Langit biru yang tidak berawan, matahari yang tak kunjung menampakan sinarnya menjadi teman yang mengiringi langkah Rafa selama di perjalanan pulang dari tempat pemakaman ke Rumahnya.
Sesampainya di Rumah setelah membuka pintu Rafa langsung mengucapkan salam,
"Assalamualaikum."
"Walaikumsalam." Jawab Bi Itoh yang sedang memberi makan ikan hias milik majikannya.
Rafa melepas sepatu dan menaruhnya ke rak, dengan muram ia berjalan langsung mengarah ke kamarnya tapi saat sedang
berjalan Rafa melihat Bi Itoh yang sedang memberi makan ikan hias yang tinggal tersisa satu ekor milik Ibunya, Rafa mendalekat ke Bi Itoh,"Bi." Rafa memanggil seraya mengulurkan tangannya.
Bi Itoh menoleh, lalu Rafa mencium tangannya,
"Eh, Den, nanti pas masakan udah siap, langsung makan yaa!"
Rafa langsung meninggalkan Bi Itoh, mengabaikannya dan langsung melangkah ke arah kamar.
Melihatnya Bi Itoh terheran-heran, baru kali ini ia di abaikan saat sedang berbicara oleh anak dari majikannya, Bi Itoh menaruh makanan ikan di atas meja lalu bergegas menuju Dapur untuk memasak.
Lain halnya dengan Rafa, Reta, teman sekelasnya sedang di buat kesal oleh seorang laki-laki yang baginya adalah yang paling menyebalkan di bumi ini, ya! tentu saja yang dimaksud itu Adi.
Di dekat pintu pagar Rumahnya sambil menatap ke layar ponsel dengan tangan kiri yang terus menggerakan kipas tangan ke wajahnya, Reta menggerutu,
"Mana sih nih anak??! bilangnya jam 9, dah lewat setengah jam belum nongol juga!"
Lalu terdengar suara motor, dengan mata jelinya Reta langsung menatap ke arah motor melaju, hanya dengan melihat sekejap Reta bisa langsung menduga itu adalah Adi, ya karena tentu saja Reta sudah hafal rupa dari motor yang biasa di kendarai Adi, si Gadis cerdik itu menatap sebal motor Adi,
Adi menurunkan standar motornya lalu melepas helm dan menaruhnya dengan cara mengaitkan ke kaca spion,
"Hei Ret! yuk!" ajaknya dengan polos tersenyum lebar tanpa merasa bersalah.
"YUK YAK YUK MATA LU!!"Gertak Reta seraya menjitak kencang kepala Adi.
"AWWW!" Lirih Adi kesakitan seraya mengusap-usap kepalanya.
Reta terus menatap dengan tajam, ia merasa sangat kesal,
"Apa-apaan sih lu Ret! gua baru sampe malah mukul kepala gua!"
"Liat jam!" pinta Reta memelototi sambil menunjuk ke jam tangan yang Adi kenakan.
"Jam?" tanya Adi bingung.
Si anak laki-laki yang hobi bermain basket itu mengikuti perintah Reta,
"ANJIIRR JAM SETENGAH 10 LEWAAT!" Kagetnya dengan mulut menganga.
"Ngerti kan sekarang kenapa gua marah?!"
Adi melihat ke Reta, menatapnya dengan murung ia menyadari kesalahannya,
"Maaf ya Ret!" Ucapnya sedikit menundukan kepala dengan merapatkan kedua telapak tanganmya, Adi meminta maaf.
"Lu tuh kebiasaan!" Ucap Reta kesal, ia menjewer kencang telinga Adi.
"AAA! SAKIT RET! KAN GUA DAH MINTA MAAF!'
"TAU AHH! AYO CEPET JALAN MANA SINI HELM NYA!"
"Iya bawel!" jawab Adi mengejek.
Adi mengambil helm di bagasi motornya lalu menyerahkan pada Reta, setelah mengenakan helm dan menaiki motor dua remaja yang sudah berteman sejak SMP itu bergegas pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIRST & LAST
Teen Fiction"Aku hanya tidak ingin terlihat lemah di depan perempuan yang aku suka!" Begitulah ucap Rafa Arata yang dengan gigihnya ingin selalu bisa menyenangkan hati pujaan hatinya. Apapun itu ia lakukan, meskipun sebenarnya ada suatu kendala besar yang ia mi...