- Misunderstanding -

17 5 1
                                    

Sudah jatuh tertimpa tangga pula, memang menyedihkan tapi kenyataannya seperti itulah yang tengah Rifa alami baru saja beberapa hari yang lalu Rifa mengalami kesialan terjebak di Gudang Sekolah karena oknum yang tak bertanggung jawab menguncinya dengan motif yang belum diketahui, kini di hari yang seharusnya menjadi salah satu hari yang menyenangkan untuk Rifa malah jadi sebaliknya dari sekian banyaknya hari yang di lalui mungkin Rifa menganggap ini akan menjadi yang terburuk.

Melihat rekan band sekaligus adik kelasnya itu di lempari telur oleh beberapa orang yang bergabung di jajaran penonton, Yazi, Niko, Sandy dan Erfan langsung berhenti memainkan alat musik yang mereka gunakan masing-masing empat personil Kalunan band itu langsung melindungi Rifa yang terus-menerus di lempari telur. Erfan menghadang dengan cara berdiri tepat di belakang Rifa dengan Yazi, Niko dan Sandy di sisi kiri dan kanan Erfan melirik ke Rifa tambatan hatinya itu terus menangis tertunduk sambil memegangi kepala, matanya menyala rasa kesalnya sudah tak dapat di bendung lagi,

“Berhentiii!! Pinta Erfan seraya merentangkan kedua tangannya kedepan.

“Woy! stoop!” seru Sandy dengan lantang.

“Udaah! Berhentii!” ucap Yazi dan Niko dengan kompak.

“BERHEEENTIIII!’

Erfan benar-benar marah tapi komplotan kurang ajar itu terus melempari telur bahkan hingga ada yang melemparkan sebotol minuman tanpa tutup, si Ketua OSIS SMA Tunas Bangsa itu mengepalkan tangannya tampak jelas garis urat yang muncul di sekitar tangannya tatapan matanya berapi-api,

“STOOP!!!

Melihat kekacauan yang terjadi Para Panitia acara langsung mengamankan situasi mereka langsung menindaklanjuti kelompok penonton yang membuat onar itu. Sang MC langsung menghandle jalannya acara karena susana yang tak kunjung kondusif mereka terpaksa menghentikan penampilan band yang di gawangi oleh Rifa, Niko, Yazi dan Sandy itu.

Sesampainya di backstage Reta dengan sigap membantu Rifa menuntunnya  ke Toilet untuk bersih-bersih, Rafa dan Adi begitu tercengang melihat Rifa mereka berdua merasa iba sekaligus kesal mengapa nasib buruk harus menimpa temannya itu padahal baik Rafa, Reta maupun Adi paham betul Rifa bukan tipe orang yang suka membuat masalah dengan orang lain. Sementara itu Erfan dengan sigap di temani Niko bergegas pergi meninggalkan Gedung untuk membeli baju baru karena dari atasan sampai bawahan baju Rifa menjadi sangat kotor akibat kekacauan tadi.

Beberapa menit kemudian Erfan dan Niko kembali dengan membawa baju satu setel  yang baru saja di beli, berkat bantuan Reta melalui ponsel Rifa mereka bisa cepat memilih baju yang tepat untuk Rifa kenakan sebagai baju pengganti, Erfan bergegas menghampiri Reta yang sudah menunggu di dekat pintu Toilet wanita setelah menyerahkan Reta kembali masuk ke Toilet dan Erfan kembali ke backstage.

Tak akan pernah ada asap jika tak ada api begitulah cara Rafa dan Adi menyimpulkan gumpalan-gumpalan masalah yang terus Rifa alami semua pasti ada sebabnya, layaknya air yang mengalir sudah pasti di sebabkan karena adanya mata air, bahkan buru-burung yang bermigrasi berpindah dari satu sarang ke sarang yang lainnya saja ada alasannya, untuk rentetan masalah yang menimpa Rifa tidak mungkin terjadi begitu saja tanpa dilandasi oleh alasan.
Saat para gadis sedang berada di Toilet para pria masih berkumpul di backstage ada yang sedang saling berbincang ada juga sibuk dengan ponselnya, khususnya Rafa dan Adi teman satu sekolah sedari SMP itu seperti memiliki sebuah telepati sehingga memiliki pemikiran yang sama, mereka saling melirik satu sama lain keduanya sedang merasa jengkel jangankan mood yang bagus untuk sekedar tersenyum pun mereka merasa sangat malas keduanya sama-sama kesulitan menahan kekesalan.

Bak detektif yang bisa mengetahui dalang  dibalik peristiwa yang telah terjadi Rafa terus memperhatikan Erfan yang sedang berbincang begitu juga Adi yang bahkan tatapan matanya seperti memberikan sinyal ingin menelan mereka.

FIRST & LAST   Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang