Selama beberapa hari setelah kehadiran Draco di rumah. Beatrix menjadi lebih bahagia dan banyak bicara. Itu juga membuat Lucius dan Narcissa tampak senang bisa melihat keponakannya menjadi senang berkat Draco.
"Bee," panggil Draco di depan kamar sepupunya, pada hari yang entah keberapa dia di rumah.
"Masuklah, Draco," kata Beatrix.
Draco membuka pintunya, kemudian dia masuk.
"Ada apa, Draco?" tanya Beatrix, yang sedang bergulat dengan bukunya.
"Bee kok belajar sih? Ini kan musim panas," kata Draco, duduk di kasur di sebelah sepupunya.
"Draco, aku harus pintar. Tahun keduaku di rumah, aku akan ke sekolah tahun ketiga, Draco. Aku harus bisa masuk dengan nilai yang tinggi," Beatrix menjelaskan.
Draco mendengus.
"Lebih baik, Draco ikut aku belajar aja," kata Beatrix, menarik tangan sepupunya untuk memegangi buku yang dibacanya.
"Huft..."
"Jangan ngeluh," kata Beatrix. "Kita belajar sama-sama."
"Musim panasku...," rengek Draco.
Beatrix tertawa pelan. "Kau masih ada waktu cukup lama sebelum masuk sekolah, Draco sayang...," katanya.
"Ck," decak Draco. "Ehm... Bee..."
"Yes?"
"Apa kau mau ikut membeli perlengkapan sekolahku untuk tahun depan?" tanya Draco.
Beatrix menatap Draco dalam-dalam.
"Aku harus bertanya dengan Ayah dan Ibu dulu. Aku kan mantan penjahat sekaligus pembu—"
"Beatrix bukan seperti itu," sela Draco tegas, dia menyingkirkan buku itu. Kemudian kedua tangannya menangkup wajah sepupunya. "Beatrix bukan penjahat dan bukan pembunuh."
Beatrix hanya tersenyum tipis.
"Jangan ungkit masa lalu itu. Sekarang Beatrix sudah bebas. Beatrix harus bisa mengontrol emosi agar kejadian itu tidak terulang," Draco menegaskan.
"I can't do it, Draco," desah Beatrix. "Emosiku sangat sulit dikendalikan. Aku tidak bisa— tidak bisa—"
"Kau harus bisa," kata Draco meyakinkan. "Aku tidak mau kau masuk ke tempat itu lagi. Aku kesepian tanpamu, Beatrix. Rumah ini terlalu besar untukku seorang diri. Aku perlu teman sepertimu. Aku membutuhkanmu di sisiku."
"Draco."
"Ayo semangat, Beatrix," kata Draco. "Kumohon..."
Beatrix terdiam, matanya berkaca-kaca memandang sepupunya.
"Bee..."
"Baiklah," kata Beatrix akhirnya. "Aku akan mencoba mengendalikannya. Aku akan mencoba, Draco. Demi sepupuku yang tampan."
Draco terkikik kecil. "Aku memang tampan," katanya, sembari mengusap mata sepupunya yang berair itu. "Dan sepupuku ini adalah gadis tercantik di dunia sihir."
Beatrix menaikkan sebelah alisnya. "Are you kidding me?" katanya.
"Not," kata Draco, menggeleng pelan.
"Aku memiliki rambut seperti kain pel. Wajahku seperti tengkorak. Dan aku mengerikan, menyeramkan," kata Beatrix.
"Tidak, tidak, tidak," kata Draco cepat. "Kau tidak seperti itu. Kau cantik. Dan aku sepupumu bersumpah akan melindungimu dari orang-orang yang mengejekmu."
"Draco," desah Beatrix tak menyangka. "Terima kasih banyak."
Draco tersenyum, dia mendekap sepupunya. Mengusap punggungnya dengan lembut, dan berbisik di telinganya, "Aku bersumpah akan melindungimu, Beatrix. Kau sepupuku yang aku sayangi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Beatrix Lestrange [END]
Fantasy꧁_[DRAMIONE]_꧂ Beatrix Rodolphus Lestrange adalah putri semata wayang dari Rodolphus Lestrange dan Bellatrix Lestrange (née Black). *Terkadang tidak ada sangkut pautnya dengan alur cerita Harry Potter* Penasaran dengan kisahnya? Yuk, baca. Jangan lu...