Chapter 22

509 78 29
                                    

Aula Besar sudah dikosongkan pada pukul setengah sembilan malam. Anak-anak mulai berdatangan dan berdiri di tepi Aula yang sudah diberi garis pembatas secara sihir oleh Dumbledore.

Snape sudah berdiri di sana, wajahnya berkeriut saking marahnya. Anak-anak menahan napas ketika melihat tatapannya yang tajam itu.

"Lima menit lagi, tetapi Lestrange belum juga datang," celetuk seorang murid Gryffindor.

Gumam-gumam mulai menggema di seluruh Aula. Tepat pukul sembilan, pintu ganda Aula Besar terbuka. Beatrix berdiri di ambang pintu dengan sombongnya.

Dia melangkah masuk dengan sangat percaya diri. "Wah, wah, wah," cemoohnya. "Terlambat satu detik, mungkin. Tak masalah, bukan?"

Tak seorang pun menjawab. Dumbledore melangkah ke tengah Aula, kemudian dia mengode Snape dan Beatrix untuk saling hormat dan mengangkat tongkat.

"Membungkuk," kata Dumbledore, setelah keduanya mengangkat tongkat mereka.

Beatrix tak suka membungkuk kepada orang lain, tetapi dengan amat sangat terpaksa dia membungkuk. Bibirnya berkedut saking geramnya. Kemudian dia berbalik bersamaan dengan Snape, yang berbalik berlawanan arah dengannya.

"Tidak diperbolehkan menggunakan Unforgivable Curses!" Dumbledore menegaskan.

Snape mengambil posisi menyerang terbaiknya. Sementara Beatrix masih menurunkan tongkatnya, satu tangannya diletakkan ke belakang tubuhnya. Seakan dia adalah ratu duel.

"Halo, Draco," kata Beatrix tenang, dia mengerling ke sepupunya yang memandangnya cemas. "Aku akan mengajarimu duel nanti," dia menambahkan dengan mengedipkan sebelah matanya. Dan dia menatap tajam Snape.

Snape yang sudah amat marah, langsung mengayunkan tongkatnya. Beatrix menangkalnya dengan sekali lambaian tongkatnya, kemudian tertawa mencemooh.

Snape menggeram, dia melontarkan mantra tanpa mengucapkan apa pun. Beatrix menghindarinya dengan sangat elegan.

"Ini menyenangkan," katanya, masih tertawa.

"Jangan banyak omong, Lestrange! Kupastikan kau tidak bisa menangkal kutukan yang satu ini!" cemooh Snape.

"Oh, benarkah?" kata Beatrix, berdiri dengan tenang. "Wah, aku menantinya, Snape."

Snape memutar tongkatnya di atas kepala, mulurnya bergumam kecil, dan kemudian menyentakkannya ke depan tepat ke arah Beatrix. Sesuatu cahaya meluncur dengan amat cepat, dan Beatrix berhasil menahannya dengan tongkatnya.

Snape membelalakkan matanya.

"Lihat?" cibir Beatrix. "Dan bagaimana dengan ini," dia menambahkan dan melemparkan mantranya.

Snape dengan sigap menangkisnya, dia agak kewalahan ketika Beatrix kembali menyerang dengan mantra yang hampir bersamaan.

Aula dipenuhi kilatan yang berbagai warna. Dumbledore berdiri di podium dengan mata yang tampak tak percaya dengan kemampuan keduanya, lebih kepada gadis Lestrange.

Beatrix tertawa mencemooh setiap kali dia melontarkan mantra. "Draco, ini menyenangkan. Benar-benar menyenangkan, kau harus mencobanya," katanya keras mengimbangi suara kilatan, tanpa menghentikan gerakan tangannya.

Snape benar-benar kewalahan menangkis serangan Beatrix. Dia mundur sedikit demi sedikit. Beatrix menurunkan tongkatnya, dia berdiri tegak dan memandang Snape dengan pandangan mencela.

"Kewalahan, Snape?!" cibir Beatrix, tak ada sopan-sopannya. Kemudian tertawa.

Snape menggertakkan giginya, kemudian dia mengeluarkan kutukan andalannya, menggumam sebentar, dan meluncurkannya.

Beatrix Lestrange [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang