Hidup itu sebenarnya sederhana, ingin terus meratapi luka yang di rasa sehingga menimbulkan kesedihan yang tak kunjung mereda, atau mencoba perlahan melupakan dengan berpegang teguh pada keyakinan, percaya akan datangnya sesuatu yang indah di hari esok? tampaknya Rafa termasuk orang yang lebih memilih opsi yang kedua.
Waktu sudah menunjukan pukul 06.33 Rafa baru saja selesai mengenakan seragamnya, sambil menyoren tasnya ia pun langsung menuju ke ruang makan untuk sarapan. Sesampainya ia melihat ke semangkuk oatmeal yang sudah disediakan di atas meja makan, ia melihat ke makanan yang termasuk ke dalam kategori menu sarapan itu dengan malas, bola matanya memutar lalu bergumam,
"Ga ada nasi goreng gitu??"
Ya, manusia memang sering kali memiliki rasa jenuh, sama halnya dengan Rafa, selayaknya deburan ombak di laut yang sulit di hitung karena seringkali datang mendekat ke tepian, Rafa pun merasa kesulitan untuk menghitung sudah ke berapa kalinya ia memakan oatmeal setiap pagi, saking seringnya jadi merasa bosan.
Anak tunggal dari keluarga Arata yang berkulit putih itu langsung duduk di bangku meja makan, mengaduk-ngaduk oatmeal dengan malas, lalu ia melihat ke sebelah kananya, sudah ada handphone buku beserta alat tulis yang tergeletak diatas meja, sepertinya Ibunya sudah terlebih dulu menyantap sarapannya, matanya berkeliling ke berbagai arah, seperti sedang mencari celah agar bisa berkutik, Rafa langsung beranjak dari kursi, sambil kembali menyoren tasnya ia berkata,
"Ibu! Bibi! berangkat yaa! assalamualaikum."
"Ya den! walaikumsalam." Balas Bi Itoh
Mendengarnya, Ibu Rafa yang sedang berada di dapur bersama Bi Itoh langsung menghampirinya,
"Walaikumsalam, sarapannya udah di habisin kan??" tanya Sang Ibu sambil berjalan ke ruang makan.
"Mau beli nasi uduk!" teriak Rafa yang sedang memakai sepatu di dekat pintu depan rumah.
"Hah??!" mulutnya terbuka lebar, lalu melihat ke semangkuk oatmeal yang masih utuh. Sang Ibu tercengang melihatnya lalu menggerutu,
"Itu oatmeal kok ga di makan??! dasar tuh anak yaa!"
Walaupun Rafa tipe orang yang kurang percaya diri, tapi ia termasuk orang yang memiliki moto hidup "keberuntungan tidak hanya datang pada satu hari saja"
dengan keyakinannya yang tidak sampai seratus persen, ia percaya apa yang dialami kemarin bukanlah akhir, karena baginya akan ada hal-hal yang menyenangkan yang sedang menantinya di hari-hari berikutnya, ia berpikir, meskipun belum bisa mengutarakannya, setidaknya masih bisa terus bersama perempuan yang ia sukai itu, dengan begitu saja sudah bisa membuatnya senang.Sesampainya di Sekolah saat sedang berjalan menuju lorong kelas, Rafa berkata pada Rifa,
"aku ke kantin yaa! belum sarapan nih! kamu duluan aja ke kelas Rif."
"Ok."
Karena rasa lapar sudah tak terbendung, Rafa langsung bergegas menuju kantin.
Saat sedang memakan nasi uduk di kantin, tiba-tiba disebelahnya ada Adi yang duduk dan mulai memakan nasi kuning yang di pesannya,"Raf."
"Hmm?" Jawab Rafa sambil mengunyah makanannya.
"Gua lagi heran."
"Heran?" tanya Rafa bingung sambil memicingkan matanya ke Adi.
"Si Reta marah lagi sama gua."
"Ya lu jail mulu."
"Kali ini engga!" bantah Adi sambil mengetuk meja dengan tangannya.
"Lah terus?"
Adi memutar-mutarkan garpunya, mencoba berpikir,
KAMU SEDANG MEMBACA
FIRST & LAST
Teen Fiction"Aku hanya tidak ingin terlihat lemah di depan perempuan yang aku suka!" Begitulah ucap Rafa Arata yang dengan gigihnya ingin selalu bisa menyenangkan hati pujaan hatinya. Apapun itu ia lakukan, meskipun sebenarnya ada suatu kendala besar yang ia mi...