANG MEMBACA
FIRST & LAST
Teen Fiction"Aku hanya tidak ingin terlihat lemah di depan perempuan yang aku suka!" Begitulah ucap Rafa Arata yang dengan gigihnya ingin selalu bisa menyenangkan hati pujaan hatinya. Apapun itu ia lakukan, meskipun sebenarnya ada suatu kendala besar yang ia mi...