Chapter 36

392 61 29
                                    

Berhubung udah lama
gak double up

Aku kasih double up nih
😘















"Apakah tadi itu Tanda Kegelapan?" tanya Beatrix, ketika mereka sedang melangkah di antara pagar tanaman di Malfoy Manor.

"Ya," jawab Lucius kaku. "Dan jangan tanya lagi," dia menambahkan dengan nada memperingatkan. Dia masih mencengkeram lengan kirinya dengan erat.

Beatrix menatap tangan pamannya. Dia mengangguk pelan, dia tahu apa artinya itu. Tak salah lagi pasti Tanda Kegelapan di lengan kiri pamannya bereaksi akibat Tanda Kegelapan di langit barusan.

Draco masih pucat sekali. Dia terbayang-bayang wajah penuh penuntutan dari kekasihnya. Dia pun langsung menuju ke kamarnya tanpa sepatah kata pun.

Narcissa menatap heran putranya, tapi dia lebih khawatir kepada suaminya. Dia memberi isyarat kepada Beatrix agar cepat masuk ke kamarnya.

Beatrix mengangguk patuh, dia melangkah dengan riang menuju kamarnya.

Morsmordre, Morsmordre, Morsmordre... ah, aku sudah hafal sekarang. Jadi mantra itu untuk membuat Tanda Kegelapan yang sangat indah itu? Hmm... kira-kira kapan, ya, aku bisa mencobanya?

Dia menutup pintu dengan perlahan, lalu menguncinya. Dan dia melepas jubah hitamnya, menyampirkannya ke kursi. Kemudian dia duduk di tepi kasur.

"Siapa yang melakukan itu?" gumamnya penasaran. "Hmmm, kalau sudah begini, tak salah lagi—bahwa Mama akan segera bebas. Ramalan waktu itu benar adanya. Wah, aku akan menantinya."

Bibirnya yang berwarna merah muda melengkung membentuk senyuman mengerikan. Matanya menyipit tajam. Dia sudah tak sabar menanti sang ibu keluar dari tempat busuk itu.

"Mama akan bebas, Mama akan bebas," dia bernyanyi pelan. "Oh, ini menyenangkan sekali. Terima kasih kupersembahkan kepada-Mu, Yang Mulia dan Maha Agung, Salazar Slytherin. Terima kasih telah membuat pertandingan konyol tadi hancur berantakan walau pertandingan sudah usai."

Beatrix menjatuhkan tubuhnya ke kasurnya yang empuk itu. Dia senang sekali, senyum tak kunjung pudar dari wajah cekungnya.

***

Daily Prophet baru tergeletak di meja di ruang keluarga pada keesokan harinya. Kepala beritanya berbunyi: TEROR DI PIALA DUNIA QUIDDITCH, lengkap dengan foto hitam-putih Tanda Kegelapan yang berpendar di atas pepohonan.

Beatrix memandang Tanda itu dengan kagum. Itu indah sekali menurutnya. Dan kenapa pula orang-orang harus takut dengan Tanda itu? Itu kan indah.

Kemudian terdengar bunyi tak-tok pelan. Rupanya Lucius sedang berjalan dengan tongkat ularnya yang panjang. Dan bunyi itu berasal dari si tongkat. Wajahnya masih pucat, tapi tak sepucat semalam.

"Beatrix, kau sudah makan?" tanyanya.

"Sudah, Ayah," jawab Beatrix.

Lucius mengangguk kecil, dia duduk di sofa. "Ehm, di mana Draco, Beatrix?" tanyanya lagi.

"Di kamar, tadi saat sarapan dia langsung ke kamar lagi," jawab Beatrix. Dia sendiri ikut duduk di sebelah pamannya. Kemudian meraih tangan kiri pamannya.

Lucius mengernyitkan dahinya.

"Ayah," kata Beatrix. "Apa ini masih sakit?"

Beatrix Lestrange [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang