Part 27

2.5K 149 13
                                    

Niel yang biasanya tegas, berwajah dingin dan berwibawa itu pun kini mulai menunjukkan sifat aslinya ketika melihat orang yang di sayanginya terluka. Ia rapuh, mata nya sendu, seakan pikirannya kosong harus memikul beban untuk melindungi keluarganya dari musuh yang berkeliaran di sana yang ingin menghancurkan keluarga juga perusahaan milik keluarga besar mereka.

"Maafkan Abang dek, belum bisa menjagamu sampai kamu terluka seperti ini" lirih Niel sambil menundukkan kepalanya

🌲🌲🌲🌲🌲🌲🌲🌲🌲🌲🌲🌲

"Menangislah jika itu membuatmu merasa nyaman dan mengurangi beban di pundakmu. Menangis bukanlah hal yang memalukan, itu hal yang wajar dan manusiawi. Di depan lawan bisnismu dan musuhmu kita memang harus menunjukkan kalau kita kuat agar kita tak mudah untuk dijatuhkan, namun ketika berada di sekitar orang-orang terdekatmu maka berbagilah. Berbagilah segala keluh kesahmu dan bahagiamu, walaupun mereka tak bisa menghilangkan bebanmu namun setidaknya mereka sedikit mengurangi bebanmu" ucap Nia tiba-tiba dengan lembut sambil mengusap pelan pundak Niel.

Niel yang tak menyadari kehadian Nia pun tersentak kaget dengan usapan dan ucapan Nia pun mendongakkan kepalanya, menatap bola mata hitam pekat milik Nia yang memancarkan sebuah ketulusan. Niel pun tanpa sadar tersenyum tipis dan itu di sadari oleh Nia.

"Terimakasih" ucap Niel singkat dengan tersenyum tipis

"Sama-sama" balas Nia sambil tersenyum manis dan secara reflek Niel memeluk Nia dan bahunya mulai bergetar seiring dengan isakan yang terdengar dari Niel. Nia yang tiba-tiba di peluk pun secara reflek menyeimbangkan tubuhnya agar tak terjatuh kemudian mengusap lembut punggung Niel seolah memberi kekuatan

"Nyaman" batin Niel sambil memejamkan matanya menikmati usapan lembut di punggungnya

"Aku hanya kalut dengan pikiranku. Nyawa orang-orang yang aku sayangi terancam terutama orangtuaku. Sebenarnya menjaga adik-adikku bukanlah suatu beban untukku, namun aku hanya takut tidak melindungi mereka dengan baik apalagi aku harus membagi pikiranku dengan perusahaan dan keamanan orang-orang terdekatku" ucap Niel lirih dengan keadaan masih memeluk Nia dengan erat

"Aku tak tahu harus membantumu bagaimana, yang jelas aku akan berusaha untuk selalu ada di samping kalian karena aku juga sudah pernah merasakan arti kehilangan jadi aku tak mau orang terdekatku merasakan hal sama yang kurasakan. Berbagilah denganku, anggap saja aku buku diary mu atau sahabat tempat menumpahkan segalanya bukan sebagai kolega bisnismu" ucap Nia sembari melepaskan pelukan Niel kemudian menghapus jejak air mata Niel yang membasahi pipinya dengan ibu jarinya.

"Aku berharap lebih dari sahabatmu Nia. Entah sejak kapan perasaan ini muncul, namun perasaan nyaman ini yang ku tahu melebihi rasa nyaman dan sayang sebagai sahabat" batin Niel

Niel pun hanya menganggukkan kepalanya pelan dan tersenyum tipis.

"Terimakasih, telah mendengarkan keluh kesahku" ucap Niel pelan kemudian kembali duduk di samping brankar Cello dan Nia pun duduk di samping Niel sambil memainkan hp nya.

Tak selang berapa lama, Cello pun tersadar namun ia mengeluh mual dan pusing.

"A-bang" lirih Cello. Niel dan Nia pun langsung berdiri

"Cello..." Panggil Niel pelan karena Cello terlihat menutup mata kembali sambil meringis menahan sakit. Karena tak mendapat jawaban dari Cello, Niel pun memencet tombol darurat diatas brankar tempat tidur Cello.

"Sebentar ya dek, dokter akan segera datang" ucap Niel yang memegang tangan Cello dan Nia juga mengusap lengan Niel karena melihat Niel yang terlihat panik

Namun ternyata sebelum dokter datang, Cello...


Maaf kalau ada tulisan yang typo 😊

See you next chapter ❤️

THE TWINS BROTHER MAFIA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang