- I Think This Is The Right Time -

80 5 1
                                    

Kini Rafa menyadari bahwa di dunia ini penuh dengan hal-hal yang tak terduga, tidak pernah menyangka dengan apa yang sedang ia lihat dengan mata kepalanya sendiri, apakah memang semua yang terjadi di dunia ini hanyalah kebetulan semata? tapi apa memang benar semua hal itu ada hanya karena kebetulan? hingga kini Rafa pun masih belum bisa memahaminya.

Ia melihat Erfan, kakak kelasnya yang sudah sering ia jumpai baru saja keluar dari Ruang Dokter dengan ekspresi yang terlihat penuh dengan amarah, sorotan matanya begitu tajam, Rafa tetap menghalangi Bi Itoh dengan cara memegangi tangannya untuk mencegahnya mendekati Ruang Dokter, beruntungnya jarak Rafa dan Bi Itoh dengan Ruang Dokter belum terlalu dekat dan Erfan pun tak menyadari adanya Rafa, setelah kakak kelasnya pergi Rafa dan Bi Itoh bergegas masuk ke ruangan itu, Bi Itoh mengetuk pintunya lalu Sang Dokter berkata dengan nada pelan,

"Silahkan masuk."

Saat Rafa dan Bi Itoh masuk, mereka melihat kondisi ruangan yang jauh dari kata normal tidak terlihat seperti biasanya, meja yang sangat berantakan, barang-barang yang tergeletak di lantai,
hampir mirip seperti keadaan kios yang baru saja di obrak-abrik oleh preman bayaran penagih hutang yang biasa ada di adegan cerita-cerita sinetron yang memiliki jumlah episode yang panjang melebihi panjangnya rel kereta.

Rafa dan Bi Itoh terus melihat ke sekitar, terlihat kacau dan tidak semestinya, lalu mereka melihat Sang Dokter yang sedang menundukan kepalanya dengan tangan menutupi muka, dengan nada ragu Rafa berkata,

"Permisi Dok."

Sang Dokter melihat ke Rafa, tampak jelas kegelisahan terpancar dari raut wajahnya,

"Silahkan duduk."

Sang Dokter mempersilahkan duduk, Rafa dan Bi Itoh langsung duduk di kursi yang tersedia,

"Maaf atas kekacauan yang anak saya buat."

Mendengarnya, Rafa langsung tercengang, matanya menyala,

"Anak???"

Rafa melihat ke arah samping lalu memi cingkan matanya, mengkerutkan kening seperti sedang memikirkan sesuatu lalu Sang Dokter kembali berkata,

"Ya, seharusnya anak dari seorang Dokter tidak bersikap seperti itu, saya memang tidak pandai dalam mendidik anak."

"Tidak boleh berkata seperti itu." Timbal Bi Itoh.

"Seburuk apapun keadaan pasti akan bisa berubah, bukan tindakan yang tepat jika sebagai orangtua terus menyalahkan diri sendiri, lebih baik berusaha mencari cara agar dapat merubah sikap buruknya."

"Ya terimakasih sarannya, memang keluarga kami sedang bermasalah."

Sang Dokter beranjak dari kursi, mulai merapihkan meja yang berantakan dan menaruh kembali barang-barang yang berjatuhan, melihatnya Rafa dan Bi Itoh langsung membantu,

"Dok." Sahut Rafa

"Ya?"

"Apa kita tunda aja kemonya hari ini di ganti ke hari lain?"

"Saya tidak apa-apa kok dek Rafa, yasudah saya telepon suster dulu ya untuk membantu kita."

Rafa mengangguk, Sang Dokter pun segera menelepon salah seorang Suster yang ada di Rumah Sakit itu, setelah Suster datang mereka pun memulai terapinya.

Keesokan harinya di pagi hari saat Rafa dan Rifa baru saja tiba di Sekolah, dua sahabat sejoli itu berjalan berendengan sambil berbincang,

"Eh Raf, nanti sore aku mau ke acara kumpul-kumpul klub ekskul aku."

"Ooh hari ini?"

Rifa mengangguk sambil tersenyum,

"Tapi hari ini kita ga pulang bareng ya."

FIRST & LAST   Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang