Chapter 35

393 53 14
                                    

Pertandingan terus berlanjut dengan lebih membosankan. Beatrix ingin menghilang rasanya. Merutuki nasibnya yang dipaksa untuk menonton pertandingan demi menjaga image keluarga terhormat.

Dalam waktu sepuluh menit, Irlandia sudah mencetak gol dua kali lagi, mengubah skor menjadi tiga puluh-nol dan menyebabkan teriakan dan aplaus gegap gempita dari para suporter berjubah hijau.

Yah, rupanya ini akan terus berlanjut selama berjam-jam—mungkin. Waktu yang sangat berharga, untuk membaca buku pastilah sangat bermanfaat. Ah, buku mantra Sihir Hitam, pastilah aku bisa membaca berpuluh-puluh lembar.

Beatrix mendengus kesal, dia tak suka membuang waktu. Dia lebih memilih mempelajari mantra tingkat tinggi untuk ilmu sihirnya. Tetapi dia terpaksa harus menonton pertandingan membosankan ini.

Kemudian Bulgaria mencetak gol untuk pertama. Para Veela mulai menari untuk merayakan gol ini.  Setelahnya pertandingan dilanjutkan lagi.

"Dimitrov! Levski! Dimitrov! Ivanova... oh, astaga!" raung Bagman.

Seratus ribu penyihir terperangah ketika kedua Seeker, Krum dan Lynch, menukik ke tengah para Chaser, luar biasa cepatnya sehingga seakan mereka baru saja terjun dari pesawat tanpa parasut.

Beatrix menatap kedua Seeker itu dengan malas. Dia berharap tabrakan dan mereka mati. Itu mungkin akan jadi hiburan kecil untuknya. Tapi itu jelas tak mungkin.

Karena pada detik terakhir, Viktor Krum menghentikan tukikannya dan terbang ke atas lagi. Lynch, sebaliknya menghantam tanah dengan bunyi debam keras yang terdengar di seluruh stadion. Keluhan keras terdengar dari tempat duduk suporter Irlandia.

"Time-out!" teriak Bagman. "Sementara para petugas medis sihir terlatih bergegas memasuki lapangan untuk memeriksa Aidan Lynch!"

Beatrix memicingkan matanya. Menatap penuh harap kepada Aidan Lynch bahwa dia terbunuh. Tapi harapannya pupus karena gumamam dari para penonton bahwa Lynch hanya pingsan.

"Kenapa kita tidak membeli Omniocular?" tanya Draco kepada ayahnya.

Lucius menoleh ke kanan, kemudian menatap putranya dengan pandangan tajam. "Itu barang murah, Draco," desisnya. "Sepuluh Galleon? Kalau saja ada yang seratus Galleon, sudah pasti aku membelinya empat pasang."

Draco menghela napas panjang.

Beatrix merubah posisinya. Dia duduk bersandar, lalu menaikkan satu kakinya ke kaki yang lain. Dia melihat para tim medis sedang menyadarkan Lynch dengan beberapa ramuan.

Beberapa menit kemudian, Lynch akhirnya bangkit berdiri, disambut tepukan riuh suporternya, menaiki Firebolt-nya, dan menjejak ke angkasa lagi.

Peluit dibunyikan oleh Mostafa, para Chaser beraksi dengan kecakapan yang lebih hebat daripada sebelumnya.

"Ini mengasyikkan," kata Draco.

Beatrix bergumam dengan suara sangat pelan, "Mengasyikkan? Apanya yang mengasyikkan? Tak ada kilatan mantra sedikitpun, ini sangat membosankan."

Selewat lima belas menit, Irlandia mencetak sepuluh gol lagi. Mereka jauh meninggalkan Bulgaria dengan skor seratus tiga puluh lawan sepuluh, dan permainan mulai bertambah kotor.

"Hmmm," Beatrix bergumam. Permainan kotor menarik perhatiannya sedikit—hanya sedikit.

Mostafa meniup peluit ketika terjadi pelanggaran yang diperbuat Mullet kepada Zograf.

"Dan Mostafa membawa Keeper Bulgaria untuk ditegur karena melakukan pelanggaran—penggunaan sikut yang berlebihan!" Bagman memberitahu penonton yang heboh berteriak-teriak. "Dan... ya, penalti untuk Irlandia!"

Beatrix Lestrange [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang