Part 46

2K 133 17
                                    

Mereka semua pun pergi ke rumah sakit untuk membawa mama Tian, tentunya dengan beberapa mobil yang sudah disiapkan bodyguard twins. Sesampainya di rumah sakit, mama Tian langsung dibawa ke ruang UGD, mereka menunggu dengan harap-harap cemas.

🌲🌲🌲🌲🌲🌲🌲🌲🌲🌲🌲🌲🌲

"Loh Cello, Cella... siapa yang sakit?" Tanya seorang dokter yang hendak keluar dari ruang sebelah UGD menyapa mereka, yang tak lain adalah dokter Alin

"Itu kak, mamanya temen aku" jawab Cello

"Emangnya gejala sakitnya apa kalau boleh tahu?" Tanya dokter Alin sambil menghadap mereka semua yang ada disana

"Sering sesak nafas dan pusing dok. Sudah lumayan lama sakitnya, tapi ketika diberi obat sesak atau pusing sakitnya berkurang" jelas papa Tian, Ardi

"Oh... Ya sudah kita tunggu dulu hasil pemeriksaan dari dokternya" ucap dokter Alin dan diangguki semuanya

Tak berapa lama, dokter yang memeriksa mama Tian pun keluar.

"Keluarga pasien?" Tanya dokter itu

"Saya dok, saya suaminya" jawab pak Ardi

"Begini pak. Setelah kami periksa, istri anda menderita asma yang sudah lumayan parah. Pasien tidak bisa menghirup asap pekat atau bau-bau yang terlalu menyengat. Pasien juga mempunyai darah tinggi, apabila terlalu banyak pikiran dan stress membuat migrain nya kambuh" jelas dokter itu

"Untuk saat ini lebih baik pasien rawat inap di rumah sakit, untuk besok sudah bisa pulang. Untuk obat yang harus dikonsumsi apabila kambuh juga sudah saya resepkan, namun apabila sesak nafasnya kembali dimohon untuk memberikan oksigen tabung dulu untuk tindakan awal" lanjut dokter itu

"Baik dok, terimakasih" ucap pak Ardi, dokter itu pun meninggalkan mereka

"Lebih baik kalian pindah tempat tinggal saja om, Tian. Bukan maksud saya untuk menyinggung atau bagaimana, namun tempat itu tak baik untuk kesehatan Tante dan kedua adikmu tian" ucap Cello hati-hati

"Maaf nak, tapi om belum punya uang untuk sewa rumah yang lebih layak untuk kami tinggali" ucap pak Ardi sambil mengelus rambut anak bungsunya yang berumur 5 tahun itu

"Bagaimana kalau om dan keluarga tinggal di rumah kami. Kebetulan ada rumah kami yang kosong di dekat sekolah bang Tian dan kami. Rumah itu tak ada yang menempati sudah lama, nanti kami akan meminta ijin ke orangtua kami agar kalian bisa menempati rumah itu" saran Cella

"Tak usah Cello, Cella. Kalian udah banyak membantu keluarga kami, bahkan biaya rumah sakit ini pun kami belum bisa mengganti" ucap Tian tak enak

"Udahlah bang terima aja ya? Kami kan sudah bilang kalau kalian keluarga kami, ini kan juga untuk kesehatan Tante dan adik-adik kita" ucap Cella lagi

"Lebih baik kalian terima saja saran Cella. Itu akan lebih cepat memulihkan kesehatan pasien dan mencegahnya untuk kambuh kembali. Aku yakin orangtua Cello dan Cella takkan keberatan akan hal itu selama kalian takkan menghianati kepercayaan mereka untuk menjaga rumah itu" ucap dokter Alin yang sedari tadi hanya diam

"Baiklah kami akan menempati rumah yang kalian maksud. Namun, nanti kalau om sudah ada uang om akan bayar untuk biaya sewanya ya nak" ucap pak Ardi

"Tak usah dipikirkan om, yang penting kesehatan Tante dulu" ucap Cello, kemudian Cello memberitahu kepada mommy nya lewat telefon dan menceritakan semuanya dari awal agar tak terjadi hal-hal tak diinginkan kedepannya

"Om dan keluarga sudah bisa menempati rumah itu hari ini. Lebih baik salah satu dari kita ada yang menunggu Tante disini, untuk yang lainnya bisa langsung ke rumah itu dan membereskan beberapa barang kalian" ucap Cello setelah kembali dari menelfon mommynya

"Baik terimakasih nak. Biar om yang menjaga istri Om dan Tian serta kedua adiknya yang akan langsung ke sana biar mereka juga bisa membereskan dan istirahat" ucap pak Ardi

Mereka pun bergegas pergi ke rumah itu kecuali pak Ardi yang harus menjaga istrinya dan dokter Alin yang harus pulang ke rumahnya.

"Wow... Ini bagus banget kak" ucap adik Tian yang berumur 11 tahun yang bernama Fajar setelah mereka keluar dari mobil

"Iya kak, ini besar banget" ucap adik Tian yang paling kecil, Mei dengan mata yang berbinar

"Apa ini nggak terlalu berlebihan Cello, Cella? Ini terlalu mewah, bahkan rumah kami dulu sebelum papa di pecat pun ini lebih mewah" tanya Tian

"Tidak ada yang terlalu mewah untuk keluarga kami" ucap Cello tegas dan hanya diangguki pasrah oleh Tian kemudian menyusul ke dua adiknya yang sudah berjalan masuk bersama Cella

"Terimakasih kakak cantik dan kakak ganteng" ucap Mei sambil tersenyum manis setelah selesai berkeliling rumah, atau malah bisa disebut mansion

"Sama-sama sayang. Kalau gitu aku dan bang Cello pamit pulang ya. Oh ya bang Tian, di garasi ada mobil dan motor yang bisa digunakan kalau ada perlu keluar. Kami pamit dulu ya bang, dek" pamit Cella dan Cello

"Huft... Makasih ya Cello, Cella" Ucap Tian pasrah dengan apa yang Cello dan Cella berikan karena mau menolakpun mereka pasti punya seribu alasan agar Tian mau menerima pemberian mereka

Skip keesokan harinya

Mamanya Tian sudah pulang ke rumah yang diberikan keluarga Cello dari rumah sakit dengan dijemput oleh Tian. Orangtua Tian masih tak menyangka kalau rumah yang dimaksud mereka adalah mansion bukan rumah biasa. Orangtua tian sudah menghubungi keluarga Cello tentang ini namun mereka tetep kekeh atas pendiriannya alhasil keluarga Tian pun pasrah dan menerimanya.

Hari ini adalah hari Minggu, Niel dan Nio pun sudah kembali dari luar negeri. Saat ini mereka sedang berkumpul di ruang keluarga, semua tampak bercanda seperti keluarga harmonis. Tanpa mereka sadari ada seseorang yang sedang mengawasi mereka.

"Mereka adalah keluarga yang baik dan harmonis. Mungkinkah aku bisa bersama dengan orang yang kucintai dan membangun keluarga seperti mereka? Bahkan perbedaan aku dan dia sangat jauh, aku sangat sulit untuk menggapainya. Aku bagaikan butiran debu diantara dunianya" batin seseorang




See you next chapter ❤️

THE TWINS BROTHER MAFIA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang