Sekolah yang masih sepi penghuni, suasana kelas yang masih begitu sunyi dengan sejuknya udara pagi dan tenangnya matahari yang menyinari telah menjadi pelengkap bagi Reta yang sedang memiliki suasana hati yang baik. Reta tersenyum melihat tulisan yang terpampang memenuhi papan tulis bertuliskan sepenggal kalimat yang sebenarnya begitu sederhana namun ia tahu ada ketulusan yang tersimpan di dalamnya "Maaf Ya! Janji ga akan gitu lagi!" di tulis dengan tulisan doodle yang begitu rapih dengan gambar- gambar bintang di sekeliling-nya ditulis dengan ukuran huruf yang besar, entah dari mana si pembuat tulisan doodle itu tahu Reta sangat menyukai bintang.
Tanpa berpikir, Reta bisa langsung tahu siapa dalang di balik semua ini, saat Reta hendak beranjak dari bangkunya, hendak menghapus tulisan yang memenuhi papan tulis itu, tiba-tiba ia mendengar suara langkah kaki yang ia duga sumbernya berasal dari lorong kelas, Reta menghiraukannya, berjalan ke arah depan, mendekati papan tulis, saat ia mulai menghapus, tiba-tiba ada yang memanggilnya,
"Reta."
Reta menoleh dengan tangan yang sedang menghapus tulisan yang ada di papan tulis. Ia melihat Adi yang sedang berdiri di dekat lawang pintu kelas yang sedari tadi telah terbuka, Reta memperhatikan Adi yang sepertinya sedang menyembunyikan sesuatu ditangannya, Reta menaruh penghapus, menghadap ke Adi, Adi mendekat ke Reta dengan tangan kanan yang ia sembunyikan dibalik punggungnya.
Saat Adi mendekat, Reta melangkah mundur, ia berkata dengan ekspresi yang gugup
"Ma...Ma.. mau apa lu?"
Adi tiba-tiba mengayunkan tangan kanannya, yang tadinya ia sembunyikan dibalik punggungnya, mengulurkan ke Reta. Pandangan mata Reta langsung terfokus melihat ke setangkai bunga mawar indah yang di genggam oleh Adi.
teman dekatnya sedari SMP itu sedikit menundukan kepalanya, dengan ekspresi malunya yang tampak lugu dan pandangan mata yang tidak menatap ke Reta, Ia berkata,"Emm.. gua gatau harus cari cara yang kaya gimana lagi biar lu maafin gua, gua memang udah kelewatan sih jailnya. gua minta maaf, tapi soal mau maafin apa engga itu terserah lu, yang penting..." Adi mengangkat kepalanya yang tadinya sedikit menunduk lalu menatap ke Reta, ia kembali meneruskan perkataanya, "yang penting jangan bete lagi ya, gua gak mau lu terus-terusan jadi bete gara gara gua."
Selama mendengarkan Adi berbicara, Reta terus memperhatikannya tanpa berkedip. Mendengarnya, Reta tersenyum, ia merasa senang.
"Jika terasa sulit meredam egonya, atau bahkan hingga kesusahan mendapatkan simpati darinya, setidaknya tetap berusaha agar bisa menyenangkan hatinya"
Pandangan mata Reta melirik ke bunga mawar dan Adi secara bergantian. Sebenarnya Reta termasuk tipe perempuan yang kadar gengsinya tinggi, ia tidak ingin terlihat begitu senang di hadapan Adi. Reta berusaha bersikap biasa saja. Reta mengambil bunga mawar itu, lalu berkata,
"Makasih."
Setelah berterima kasih, Reta keluar dari kelas meninggalkan Adi, Adi melihat ke arah Reta pergi sambil tersenyum, ia mengambil penghapus, lalu menghapus tulisan doodle yang ia buat.
....
.
.Rafa dan Rifa masih merasa canggung satu sama lain, tampaknya mereka masih malu karena kejadian kemarin, khususnya Rifa, bukan hanya malu, ia juga kesal, bagaimana bisa tidak kesal?! karena kejahilan sahabatnya itu Rifa jadi tidak bisa menikmati popcorn yang sudah susah payah ia buat. Mereka berjalan berendengan tapi tanpa saling bicara, saat sedang berjalan Rafa tiba-tiba menarik tangan Rifa, langkah Rifa jadi terhenti, Rafa memanggilnya,
KAMU SEDANG MEMBACA
FIRST & LAST
Teen Fiction"Aku hanya tidak ingin terlihat lemah di depan perempuan yang aku suka!" Begitulah ucap Rafa Arata yang dengan gigihnya ingin selalu bisa menyenangkan hati pujaan hatinya. Apapun itu ia lakukan, meskipun sebenarnya ada suatu kendala besar yang ia mi...