Semenjak Rafa mengetahui fakta yang ia dengar sendiri saat di rumah sakit beberapa waktu yang lalu, setiap harinya ia terihat makin murung, tapi ia tetap melakukan pengobatan seperti biasanya. Rifa sebagai sahabatnya bingung, apa yang terjadi padanya? setiap ia menanyakan pada Rafa, Rafa tidak pernah sekali pun memberitahunya, ia kembali ke pribadinya yang semula, malah semakin tertutup, bahkan tidak antusias bermain dengan Rifa.
Di jam istirahat Rafa hanya sendirian di kelas, tidak makan, pergi ke kantin, ataupun bersua dengan teman-teman disekitarnya. Saat Rifa dan teman-teman sekelasnya berjalan hendak menuju kantin, melewati kelas Rafa, Rifa melihat Rafa hanya duduk termenung di bangkunya menunduk sambil memain-mainkan alat tulisnya. Langkah Rifa terhenti dan ia menepuk pundak salah satu teman sekelasnya.
"Aku ke kelas Rafa dulu ya! kalian duluan aja, nanti aku nyusul."
"Ok!" sahut salah satu temannya.
Rifa pun menghampiri Rafa yang sedang melamun.
"Raf! Rafaa!" Rafa pun masih diam saja, karena kesal Rifa pun mengetuk-ngetuk dengan kencang dan cepat meja Rafa.
"RAFAAA!"
Rafa pun kaget, dan ia tidak sadar bahwa dari tadi didekatnya sudah ada Rifa yg menghampirinya.
"Rifa? kamu kapan kesininya?"
"Ihh, kamu tuh ya, kamu kenapa diem aja sih, gak jajan? emang bawa bekel? temen temen sekelas kamu pada di luar kamu malah sendirian di sini."
"Engga bawa, pengen disini aja."
"Udah bareng temen-temen aku aja, ayo!" seru Rifa sambil menarik tangan Rafa.
"Duh, mau kemana sih Rif?" Rafa bertanya dengan ekspresi yang masih murung.
"Kantin!" jawab Rifa menatap Rafa sambil tersenyum.
- - - - - - - - - - ******** - - - - - - - - - -
Saat di kantin, Rafa masih tidak banyak bicara, padahal teman-temannya termasuk Rifa yang duduk disampingnya asyik berbincang-bincang.
"Rafa kamu kenapa sih?!" tanya Rifa sambil menyenggol Rafa.
"Tau nih! Kenapa sih Raf?!" sahut salah satu teman sekelasnya Rifa yang sebenarnya tidak begitu akrab dengan Rafa tapi Rifa selalu cerita tentangnya.
"Gapapa, aku ke kelas duluan ya!"
"yaudah." Jawab Rifa.
Di jalan menuju pulang Rafa dan Rifa berjalan berendengan tanpa saling berbicara, tiba-tiba Rifa menghentikan langkahnya dan memanggil Rafa yang sedang berjalan.
"Rafa!"
Rafa menghentikan langkahnya dan berbalik ke arah Rifa.
"Apa Rif?"
Rifa pun berjalan mendekat ke arah Rafa.
"Aku gatau kamu tuh kenapa, abisnya kamu ga ngejawab-jawab tiap aku nanya, tapi jangan sedih terus dong! waktu aku pertama pindah kesini kamu memang pendiem tapi lama-lama kamu udah ga diem lagi, kita maen bareng, ketawa-ketawa, aku udah seneng kita akrab. Tapi sekarang kamu jadi pendiem lagi, jangan jadi pendiem lagi ya! harus berubah! harus mau ikut maen bareng-bareng ama yang lain juga! kalo sekarang kamu bilang mau, aku kasih es krim taro kesukaan kamu, di rumah aku ada! baru dibeliin ibu aku!"
mendengarnya, Rafa jadi tersenyum.
"Iya deh."
"Bener ya??! jangan jadi malu-malu lagi! ga boleh dieman!"
Rafa lllllmengganguk, dan Rifa pun tersenyum senang karena sahabatnya sudah tidak sedih lagi.
"Kita ke taman situ bentar yuk, ada banyak bunganya!" seru Rifa sambil menunjukkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIRST & LAST
Teen Fiction"Aku hanya tidak ingin terlihat lemah di depan perempuan yang aku suka!" Begitulah ucap Rafa Arata yang dengan gigihnya ingin selalu bisa menyenangkan hati pujaan hatinya. Apapun itu ia lakukan, meskipun sebenarnya ada suatu kendala besar yang ia mi...