Chapter 70

308 47 4
                                    

~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~

Hari Kamis berlalu dalam keletihan. Detensi ketiga bagi Beatrix dan Harry berlangsung sama seperti dua hari sebelumnya kecuali, setelah dua jam, kata-kata “I must not tell lies” tidak lenyap dari punggung tangan mereka, melainkan tetap tertoreh di sana, meneteskan darah. Mereka berdua menghentikan goresan ujung pena bulu mereka masing-masing ke perkamen membuat Umbridge menoleh.

"Ah," katanya pelan, bergerak mengitari mejanya untuk memeriksa sendiri tangan Beatrix dan Harry. "Bagus. Ini akan jadi peringatan bagi kalian, kan? Malam ini cukup, kalian boleh pergi."

"Apakah saya masih harus kembali besok?" tanya Harry, mengambil tas sekolahnya dengan tangan kanannya, bukan tangan kirinya yang perih.

"Oh ya," kata Umbridge, tersenyum selebar sebelumnya. "Ya, kurasa kita akan menorehkan pesannya sedikit lebih dalam dengan kerja semalam lagi."

"Saya permisi, Professor Umbridge," pamit Beatrix, mendekap tangan kirinya lagi.

"Ya, jangan lupa kembali besok. Jika tidak maka detensi akan semakin lama," kata Umbridge manis.

Beatrix kembali ke ruang bawah tanah dengan lesu. Dia harus mengerjakan PR lagi, dan dia sudah bertekad akan mengarang semua mimpi untuk PR Divination-nya.

Baru saja dia masuk ke ruang rekreasi lewat lorong. Terence sudah menghadang jalannya dan memandangnya dengan khawatir, di belakang punggung pria itu ada sepupunya, Draco.

"Ya, ada apa, Terence?" tanya Beatrix berusaha tetap tenang, dia dengan sangat perlahan menyembunyikan luka di tangan kirinya.

"Kumohon perlihatkan tangan kirimu," kata Terence, tersenyum hangat. Tetapi matanya menyiratkan kekhawatiran yang mendalam.

Beatrix mengerling kepada sepupunya, yang dengan sengaja mengalihkan pandangan dari mata gelapnya.

"Ini hanya terkena wastafel," kata Beatrix bersikeras.

"Kau selalu mendekap tangan kirimu setiap kali kau pulang dari detensi, Bee," kata Terence lembut. "Kumohon... perlihatkan tangan kirimu kepada kami..."

Beatrix menelan ludahnya dengan susah payah. Sepertinya dia tak berpikir sampai ke sana, seharusnya dia bersikap biasa saja ketika pulang dari detensi. Apalagi setiap malam akan ada banyak anak yang mengerjakan PR di ruang rekreasi, tidak heran jika salah satu dari mereka bingung dengan tangan kirinya yang didekap.

"Kita ke pojok ruangan di sana," kata Terence tanpa menghilangkan nada lembutnya. Dia menunjuk ruangan di bagian pojok di sebelah kanan. "Itu tempatku mengerjakan PR, Draco juga ikut bergabung denganku di sana. Kita bicara di sana, jangan di sini."

Beatrix Lestrange [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang