Chapter 32

412 60 7
                                    

Hari Rabu pagi, mereka ujian Sejarah Sihir. Menuliskan segala sesuatu yang pernah diceritakan Florean Fortescue tentang perburuan para penyihir di abad pertengahan.

Sore harinya mereka ujian Herbologi. Di dalam rumah-rumah kaca di bawah siraman cahaya matahari yang panas membara.

"Panas sekali," desah Draco, setelah ujian selesai. "Menyebalkan..."

"Besok pagi ujian Ramalan bersama si dramatisir," Beatrix memberitahu dengan nada mencibir.

"Dan sorenya Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam, ujian terakhir kita," sambung Draco.

Beatrix diam, malas sekali harus bertemu manusia serigala itu, pikirnya. Tapi apa boleh buat? Ini ujian dan dia harus menyelesaikan ini, mau tak mau dia harus bertemu dengan si manusia serigala.

Paginya di hari Kamis, serombongan anak kelas tiga Slytherin menaiki tangga spiral menuju ke kelas Ramalan. Mereka terus naik hingga lantai tujuh.

"Kalian akan diuji sendiri-sendiri," kata Trelawney dari pintu tingkap. "Millicent Bulstrode."

Millicent bergegas menaiki tangga perak dan menghilang dari pandangan. Semua anak menunggu di luar. Draco dan Beatrix berjongkok, bersandar di dinding.

Sekitar dua puluh menit menunggu, Millicent pun keluar.

"Vincent Crabbe!"

"Oh, ini akan lama," desis Beatrix bosan. "Aku masih tak mengerti, kenapa kau memilih ini, Draco?"

"Sudah kubilang ini pelajaran yang cukup santai," bisik Draco.

"Yah, santai," Beatrix mengulangi dengan menggeram sebal.

"Gregory Goyle!"

Crabbe keluar dan berjongkok malas di sebelah kanan Draco, sementara Goyle bangkit dan menaiki tangga.

"Apa yang diuji?" tanya Draco.

"Melihat bola kristal dan mengatakan apa yang kita lihat," jawab Crabbe. "Itu menjengkelkan, aku mengarangnya. Lagian bola kristalnya kosong."

Draco mendengus, dan lengannya kirinya tiba-tiba agak berat. Dia menoleh dan melihat sepupunya tengah menyenderkan kepalanya ke lengannya itu.

"Draco Malfoy!"

Beatrix berdecak, dia menyingkirkan kepalanya dari lengan sepupunya. Draco bangkit dan menaiki tangga perak setelah Goyle turun.

Beatrix berdecih pelan saking bosannya menunggu. Dan akhirnya, setelah penantian yang menurutnya cukup lama, namanya pun dipanggil.

"Beatrix Lestrange!"

Dengan amat malas dia bergegas menaiki tangga. Sementara Draco dan dua anak gendut itu menunggunya di tempat yang sama.

Ruangan itu lebih panas dan pengap dari biasanya. Gorden-gorden tertutup, api di perapian menyala, dan bau memusingkan menguar.

"Selamat pagi, Nak," sapa Trelawney lembut. "Silakan pandang bola kristal ini... tidak usah buru-buru... kemudian katakan padaku apa yang kau lihat..."

Beatrix menghela napas sabar. Dia duduk dan memfokuskan pandangannya ke bola kristal itu. Mula-mula dia melihat kabut putih, tetapi kemudian sesuatu bentuk seperti segitiga muncul dengan samar-samar. Tapi bagian atasnya hancur. Dia tampak familiar dengan bentuk itu.

"Bagaimana?" Trelawney memancing.

"Saya melihat Azkaban," kata Beatrix, matanya masih menatap bola kristal. "Hancur di bagian atasnya..."

Trelawney berjengit sedikit. "Ada lagi?" bisiknya.

"Itu seperti sengaja diledakkan," kata Beatrix lagi. "Tapi kenapa? Siapa? Dan bagaimana?"

Beatrix Lestrange [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang