Chapter 58 - 🔞

1.5K 69 24
                                    

Sore harinya sebelum makan malam, Beatrix sudah duduk anggun di sofa di ruang rekreasi dengan sebuah buku bacaan di tangannya. Dia menunggu seseorang, siapa lagi kalau bukan, Terence Higgs.

Sekitar lima menit kemudian, sosok yang ditunggunya pun datang. Sebelum pria itu bisa mengatakan sepatah kata pun, Beatrix langsung bangkit dan melempar buku itu ke atas meja.

"Ayo langsung ikut aku," kata Beatrix singkat. Dia jalan lebih dulu, sementara Terence di belakangnya.

Selama perjalanan menuju lantai tujuh, mereka hanya diselimuti oleh keheningan. Beatrix yang berjalan di depan, sementara Terence di belakang. Tak ada obrolan apa pun sampai mereka tiba di tempat tujuan.

Beatrix memejamkan matanya dan memohon ruangan yang sama seperti sebelumnya. Ruangan yang digunakannya saat Hari Natal lalu.

Dia pun langsung masuk dan disusul oleh Terence. Beatrix menutup pintu dan memohon lagi agar tak ada orang yang mengganggu mereka. Dia berbalik badan dan melangkah menuju sofa panjang.

Mengenyakkan dirinya ke sofa, mengangkat satu kakinya ke kaki yang lain, dan melipat kedua tangannya di depan dada.

Terence ikut duduk di ujung sofa yang lain. Dia memandang gadis itu dengan raut wajah bingung.

"Aku sudah dapat Dark Mark," kata Beatrix jelas dan singkat.

"A–apa?! Kau sudah mendapatkannya?" kata Terence kaget.

"Sudah saatnya kau mulai mempelajari Occlumency, Terence. Dan kau ingat kan, bahwa semua keputusanku tidak boleh diganggu gugat. Aku perlu menjalankan misiku seorang diri. Dan kau harus mendukungku dengan cara tak mengganggu semua yang kuputuskan," Beatrix menjelaskan.

"Baik, aku mengerti," kata Terence tenang. "Tapi kapan kau mendapatkan Dark Mark?"

"Sehari setelah Hari Natal," kata Beatrix singkat. "Ada Pelahap Maut di sini, dia memberiku Dark Mark. Karena saat pesta dansa, dia melihat lengan kiriku belum ada Dark Mark."

"S–siapa orangnya?" tanya Terence sedikit ragu.

"Tidak bisa kukatakan," kata Beatrix pelan. "Yang pasti, rencana ini harus berjalan dengan lancar."

"Pasti," jawab Terence.

Beatrix tersenyum simpul, kemudian dia mencabut tongkatnya. Lalu dia bangkit dan mendekati pria itu. Dia meraih tangan kiri pria itu untuk melihat jam berapa sekarang.

"Masih ada waktu satu jam sebelum makan malam," katanya lirih. "Bagaimana kalau kita latihan Occlumency?"

"Sure," kata Terence, mengangguk. Tangan kanannya terulur untuk membelai wajah cekung gadis itu.

Beatrix hanya diam ketika pipinya diusap dengan lembut oleh pria itu. Dia sesekali memberikan senyum manisnya.

"Baik, lakukan sekarang," katanya setelah tangan pria itu menjauh dari wajahnya. "Ambil tongkatmu. Kau bisa melucuti senjataku, atau apa pun untuk mempertahankan diri."

Terence merogoh jubahnya, lalu menarik keluar tongkat sihirnya.

"Kosongkan pikiranmu, jangan biarkan aku masuk ke dalam pikiranmu. Rileks, santai, dan tenang. Jangan emosi," kata Beatrix tegas tapi lembut.

Terence mengangguk pelan, dia duduk lebih tegak dari sebelumnya. Dia sudah siap, menarik dan membuang napas untuk menenangkan diri.

"Kumulai dari sekarang... satu—dua—tiga... Legilimens!" Beatrix berkata dengan tongkat teracung ke arah Terence.

Terence melihat ruangan ini mengabur, lalu muncul memori di mana dia masih berusia sebelas tahun, memandang kereta api Hogwarts Express dengan bergairah... dia berusia tiga belas tahun, menjadi Seeker dan sedang meluncur bersama dengan Seeker Gryffindor, Harry Potter... tim Slytherin kalah, semuanya menyalahkan dirinya karena terlalu lambat... dia dikeluarkan dari tim Quidditch, digantikan oleh Draco Malfoy...

Beatrix Lestrange [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang