Chapter 49

334 59 14
                                    

Hermione masih terus berusaha menyingkirkan tangan dari kekasihnya yang sedang berusaha menyentuh dirinya. Dia tak mau disentuh jika dia belum dengar penjelasan yang menurutnya pantas.

"Hermione, aku benar-benar minta maaf kepadamu. Itu aku terpaksa melakukannya, kalau tidak begitu, dia akan menggangguku terus. Di ruang rekreasi juga, dia selalu mencari-cari perhatianku," Draco menjelaskan, nada suaranya tampak merana.

"Hmmm...," Hermione membalas.

Beatrix mendengus dari atas meja. Drama ini tampak sedikit membosankan, mungkin jika ada adegan memukul akan menjadi lebih menarik.

"Hermione, kumohon percaya padaku," kata Draco.

"Aku percaya padamu, tapi aku tak suka melihatmu seperti itu! Bayang-bayangmu masih terpampang jelas di kepalaku, Draco!" kata Hermione jengkel, dia mengenyakkan dirinya ke atas meja.

"Iya, Hermione, aku tahu, aku mengerti. Maafkan aku yaaa...," Draco memelas. Dia maju selangkah mendekati kekasihnya.

"Wah, Draco, kenapa kau tak bilang bahwa Astoria pernah masuk ke dalam kamarmu?" Beatrix memancing.

"Apa?! Dia masuk ke kamar Draco?!" pekik Hermione.

Draco menatap sepupunya tajam. "BEATRIX!!!" bentaknya.

Beatrix terkikik geli.

"Apa yang kalian lakukan di dalam kamar?!" bentak Hermione, mendadak turun dari meja. Dia memukuli bahu kekasihnya dengan kesal.

"Hermione, Hermione... tidak terjadi apa-apa... jangan berpikir yang tidak-tidak...," kata Draco, meringis kesakitan. Dia melangkah mundur untuk menjauh dari serangan sang kekasih.

Beatrix menahan tawanya, menurutnya yang seperti inilah yang menarik untuk ditonton. Secara langsung pula, natural, dan tanpa rekayasa. Ini drama yang menarik baginya.

"Jadi—jadi kau membenarkan bahwa dia masuk ke kamarmu?" seru Hermione, napasnya naik-turun tak beraturan saking marahnya.

Draco mengangguk pelan. Hermione mengeraskan rahangnya, dia hendak memukul lagi tapi tak jadi ketika Draco berkata serius.

"Aku sama sekali tak berbuat macam-macam, dia langsung diusir oleh Zabini."

Beatrix mendesah kecewa, dan langsung mendapat tatapan murka dari sepupunya.

"Jelaskan dengan detail!" tuntut Hermione, melipat kedua tangannya di depan dada.

Draco mulai menjelaskan dengan tenang setelah Hermione tak menyerangnya lagi.

Beberapa hari yang lalu sekitar pukul lima pagi, Astoria tiba-tiba menerobos masuk ke kamar Draco.

"Ngapain kau ke sini, bodoh?!" teriak Blaise Zabini kaget, ketika dia membuka kelambu tempat tidurnya.

"Kau berisik sekali, Blaise!" kata Draco, yang tempat tidurnya berada di sampingnya. "Masih pagi ini..."

"Perempuan menerobos masuk, Draco!" sahut Blaise berang.

"Sia—?"

"Hai, Draco, selamat pagi," kata Astoria sumringah, membuka kelambu tempat tidur Draco.

"AARGHH!!" jerit Draco kaget. "NGAPAIN KAU DI SINI?!"

Astoria mematung. Draco yang tahu itu langsung menarik selimut untuk menutupi tubuhnya, dia bertelanjang dada.

"KELUAR!!" bentak Draco berang.

Astoria langsung tersadar dari lamunannya. "Begini, Draco, aku cuma mengantarkan ini...," katanya, merogoh sakunya.

Beatrix Lestrange [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang