Chapter 12

771 117 43
                                    

"BEATRIX LESTRANGE!" teriak McGonagall, suaranya sudah diperkeras dengan sihir.

Seluruh orang di dalam Aula menoleh mencari-cari anak yang bernama Beatrix Lestrange itu. Tetapi tak ada, hanya satu anak kelas satu yang tadi dipanggil paling terakhir.

Tetapi kemudian Lucius dan Beatrix muncul di ambang pintu ganda. Semua kepala tertuju kepada mereka berdua. Lucius dan Beatrix sama-sama mengangkat kepalanya tinggi-tinggi. Angkuh.

"Dia si pembunuh itu?"

"Kudengar dia bebas."

"Wajahnya cekung sekali, pastilah Dementor menghisapnya."

"Dia sepupu Draco Malfoy?"

"Kudengar semua keluarga Lestrange ada di Azkaban."

"Seharusnya anak itu juga di Azkaban selamanya."

"Dumbledore gila, memasukkan orang gila itu di sini."

"Semua orang yang ada di Azkaban kan menjadi gila."

"Dan kenapa pula dia diundang masuk ke sekolah ini?"

"Apakah Dumbledore kehilangan kewarasannya?"

"Lestrange berbahaya."

Bisik-bisik terus mengiringi mereka berdua hingga mereka tiba di tengah Aula. Tempat penyeleksian tampak sangat jauh sekali.

"Shut up! SHUT UP!" raung Beatrix tak tahan. Padahal tinggal beberapa langkah lagi dia dan pamannya sampai. Dia berbalik badan, menatap tajam keempat meja itu secara bergantian.

Aula Besar langsung sunyi senyap. Lucius terlonjak kaget, tetapi dia masih bisa menguasai diri.

"DIAM! Hentikan bisik-bisik itu!" teriak Beatrix keras sekali. Kepalanya bergetar saking marahnya. "Maju ke sini dan hadapi aku! Aku tak butuh suara bisikan kalian! Aku selalu dengar! Aku selalu tahu! Telingaku sangat tajam!"

Lucius menahan Beatrix yang hendak melangkah mendekati setiap orang.

"HADAPI AKU SEKARANG!" teriak Beatrix, tak memedulikan pamannya. Emosinya telah mengendalikan dirinya. "KATAKAN DI HADAPANKU! JANGAN SEPERTI PENGECUT!"

Sunyi. Tak ada suara selain kemarahan si gadis Lestrange itu. Semua anak tampak ketakutan sekaligus memandang cemas ke arah Beatrix.

"Beatrix!" kata Lucius pelan. "Don't do it. Rileks..."

Beatrix tak mendengarkan. Kepala bergerak dari kiri ke kanan dengan sangat pelan, mata gelapnya mengawasi anak-anak dengan sangat tajam siap membunuh.

"Tak ada yang mau mengatakan di hadapanku?" cibirnya. "Hanya berani di belakangku? Bahkan murid kelas yang lebih tinggi sekalipun? Menjijikkan!"

"Beatrix!" kata Lucius, menahan pundak keponakannya agar tetap berdiri di sampingnya.

Beatrix menyentak tangan pamannya untuk menyingkir. "Apa yang kalian bicarakan? Keluarga Lestrange? Pelahap Maut? Azkaban? Pembunuhan? Kegilaan? APA?"

"Aku membunuh mereka! Ya, aku sendiri yang membunuh mereka! Dengan tangan kosong pastinya!" jerit Beatrix. "Dan aku tak menyesalinya! Mereka pantas mati atas perbuatan mereka sendiri! Aku tak pernah berbuat masalah sedikitpun! Mereka mengusikku! Dengan sangat terang-terangan berbisik-bisik di belakangku!"

"Mengatakan aku seperti orang gila karena rambutku! Memangnya kenapa dengan rambutku?!"

Sunyi senyap. Lucius tidak lagi menahannya, dia ingin tahu apa yang dikatakan keponakannya itu. Dia tidak tahu kebenaran atas kejadian itu. Beatrix selalu menghindari pertanyaan itu.

Beatrix Lestrange [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang