Chapter 50

405 57 13
                                    

Hari berikutnya, suasana di Hogwarts penuh ketegangan dan kegairahan. Pelajaran dihentikan pada tengah hari.

"Halo, Potter," kata Beatrix beramah-tamah. "Sudah siap melawan naga? Apa kau sudah mandi dengan berbagai bumbu dapur? Bukankah kau akan dipanggang oleh naga itu sebagai santapannya?"

Harry hanya melewatinya tanpa berniat meladeninya.

"Semoga naga itu suka dengan tubuhmu, Potter, jangan lupa mandi pakai bumbu dapur!" Beatrix berseru.

Draco hanya menggelengkan kepala melihat tingkah sepupunya. Sesekali menyeringai mengejek kepada Harry.

"Melawan naga, ya," Beatrix mendadak sedih. "Aku pengen sekali lawan naga, haish, nasibku sangat tidak beruntung sekali. Malah yang terpilih si Cowok-Cantik itu."

"Sudah, jangan mengoceh terus. Ayo ke ruang rekreasi untuk bersiap-siap melihat tugas pertama dimulai," kata Draco, merangkul sepupunya dan mengajaknya ke ruang rekreasi.

Beatrix memakai pakaiannya yang paling terbaik. Dia hanya menambahkan mantel hijau dengan bulu perak di sekeliling leher. Sarung tangan kulit berwarna hitam dengan kualitas tinggi. Mengganti sepatu hitam biasa dengan sepatu hitam bertumit sedang dan mengilap.

Diikatnya tali mantel yang sejajar dengan perut, dia mengikatnya dalam bentuk pita. Dia sudah tampak seperti anggota bangsawan yang paling disanjung. Tak lupa, dia membawa beberapa batang cokelat untuk cemilannya selama menonton.

Beatrix keluar lebih dulu daripada teman sekamarnya. Dia duduk di sofa dengan anggun, menunggu sepupunya berganti pakaian. Semuanya disuruh berganti menggunakan pakaian hangat, karena udara sore pada bulan November sudah mulai dingin.

Beatrix menoleh ketika ada orang-orang yang mendekat ke sofa yang didudukinya. Dia melihat tiga orang tengah berdiri di ujung sofa.

"Kau tampak biasa saja, Sepupu," cibirnya. "Kenapa pula kau tidak memakai pakaian yang terbaik?"

"Cihh, cuma tugas pertama doang," kata Draco. "Ngapain pula harus mewah-mewah?"

"Terserah kaulah, Draco," Beatrix membalas malas. "Ayo cepat!" dia menambahkan sambil berdiri dengan antusias.

"Bukankah kita harus berangkat bersamaan dengan yang lain?" kata Draco.

"Haish, aku melupakannya," kata Beatrix, kembali duduk.

"Kau terlalu bersemangat," balas Draco santai, duduk di lengan sofa.

"Itu harus. Dan kita juga harus dapat tempat duduk yang baik," kata Beatrix angkuh.

Draco memutar bola matanya malas. Dia akui bahwa akting dan sikap sepupunya sangat sulit dibedakan. Di depan Crabbe dan Goyle, sepupunya selalu saja menjunjung tinggi darah-murni dan sikap kebangsawanan. Tetapi di belakang mereka, sepupunya biasa-biasa saja. Seakan tak ada masalah dengan Status Darah, tetapi sikap kebangsawanan tetaplah ada.

Satu per satu anak Slytherin mulai keluar dari kamar, mereka menunggu di ruang rekreasi. Tak lama kemudian, semuanya telah berkumpul di sana, menunggu Kepala Asrama mereka datang.

Dengung celoteh semakin lama semakin keras, beberapa di antara mereka tampak tak sabar untuk segera melihat aksi para juara dalam menghadapi naga.

Tembok yang menjadi jalan keluar-masuk ruang rekreasi terbuka. Sesosok pria berjubah hitam kelelawar telah berdiri di sana, rambutnya hitam berminyak sebahu, dan hidung bengkok. Wajahnya datar dan dingin, mata hitamnya tampak tak ada kehidupan di sana.

"Ayo keluar dan baris dengan rapi. Anak tahun pertama di depan sementara anak tahun terakhir di belakang."

Snape menghilang dari sana, anak-anak mulai keluar secara bergantian. Mereka berbaris dengan rapi di koridor. Snape memimpin mereka keluar dari ruang bawah tanah.

Beatrix Lestrange [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang