- Unbelieveable -

2 1 0
                                    

Siang perlahan mulai berubah menjadi sore yang terik, si Anak tunggal dari Keluarga Arata sedang membaca salah satu buku novel yang di bawakan oleh Ibunya lengkap dengan Infusan, selang panjang yang tertancap di tangan kirinya, botol infusan yang di gantungkan ke penyangganya bak teman yang selalu setia menemaninya menghadapi rasa sepi yang sangat menggerogoti, bahkan Rafa sampai sudah kesulitan menghitung sudah hari ke berapa ia terjabak dalam Ruang yang sama ini juga sudah berkawan dengan yang namanya rasa bosan.

Saat tengah fokus dengan apa yang sedang di baca tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamarnya,

tok tok tok tok tok

"Masuk aja." Ucap Rafa datar.

Rafa melihat ke pintu yang terbuka,

"Rafaa!" Serempak ke-empat teman Sekelasnya memanggil.

Rafa mengerjapkan mata sejenak, ia terkejut dengan kedatangan teman-teman sekelasnya.

"Kalian kok bisa ada disini?"

Sang Suster yang berada di belakang ke-empat teman Rafa tersenyum memperhatikan,

"Sus, maaf bisa tolong ambilin kursi buat temen-temen Saya?"

"Baik, Dek sebentar ya."

Sang Suster meninggalkan Ruangan lalu kembali sambil membawakan beberapa kursi yang di bawa dengan satu tumpukan lalu langsung menjejerkan dekat ranjang yang Rafa tempati,
"Saya permisi dulu ya, dek."

"Iya makasih ya, Sus." Jawab Rafa tersenyum.

Pandangan mata ke-lima anak remaja yang mengenyam pendidikan di Sekolah yang sama itu mengarah pada Suster yang izin pamit meninggalkan Ruangan.

Setelah Sang Suster pergi Adi, Reta, Bayu dan Fia kembali melihat ke Rafa lalu berjalan mendekat ke Ranjang langsu duduk di masing-masing kursi yang sudah di sediakan.

"Kalian....ga Sekolah?!" tanya Rafa keheranan, sambil melihat  ke satu persatu teman-temannya yang baru datang itu.

"Lagi ada acara di Sekolah Raf, jadi ga belajar tapi ada pameran-pameran, bazar-bazar sama gerak jalan sehat, kita udah izin ke Guru kok buat pulang duluan" Jawab Fia agar Rafa tidak mengira ia dengan teman-temannya bolos.

Rafa mengangguk-angguk.

"Lu tuh kenapa sih, Raf?! ngabarin dikit ke kita kan bisa! hape lu gak di gadein kann?!! kelamaan di Rumah Sakit jangan sampe lu jadi lupa kalau sekarang tuh udah jaman canggih! tinggal pake hape! ga usah kaya jamannya Emak Bapak kita jauh-jauh nyari Wartel abis udah nemu terus ngantri, harus gantian pakenya cuma buat teleponan sekian menit doang! segitu susahnya?! apa hape lu pakenya koin bukan pulsaa??!!" baru bertemu tapi tanpa basa-basi Adi langsung mengomeli Rafa dengan satu tarikan nafas.

Rafa sedikit menunduk sejenak mengalihkan pandangan ke arah samping,

"Lu maen ngegas aja di! baru juga dateng." Timpal Reta menepuk kencang pundak Adi.

"Aduuh!" Adi memegangi pundaknya, "iya sorry!"

"Kalian tahu darimana kalau..."

"Kalau apa? kalau kamu di rawat inap disini??" sanggah Fia bisa menerka yang ingin Rafa tanyakan,
"kita bisa tahu karena kan pernah jenguk kamu waktu beres lomba EC, jadi ya mikirnya kamu ada di Rumah Sakit ini yang udah pernah kita datengin." Tutur Fia dengan logis menjelaskan.

"Makes sense banget kan kita?! lu nya aja yang ga terus terang!" ucap Bayu sedikit kesal pada Rafa.

"Udah pokoknya yang penting sekarang kita udah dateng kesini jenguk lu, dan...ada satu persoalan lagi." Ucap Reta sambil mengacukan jari telunjuknya.

FIRST & LAST   Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang