Chapter 99

397 37 31
                                    

"Di mana buku itu?" tanya Kingsley agak tidak sabar. Di belakangnya diikuti oleh serombongan Auror, juga ada dua asistennya, Asisten Junior Menteri dan Asisten Senior Menteri, serta Sirius Black.

"Kita baru saja sampai, Pak Menteri," kata Beatrix tercengang, dia bahkan masih dicengkeram erat oleh Proudfoot dan Williamson.

Kingsley tak menunjukkan tanda-tanda apa pun, dia malah seakan tak mendengarnya.

Lucius, Rabastan, Bellatrix, Narcissa, dan Draco berdiri diam di ruang tamu begitu serombongan besar orang Kementerian memasuki Malfoy Manor yang megah ini.

"Apakah saya tidak diizinkan jalan sendiri untuk menunjukkan letak kamar saya?" tanya Beatrix terlihat sangat tidak nyaman.

"Baiklah, lepaskan dia kalau begitu," kata Kingsley, menyuruh kedua Auror itu melepaskan Beatrix. "Sekarang, tunjukkan kamarmu... bawa kami ke sana... ambil buku Hitam itu dan serahkan kepadaku."

"Baik, Pak Menteri," kata Beatrix patuh, berjalan perlahan menuju ke lantai atas.

"Semua terkendali, kan, Madam Malfoy?" tanya Kingsley, beralih kepada Narcissa.

"Terkendali, Pak Menteri," jawab Narcissa.

"Kami hanya sebentar di sini, izinkan kami mengurus apa yang harus kami urus," kata Kingsley sambil berjalan pelan mengikuti Beatrix, yang sekarang sedang menaiki tangga.

"Silakan, Pak Menteri, silakan...," kata Narcissa, mengerling kepada suaminya, yang menunduk takut.

Beatrix membawa mereka ke kamarnya. Kingsley menyuruh para Auror untuk berbaris di depan kamar, sementara dia, Sirius, Olive, dan Eleanor masuk mengikuti Beatrix.

Beatrix membuka lemari pakaian, kemudian menoleh kepada Kingsley. "Saya memerlukan tongkat sihir saya, Pak Menteri," katanya.

Kingsley merogoh jubahnya, menarik keluar tongkat sihir walnut itu dan menyerahkannya kepada pemilik sahnya.

Beatrix berbalik lagi menghadap lemari pakaiannya, berjongkok. Dia mengacungkan tongkatnya ke sebuah laci, yang terlindungi sihir transparan yang hanya bisa dilihat oleh pembuatnya sementara orang lain tak akan bisa melihatnya.

Dia menggumamkan sebuah kalimat dalam bahasa latin kuno, menggerakkan tongkatnya secara perlahan dan penuh kehati-hatian, sihir transparan itu bergetar hingga membuat laci itu sedikit berguncang. Kemudian sihir transparan itu pecah berkeping-keping, lenyap seketika.

Mendadak laci itu tertarik terbuka dengan sendirinya, menampakkan sebuah buku tebal bersampul hitam dan usang. Beatrix mengetukkan ujung tongkatnya ke beberapa titik pada buku itu, melepas perekat sihirnya agar buku itu bisa diambil.

Keempat penyihir dewasa memperhatikan dengan saksama bagaimana gadis berusia 17 tahun lebih beberapa bulan itu melakukan sihir yang luar biasa rumit di hadapan mereka.

Beberapa detik kemudian, sesuatu seperti butiran pasir berwarna merah darah terbang keluar dari balik buku. Butiran-butiran itu terbang dan berhenti tepat di atas buku dan sejajar dengan wajah Beatrix. Butiran-butiran pasir merah darah tersebut membentuk simbol ganjil yang kemudian pecah dan lenyap tanpa jejak.

"Itu darah saya," kata Beatrix memberitahu kepada empat penyihir dewasa yang mengawasinya. Dia mengambil buku Hitam itu dengan tangan kirinya dengan hati-hati, kemudian laci langsung terdorong menutup dengan sendirinya.

Anak tunggal Lestrange itu pun berdiri, berbalik menghadap keempat penyihir yang mengawasinya dalam diam dengan tatapan cukup kagum kepadanya.

"Ini tongkat sihir saya dan buku Hitam yang saya temukan," katanya kepada Kingsley, menyerahkan kedua benda itu dengan kedua tangannya dengan hati-hati.

Beatrix Lestrange [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang