Di siang hari matahari begitu terik, terdengar setiap sudut sekolah suara-suara riuh para siswa yang sudah keluar dari kelasnya masing-masing ada yang berkumpul di taman sekolah, kantin, asyik bermain bola basket, dan hal-hal lainnya, bahkan ada beberapa siswa yang memilih berada dalam keheningan di Perpustakaan, suasana istirahat di sekolah tampak berwarna.
Tapi berbeda dengan Fia, di hari itu, sepengakuan teman satu klubnya Dewi, teman sekelasnya sedari SMP itu, semenjak mereka menjajakan kaki di kantin, ia selalu memergoki Fia yang terus terdiam, melamun sambil menopangkan dagunya dengan kedua lengannya.
Saat telah selesai memesan makanannya di kantin, Dewi meperlambat langkahnya mengendap-ngendap mendekati Fia dari arah belakang, ia menepuk punggung Fia begitu kencang dengan suara yang juga kencang,
"FIAAA."
Fia terkejut,
"AAA..."
Dewi yang berhasil mengkagetkannya jadi tertawa,
"Haha, lagian dari tadi lu ngelamun, ngelamunin apaan sih? aneh gua model anak kaya lu punya masalah." Ujar Dewi yang kemudian duduk dibangkunya.
Fia menoleh padanya,
"Iya wi lagi ada masalah."
Mendengarnya, Dewi memicingkan matanya, menatap ke Fia dengan ekspresi yang penuh dengan rasa penasaran.
"Masalah apa?"
"Masalah cinta." Ucap Fia dengan ekspresi sedikit muram.
Dewi yang baru saja mendengar jawaban dari Fia yang baginya terdengar begitu melankolis, seketika ekspresinya mendadak berubah, kedua bola matanya berputar ke samping lalu kembali menatap Fia, menghela nafasnya lalu berkata,
"Soal itu lagi?" tanya Dewi yang tampak sudah tahu penyebab gundahnya teman sedari SMP-nya itu.
Fia mengangguk-anggukan kepalanya.
"Yaelahh, kan gua udah bilang udah mending gausah, nih ya! setau gua, kabarnya Rafa itu punya sahabat, kalo ga salah Rifa namanya, mereka tuh kemana-kemana selalu bareng, banyak anak-anak kelas 10 yang udah tau soal itu."
"Iya gua tau, gua juga sekelas sama dia."
Lalu ada Ibu kantin yang datang menghampiri meja Fia dan Dewi, ia menaruh makanan yang mereka pesan sambil berkata,
"Nasi goreng sosis, sama Siomay kan?"
Dewi menggangguk,
"Makasih Bu."
"Iya makasih juga."
Ibu kantin itu langsung pergi meninggalkan mereka. Dewi kembali membuka pembicaraan,
"Ya terus? kalo lu udah tau? buat apa di pikirin? gua udah peringatin ya! ga akan ada ruang buat lu, mereka udah sedekat itu, bisa aja sebenernya udah pacaran."
Fia tampak geram dengan perkataan Dewi ia menatap Dewi dengan serius.
"Belum, gua tau mereka belum pacaran."
"Ya terus??" tanya Dewi heran.
Fia mulai memakan makanannya begitu juga dengan Dewi, sesaat setelah selesai satu suapan, ia kembali menatap Dewi, begitu juga dengan Dewi kembali melihat ke arahnya, Fia berkata,
"Lu pasti tau kan, pepatah 'sebelum janur kuning melengkung' ?"
Sambil mengunyah makanan Dewi mengangguk,
"Nah itu dia! berarti sebelum mereka resmi pacaran, gua masih ada kesempatan dong?" Seru Fia yang kemudian tersenyum.
Dewi menelan makanannya, mengambil segelas minuman yang ada di dekatnya ia meminumnya, lalu berkata,
KAMU SEDANG MEMBACA
FIRST & LAST
Teen Fiction"Aku hanya tidak ingin terlihat lemah di depan perempuan yang aku suka!" Begitulah ucap Rafa Arata yang dengan gigihnya ingin selalu bisa menyenangkan hati pujaan hatinya. Apapun itu ia lakukan, meskipun sebenarnya ada suatu kendala besar yang ia mi...