Beatrix membuka matanya, dia merasakan tubuhnya tengah dipeluk oleh seseorang. Tunggu, seingatnya dia kan tidur sendirian. Maka dengan agak kaget dia menoleh dan mendapati ibunya tengah tertidur pulas sambil memeluknya.
Kenapa bisa Mama tidur di sini? Apa yang terjadi semalam? Dan kenapa aku merasa beberapa bagian tubuhku sakit?
Beatrix meringis, dia merasa perih pada lengan kiri, leher, dan betisnya. Dengan hati-hati, diangkatnya tangan kanannya untuk meraba lehernya. Dia merasakan perih, seakan lehernya habis dicakar oleh seseorang. Tapi anehnya dia tak ingat apa pun.
Bellatrix yang merasakan ada pergerakan mulai membuka matanya. Dia mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan kondisi kamar yang sedikit terang karena cahaya matahari sudah menerobos masuk lewat jendela kaca besar.
"Jangan dipegang begitu...," katanya parau, setelah melihat bahwa putrinya tengah meraba-raba lehernya sendiri yang penuh luka cakaran. Dengan hati-hati dia menyingkirkan tangan putrinya menjauh dari daerah leher.
"Eh... Mama... apa yang terjadi dengan leherku? Lengan kiriku? Betisku?" tanya Beatrix beruntun.
Bellatrix terdiam, dia bingung harus mengatakan apa. Tetapi dia malah berkata, "Kau dicakar kucing liar di hutan."
Beatrix membelalak, mengernyit, dan bingung serta heran. "Kucing liar? Di hutan? Kapan? Kenapa aku tak bisa ingat apa pun?" tanyanya beruntun lagi.
"Kau... kau pingsan, Beatrix," kata Bellatrix pelan hampir seperti bisikan.
"P–p–pingsan? Aku pingsan hanya karena k–kucing liar?" Beatrix sedikit memekik shock.
Bellatrix hanya diam memandang wajah shock putrinya. Dia tak mungkin bilang apa yang terjadi sebenarnya, karena dia tak mau putrinya larut dalam kesedihan dan ketraumaan.
"Aku... aku tak ingat kapan aku ke hutan...," kata Beatrix pelan, dia bangkit duduk dengan perlahan karena betisnya sangat nyeri ketika bergesekan dengan celana panjang dan seprei. "Aku tak ingat apa pun... juga kenapa aku di hutan? Apakah aku terkena...?"
"Sudah saatnya sarapan dan minum obat untuk menyembuhkan lukamu," potong Bellatrix lembut, dia juga bangkit duduk.
"Tapi, Mama... terakhir yang kuingat adalah aku berada di kamar Draco pada malam keberangkatannya... ah, astaga... aku harus bersiap-siap untuk mengucapkan selamat tinggal dan semangat sekolah kepadanya... hari ini dia berangkat ke Hogwarts, kan?" kata Beatrix sedikit bersemangat.
"Draco sudah berangkat," kata Bellatrix, membuat Beatrix berhenti bergerak untuk turun dari ranjang.
"Mama, apakah aku tidak salah dengar?" kata Beatrix heran. "Kereta berangkat pada pukul sebelas. Sekarang masih pukul tujuh lebih enam belas, Mama..."
Bellatrix sedikit berkeringat dingin. "S–sekarang... sekarang tanggal satu Oktober," katanya.
"Haha... Mama lucu sekali... sekarang satu September, Mama," kata Beatrix riang. Dia mengambil kalender yang ada di atas nakas, lalu membelalak dan menganga lebar.
Ibunya benar, sekarang satu Oktober. Karena semua tanggal di bulan September telah diberi tanda X, yang artinya bahwa semua tanggal itu sudah terlewat.
Bellatrix hanya bisa diam melihat ekspresi sangat shock yang ditunjukkan putrinya.
"A–a–aku... a–aku p–pingsan s–s–selama s–satu bulan, b–b–begitu?" gagap Beatrix.
"Begitulah," kata Bellatrix murung. "Maka dari itu..."
"Bagaimana bisa aku pingsan selama sebulan penuh?!" pekik Beatrix semakin shock. Dia menjatuhkan kalendernya begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beatrix Lestrange [END]
Fantasy꧁_[DRAMIONE]_꧂ Beatrix Rodolphus Lestrange adalah putri semata wayang dari Rodolphus Lestrange dan Bellatrix Lestrange (née Black). *Terkadang tidak ada sangkut pautnya dengan alur cerita Harry Potter* Penasaran dengan kisahnya? Yuk, baca. Jangan lu...