Malam yang sangat berbeda, biasanya waktu malam adalah waktu yang selalu bisa membuat Rifa merasa tenang dan tentram, tapi kali ini tidak, dari siang tadi sampai sekarang Rifa merasa gelisah dan takut untuk menghadapi waktu malam tiba bahkan sampai tidak mau waktu di hari ini cepat berlalu karena Rifa benar-benar takut menghadapi Sang Ayah.
Sejak pulang sore tadi sebagian besar waktu Rifa habiskan hanya dengan mengurung diri di dalam kamar, Rifa kesulitan menenangkan dirinya sendiri, berbaring di atas ranjang, berjalan mondar mandir di sekitaran area dekat ranjang sambil mengigiti jari-jari kukunya tak jarang juga melihat ke jam dinding yang ada di atas salah satu sudut tembok kamarnya.
Jarum jam serasa bergerak dengan begitu cepat, saat Rifa sedang tengkurap dengan selimut yang hampir menutupi seluruh badannya, tiba-tiba terdengar suara,
tok tok tok tok tok
suara ketukan pintu terdengar dengan ritme yang cepat,
"Rifaa!" panggil Sang Ibu dengan suara yang cukup lantang tapi tidak di sertai dengan teriakan yang terlalu kencang.
Si gadis pecinta film fantasi itu membukakan pintu dengan pelan sambil sedikit menunduk,
Melihatnya Sang Ibu memarahi,
"Kamu tuh ya! bukan di bukain pintunya, Ibu ngetok-ngetok dari tadi!"
Rifa hanya diam tertunduk,
"Udah sana! Ayah kamu udah dateng, nungguin dari tadi!"
Sang Ibu pergi meninggalkan Kamar kembali ke Ruang Keluarga disusul dengan anaknya yang mengikuti dari belakang.
Selama berjalan keluar dari Kamar untuk menghadap ke Ayahnya, Rifa terus menunduk.
Rasa takut terus menggorogotinya, Rifa bahkan sampai takut melihat ke arah depan. Setelah beberapa menit berjalan saat sudah hampir berada di dekat kursi yang Ayahnya duduki Rifa mendengar suara,
"Rifa." Sang Ayah memanggil dengan suara yang tidak begitu kencang tapi terdengar lantang.
Serentak bulu kuduknya berdiri, suara Sang Ayah terdengar menyeramkan bagi Rifa, Si gadis pecinta film fantasi itu memberanikan diri menatap ke arah Ayahnya berada,
Sorot mata Sang Ayah terlihat tajam, melihatnya saja Rifa sudah bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya pada dirinya, ya, tentu saja akan meneriman luapan amarah,
"Sini duduk." Ucap Sang Ayah tegas.
Rifa hanya mengganguk lalu mendekat pelan dan duduk, Anak gadis dan Ayahnya kini sedang duduk saling berhadapan,
Sang Ayah menghela nafas lalu mengepalkan kedua tangannya, memejamkan mata sejenak kemudian kembali melihat ke Rifa, Sang Ibu yang berada di Sebelahnya terus melirik dan melihat ke Rifa secara bergantian,
"Jadii....kamu di skors??" tanya Sang Ayah ketus, terlihat jelas dari raut wajahnya seorang Ayah memendam rasa kesal yang semakin memuncak pada anaknya,
Rifa menunduk lalu mengangguk pelan,
Sang Ayah memegangi kepala lalu mengusap wajahnya dengan tangannya sendiri,
"Ayah ga pernah nyangka loh bakal dihadapkan sama situasi kaya gini, ga nyangka kamu bakal ngalamin masalah sampe harus diskors sama pihak sekolah." Tutur Sang Ayah meluapkan rasa kekecewaan pada putri semata wayang-nya.
Kedua mata Rifa mulai berkaca-kaca diam dan tertunduk mendengarkan Ayahnya yang merasa sudah dikecewakan olehnya.
"Ibu udah ceritain semuanya ke Ayah." timpal Sang Ibu.
"Ayah sama Ibu dari dulu udah sering bilang ke kamu, fokus Sekolah, belajar! ga usah urusin hal-hal ga penting yang ga perlu kamu urusin! terus kamu ngapain bisa ada di tempat kaya begitu?!" Cecar Sang Ayah dengan nada marah tapi berusaha menaham emosinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIRST & LAST
Teen Fiction"Aku hanya tidak ingin terlihat lemah di depan perempuan yang aku suka!" Begitulah ucap Rafa Arata yang dengan gigihnya ingin selalu bisa menyenangkan hati pujaan hatinya. Apapun itu ia lakukan, meskipun sebenarnya ada suatu kendala besar yang ia mi...