Pagi hari dengan keadaan langit yang kelabu sama seperti perasaan Rafa yang sedang abu-abu tak berwarna dan terasa hampa, seandainya Rafa bisa memilih untuk tidak pergi ke Sekolah dan tetap menempel di kasurnya mungkin sudah ia lakukan, tapi nyatanya memang mustahil, semalas apapun Rafa akan tetap bersekolah, jika tidak, bisa saja dalam sekejap ranjangnya berubah jadi kolam air mini dadakan karena Sang Ibu yang akan terus menyiraminya dengan sebaskom air.
Life must go on! walaupun ada ganjalan di hati, hari tetap harus di lewati tak mungkin terus menyesali, bersedih hati pada kisah kemarin yang sudah terjadi, hanya bisa menjalani sebaik mungkin sambil menanti akan datangnya hari yang lebih cerah dari sinar pelangi, tidak hanya sebagian besar orang yang berpikiran seperti itu tapi Rafa juga.
Rafa dan Rifa kembali akrab seperti semula mereka pun kembali pergi ke Sekolah bersama, meski udara pagi ini jelas-jelas terasa begitu dingin cerobohnya si anak tunggal dari keluarga Arata itu malah lupa membawa jaket ia baru mengingatnya saat sudah turun dari Bus dan sampai di SMA Tunas Bangsa.
Saat dua sahabat sejoli itu baru saja sampai di depan pintu gerbang sudah ada Fia yang bersandar di tembok dekat gerbang sambil memainkan ponselnya, dengan instingnya yang super canggih ia bisa langsung merasakan keberadaan Rafa, fia menaruh ponsel ke dalam tasnya lalu memanggil Rafa,
"Raf."
Fia menghampiri Rafa yang sedang mendekat ke pintu gerbang.
"Ya, Fi?"
"Eh, hai, Rif!" sapa Fia pada Rifa sambil tersenyum.
"Eh, Fia."
Fia langsung memalingkan wajahnya dari Rifa dan kembali menatap Rafa.
"Udah belajar kan buat tes hari ini?"
Rafa mengangguk,
"Udah."
"Sama aku juga udah."
"Ya, apapun hasilnya yang penting udah usaha sih Fi."
Fia tersenyum, setiap perkataan yang di lontarkan Rafa selalu bisa membuat hatinya tenang.
"Rifa melihat ke Fia dan Rafa secara bergantian, ia merasa bingung,
"Tes? tes apaan ya? emang ada ulangan? pelajaran apa??" tanya Rifa heran.
"Tes di klub ekskul Rif, bukan pelajara kelas, jadi Englis Club lagi ada seleksi, yang berhasil dapat nilai paling tinggi di tesnya nanti jadi perwakilan buat ajang lomba." Tutur Fia menjelaskan.
"Wahh!" Rifa menatap ke Rafa, "Kamu ikutan? pasti lolos deh! kenapa ga cerita-cerita?!"
"Emang kamu ada waktu buat denger cerita aku?" bukan menjawab Rafa malah menanya balik dengan tatapan malas mendengarnya membuat Rifa terdiam.
Fia melirik sejenak ke Rafa, Rifa meneguk air liur, ia mengangkat sejenak kedua pundaknya.
" Ya aku..."
Saat Rifa baru mulai berbicara tiba-tiba ada yang memanggilnya,
"Rifa."
Rifa, Fia dan Rafa serempak menoleh ke sumber suara. Ketiga murid yang berada di Kelas yang sama itu melihat Sang gitarist band Sekolah setengah berlari mendekat sambil tersenyum lebar,
"Aku ada kabar bagus loh!" ujar Erfan lalu melihat ke Fia dan Erfan.
"Eh, Rafa sama..." Erfan memicingkan matanya.
"Fia, Kak." Seru si pemilik nama.
"Ohh Fia."
"Kabar apa, Kak?" tanya Rifa.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIRST & LAST
Teen Fiction"Aku hanya tidak ingin terlihat lemah di depan perempuan yang aku suka!" Begitulah ucap Rafa Arata yang dengan gigihnya ingin selalu bisa menyenangkan hati pujaan hatinya. Apapun itu ia lakukan, meskipun sebenarnya ada suatu kendala besar yang ia mi...