Part 49

1.9K 124 16
                                    

Nio, Alin, dan gadis kecil itupun menuju ke kedai es krim. Tak ada percakapan diantara mereka selama dalam perjalanan menuju kedai es krim itu. Sesampainya disana mereka langsung memesan es krim dan duduk di kursi dekat jendela.

"Ini anak siapa?" Tanya Nio berbisik kepada Alin yang duduk disebelahnya, sedangkan Nio memangku gadis cilik yang sekarang duduk dengan antengnya menanti es krim

"Aku juga nggak tahu. Tadi ada nenek-nenek yang menitipkan bocah ini ke aku, tapi setelah menunggu hampir 3 jam nenek itu nggak balik-balik. Terus waktu aku cek saku rok yang dipakai ada surat berisi untuk menitipkan anak ini ke pantiasuhan kalau memang aku nggak mampu untuk merawatnya" jelas Alin juga dengan pelan

"Terus loe gimana? Mau rawat ini anak atau loe titipin ke pantiasuhan?" Tanya Nio setelah terdiam beberapa saat untuk mencerna penjelasan dari Alin

"Gue juga bingung, gue nggak tega kalau nitipin dia di panti. Tapi kalau gue rawat takutnya dia juga kesepian kalau gue tinggal-tinggal" cerita Alin. Tumben banget nih Nio dan Alin akur diskusi kaya gini wkwkwk

"Mending..." Ucapan Nio pun terpotong karena pelayan yang mengantarkan pesanannya. Gadis kecil itu pun seketika menatap es krim itu dengan mata berbinar yang membuatnya terlihat menggemaskan

"Ini pesanannya tuan, nona" ucap pelayan itu

"Terimakasih" balas Alin dan diangguki pelayan itu, kemudian pergi

"Mari kita makan es krim baby" seru Alin kepada gadis cilik itu

"Ya.... Ya... Mm es clim" seru gadis cilik itu dengan gemasnya

Mereka pun makan es krim dengan saling melemparkan candaan yang membuat mereka seperti keluarga yang harmonis.

"Kalau anak ini kita bawa terus kita jadiin anak angkat gimana menurut loe?" Tanya Nio setelah menyelesaikan acara makan es krim nya

"Kita? Kok anak angkat sih? Adik angkat dong" ucap Alin heran dengan pernyataan Nio

"Gue pengennya jadi anak bukan adik. Gue, adik udah punya. Gue maunya jadi anak" ucap Nio dengan seriusnya

"Jangan bercanda deh. Udahlah pokoknya akan jadi adik kita, terserah mau diasuh aku atau loe. Eh..." Ucap Alin dan langsung teringat akan sesuatu

"Bentar... bentar... tapi kan ini yang nemuin nih anak kan gue, kok jadi kita berdua yang urus, harusnya kan cuma gue" ucap Alin setelah tersadar dengan apa yang sebenarnya ia lakukan

"Nggak ada. Pokoknya ini akan jadi anak kita, gue nggak mau tau dan nggak ada penolakan. Dan loe mulai sekarang, calon istri gue" ucap Nio dengan tegasnya sambil menatap Alin, sedangkan gadis kecil itu hanya diam saja seakan tak mengerti apa yang tengah dibicarakan dua manusia dewasa itu

"Ngg..." Ucapan Alin pun langsung terpotong oleh perkataan Nio

"Udah gue bilang nggak ada penolakan. Gue mau satu bulan lagi kita nikah. Loe nolak, gue bakalan paksa dan kurung loe dirumah gue sampai loe mau nurutin apa yang gue mau" ucap Nio dengan tegas dan datar, sedangkan Alin hanya menatap cengo perkataan Nio. Ia terdiam mematung dengan pernyataan itu. Ia bingung dan takut kalau Nio sebenarnya hanya bercanda atau kasihan terhadap anak kecil yang ia temukan karena tak mendapatkan kasih sayang dari orangtuanya

"Huft... Okte fine, gue mau" ucap Alin pelan

"Semoga ini keputusan yang tepat, Tuhan. Aku sebenarnya nyaman dan sayang sama kamu, tapi aku masih takut kalau kau hanya menyayangiku sesaat" batin Alin

"Apa tadi, sayang?" Goda Nio

"Tau ah, ngeselin" balas Alin menunduk malu

"Jangan nunduk dong, nanti mahkotanya jatuh" ucap Nio lembut dan diangguki oleh Alin

"Anak ini siapa namanya?" Lanjut tanya Nio yang daritadi lupa untuk menanyakan hal ini

"Di surat itu tak ada penjelasan tentang namanya" jawab Alin sambil berpikir

"Gimana kalau namanya Salia Quensha Rexon" saran Nio

"Emm... Bagus sih namanya, tapi apa tak apa jika pakai marga keluargamu?" Tanya Alin

"Apa kamu lupa sayang, kalau dia anakku? Hmm" jawab Nio dengan datar

"Mampus, gue lupa kan dia calon suami gue. Alamat ngambek nih orang, mana sekarang mukanya datar banget lagi. Eh tapi kan biasanya gue nggak takut sama dia, kok sekarang jadi takut sih. Alin... Alin... Mana keberanian loe" batin Alin yang berperang dengan pikiranny

"Maaf. Aku lupa, aku ikut saja denganmu" ucap Alin

"Good girl, jadilah penurut baik selama disisiku maupun ketika tak bersamaku" ucap Nio dan diangguki oleh Alin

"Aku akan membawa dan memperkenalkan Lia pada keluargaku. Aku juga akan membicarakan tentang pernikahan kita pada mereka" ucap Nio sambil terus menepuk-nepuk pelan punggung Lia yang tertidur dipangkuannya

"Baiklah, ku harap semuanya akan lancar sesuai dengan apa yang kita harapkan" ucap Alin sambil tersenyum manis kepada Nio

"Ayo pulang" lanjut Alin dan diangguki oleh Nio. Nio dan Alin pun pulang ke mansion keluarga Rexon untuk membahas tentang semua yang sudah mereka rencanakan tadi, tak lupa dengan si kecil Lia yang tertidur pulas di gendongan calon Daddynya.


Part ini khusus untuk Nio dan Alin aja yak...

Di tunggu vote nya, biar author makin semangat update nya 😊

See you next chapter ❤️

THE TWINS BROTHER MAFIA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang