Chapter 27

472 66 78
                                    

Draco berhasil mencekal pergelangan tangan sepupunya tepat ketika mereka berada di ambang pintu ganda Aula Besar.

"Lepaskan aku, Draco!" teriak Beatrix, meronta-ronta agar dilepaskan.

"Aku tak akan melepaskanmu sebelum kita selesai bicara," kata Draco agak datar.

"Apalagi yang mau dibicarakan? Aku tak mau merubahnya! Berhenti menggerecokiku!" balas Beatrix, dia hendak menampar sepupunya, tetapi tangannya sudah ditahan lebih dulu oleh sepupunya.

"Ibu bilang kepadaku untuk mencoba merubah sikapmu itu!" bentak Draco berang. "Dia tak tahan, dia menangis kepadaku! Memohon agar aku mencoba merubahmu! AKU SUDAH BERJANJI KEPADANYA!"

Beatrix terdiam, baru kali ini Draco membentaknya dengan sangat keras.

"DIA INGIN KAU KEMBALI!" bentak Draco lagi. "Sudah cukup semua ini! Sudah cukup!"

"Kau salah," kata Beatrix, suaranya pelan. "Aku tak berbuat apa-apa... bukan aku..."

"TAPI DENDAMMU!" teriak Draco.

Beatrix terdiam lagi.

"Bee, kau bukan seperti itu. Kau dirawat dengan sangat baik dari kecil. Bahkan lebih baik dari aku. Kau selalu mendapat perlindungan ekstra dari Ayah dan Ibu, tetapi aku tidak mendapat perlindungan seperti itu...," kata Draco, suaranya memelan.

"Mereka merawatku karena Mama yang memintanya!" sangkal Beatrix.

"Tidak!" balas Draco, mengeratkan cengkeraman tangannya.

"Draco, kita berbeda keluarga! Kita berbeda sifat! Dan kita akan tetap berbeda!" jerit Beatrix frustasi. Air matanya tak henti-hentinya mengalir. "Aku Lestrange dan kau Malfoy. Ibu kita kakak-adik... kita sepupu, aku berbeda denganmu..."

Sekarang malah Draco yang terdiam.

"Lepaskan aku... hiks... lepaskan...," isak Beatrix. "Aku memilih jalan hidupku sendiri. Aku memilih seperti ini, Draco. Dan kau harus hargai keputusanku..."

Draco mengendurkan cengkeramannya. "Kau egois," katanya dingin. "Kau tak memikirkan perasaan keluargaku... bahkan perasaanku sebagai sepupumu, kau tak memikirkan itu. KAU EGOIS!!"

Beatrix terdiam. Dia pusing dengan semua yang diteriakkan sepupunya dari tadi. Kepalanya seakan-akan penuh. Dia semakin lama semakin pusing, suara bentakan sepupunya terngiang-ngiang di telinganya.

"Bee!" teriak Draco, ketika Beatrix lunglai. Dia menahan tubuh sepupunya. "Oh, bagus sekali! Pingsan! Kau menyebalkan sekali, Bee!"

Draco menggendong sepupunya dengan susah payah. Lalu dia bergegas ke rumah sakit di sayap kastil.

***

Beatrix terbangun pada sore hari. Dia pingsan cukup lama, Draco menjadi khawatir sekali. Dia menunggu sepupunya berjam-jam, bahkan dia sampai ketiduran dengan tangan sepupunya sebagai bantalannya.

Beatrix menoleh ke samping kanannya. Dia mendapati wajah damai sepupunya. Tidur dengan posisi yang sangat tidak nyaman.

"Draco," desah Beatrix. "Maafkan aku..."

Dia menangis lagi, dan itu membuat Draco terbangun. Draco mengusap matanya, lalu menatap sepupunya yang tengah menangis itu.

"Kau sudah sadar? Oh, astaga... ini sudah sore sekali, kau pingsan berjam-jam...," kata Draco. "Kau baik-baik saja?"

"Draco... hiks... maafkan, aku," bisik Beatrix.

"Ssst," desis Draco, menempelkan jari telunjuknya ke bibir sepupunya. "Jangan bahas itu dulu. Maafkan aku juga. Seharusnya aku tak membentak-bentakmu. Aku melakukan ini karena aku menyayangimu, juga karena perintah Ibu."

Beatrix Lestrange [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang