Sudah dua hari belakangan ini Rifa tidak berbicara padanya, Rafa merasa sangat kesal tapi mencoba mengalihkan pikirannya menyibukan diri dengan kegiatan klub ekskulnya tapi di imbangi dengan sadar diri akan kondisi kesehatannya, anak tunggal keluarga Arata itu berangkat dan pulang Sekolah hanya seorang diri tanpa Rifa sahabat semasa kecilnya yang biasanya selalu bersama dengannya. Tampaknya Rifa benar-benar marah padanya karena biasanya jika sedang bertengkar mereka masih tetap bersama-sama tidak ada salah satu dari mereka yang menjauh seperti sekarang.
Pagi hari Saat sedang berjalan mendekati pintu gerbang Sekolah yang sudah semakin dekat Rafa sedikit menundukan kepalanya sedang memikirkan bagaimana cara membuat Rifa mengerti bahwa yang sahabatnya kira itu hanyala kesalahpahaman semata, saat masih sedang berjalan Rafa tiba-tiba menghentikan langkahnya, Rafa teringat sesuatu, ia mengambil ponsel yang di letakan di dalam tasnya lalu mengecek sesuatu, melihatnya Rafa menepuk jidatnya,
"Siaal! kenapa sampe lupa?!"
Rafa baru teringat akan sesuatu yang tadinya akan ia selesaikan tapi malah jadi tertunda karena terua memikirkan kesalahpahaman yang terjadi dengan dirinya dan Rifa.
Menunggu waktu yang tepat adalah jalan satu-satunya yang harus diambil olehnya, Rafa kembali berjalan sambil terus menatap ponselnya sesaat setelah memasuki area Sekolah saat hendak melewati Pos Satpam ia mendengar suara, seperti seseorang sedang menggerutu, Rafa menoleh ke sumber suara,
"Kenapa bisa sampe ceroboh sih lu Aseep!!" Gerutu Pak Satpam pada dirinya sendiri.
"Kalo sampe dipecat anak bini nanti makan apaa!"
"AHH!" Teriak Pak Satpam seraya memukul meja.
Melihatnya Rafa merasa iba, ia mendekat lalu menyapa,
"Pak."
"Eh, Dek."
"Pak Asep kenapa? pagi-pagi udah keliatan kesel, ga biasanya."
"Soal temen kamu yang ke kunci di gudang kemaren itu masih berlanjut, Bapak belum nemu pelakunya." Ungkapnya dengan lemas.
"Terus gimana, Pak?"
"Saya juga bingung, Pak Kepsek tetep pengen terus diusut pelakunya karena dari dulu SMA Tunas Bangsa ga pernah sampe kecolongan kaya begini, baru pas Bapak jadi Satpam aja, Satpam lain belum pernah."
"Apa ga bisa diliat dari CCTV?"
" Pas di cek Area belakang Gudang CCTV nya ternyata rusak."
"Duh, berabe urusannya."
"Iya dek, kalo sampe ga ketemu terus dalangnya yang ada gaji Bapak tar dipotong kemungkinan terburuknya bisa sampe di pecat."
"Sampe segitunyaa?!" tanya Rafa seraya melebarkan matanya.
"Iyaa! pusing Bapak deek!"
Rafa berpikir berusaha mencari cara,
"Emm.... saya boleh liat gak rekaman cctvnya?"
"Kan ini kejadiannya di Gudang! CCTV yang deket gudang rusak! gimana bisa mastiinya?!"
"Kita liat rekaman cctv yang lain! kali aja ada yang janggal."
"Boleh sih, tapi sekarang jam..." Pak Satpam melihat ke jam tangan yang di kenakannya."
"Jam masuknya masih lama Pak! ini masih pagi! Ayoo!"
"I..i..iya ayo!" Pak Satpam beranjak dari kursi yang sedari tadi di dudukinya, mengambil topi langsung mengenakannya.
Mereka pun bergegas pergi untuk mengeceknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIRST & LAST
Teen Fiction"Aku hanya tidak ingin terlihat lemah di depan perempuan yang aku suka!" Begitulah ucap Rafa Arata yang dengan gigihnya ingin selalu bisa menyenangkan hati pujaan hatinya. Apapun itu ia lakukan, meskipun sebenarnya ada suatu kendala besar yang ia mi...