Chapter 45

371 62 13
                                    

Draco membuka pintu rumah sakit dengan tak sopan. Madam Pomfrey menggerundel marah. Tapi Draco langsung membeku ketika melihat atensi sepupunya tengah terbaring tak berdaya di bangsal.

"BEE!" teriaknya histeris, dia berlari ke bangsal. Meraih tangan sepupunya yang sedikit dingin. "Bee, apa yang terjadi padamu?! Jangan tinggalkan aku, Bee! BEE BANGUN!"

Madam Pomfrey hendak memarahinya, tapi tak jadi ketika Draco menangisi sepupunya yang tak kunjung bangun.

Dumbledore, Crabbe, dan Goyle berdiri diam memandangi mereka. Madam Pomfrey berbisik kepada mereka bertiga, memberitahukan hal yang sebenarnya terjadi.

"Bee!!!" Draco mengguncang tubuh sepupunya dengan pelan, dia belum siap ditinggal sepupunya. Dia menyayangi sepupunya.

Pendengaran Beatrix mulai samar-samar. Dia mendengar teriakan memilukan dari suara yang sangat familiar di telinganya. Dia masih sangat mengantuk, matanya tak sanggup membuka, dia ingin tidur lagi.

Tapi suara-suara teriakan memilukan dan isakan terdengar semakin lama semakin jelas di telinganya. Apakah ada yang meninggal? Siapa?

Beatrix membuka matanya dengan perlahan, rasa kantuknya menghilang ketika menyadari siapa yang berteriak.

"D–Draco..."

Draco menarik kepalanya dari tangan sepupunya yang digenggamnya. Dia sedang mengecup punggung tangan itu. Mata abu-abunya berair, wajahnya sedikit merah.

"Bee!" serunya, langsung mendekap sepupunya erat. "Bee, masih hidup? Oh, syukurlah, aku panik sekali."

Beatrix mengernyitkan dahinya. Dia kan hanya tidur, kenapa sepupunya sedramatis ini? Dia mengalihkan pandangannya ke kiri, di sana ada Dumbledore, Madam Pomfrey, Crabbe, dan Goyle.

Dumbledore tampak geli melihat mereka, terutama Draco yang sejak tadi tak mau mendengarkan penjelasan Madam Pomfrey atau dirinya.

"Draco, kau kenapa?" tanya Beatrix bingung. Matanya membulat ketika melihat sepupunya habis menangis. "Kau kenapa?"

"Ermm—well, aku kira kau sudah...," Draco mendesis, suaranya sedikit serak.

Beatrix tertawa, membuat Draco memerah karena malu. Anak berambut platinum itu mengusap wajahnya dengan lengan jubahnya, sementara anak berambut keriting tertawa terbahak di atas bangsal.

"Ssstttt...," Madam Pomfrey mendesis marah.

Beatrix memelankan suaranya, lalu menangkup wajah sepupunya. "Draco, apa kau tidak memeriksa denyut nadi dan jantungku? Astaga, kau payah sekali, malah menangis begitu...," katanya geli.

Draco semakin merah padam. Dia kan panik sekali, mana wajah sepupunya itu pucat. Kan dia berpikir bahwa sepupunya telah—telah tiada.

"But—aku menyayangimu, Draco. Jangan menangis lagi, aku baik-baik saja. Aku hanya meminum Dreamless Sleeping Potion. Aku perlu tidur untuk menjernihkan pikiranku," Beatrix meneruskan.

"Kenapa—kenapa tak ada yang mengatakannya kepadaku?" tanya Draco kepada orang-orang yang berdiri di hadapannya.

"Kami sudah berusaha menjelaskan, tapi kau tak mau mendengarnya, Mr. Malfoy," jawab Dumbledore geli.

Crabbe dan Goyle mengangguk setuju. Mereka ingin tertawa, tapi tak jadi ketika melihat Draco menjadi kesal.

"Jadi—jadi semua yang kulakukan sia-sia hanya untuk mencarimu?" Draco menggeram kepada sepupunya. Mata abu-abunya menatap sepupunya tajam.

"Aku mana tahu kalau kau mencariku," kata Beatrix, memasang wajah tanpa dosa.

"Sudah dua jam kau tidak kembali dari kantor Kepala Sekolah!" kata Draco kesal. "Bagaimana mungkin aku tidak mencarimu? Aku panik!"

Beatrix Lestrange [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang