Chapter 73

268 37 9
                                    

"Ah...," Angelina bergumam, mengerjapkan mata beberapa kali. "Aku sudah mendapat izin! Untuk membentuk kembali tim Quidditch!"

"Bagus sekali!" seru Ron dan Harry bersamaan.

"Yeah," kata Angelina, berseri-seri. "Aku menemui McGonagall dan menurutku dia memohon kepada Dumbledore. Yang jelas Umbridge terpaksa menyerah. Ha! Jadi, aku ingin kalian berdua hadir di lapangan pukul tujuh malam ini, oke? Karena kita harus mengajar ketinggalan. Kalian sadar, pertandingan pertama tinggal tiga minggu lagi?"

Setelah mengatakan itu, Angelina menyeruak meninggalkan mereka, berhasil menghindari peluru tinta Peeves, dan menghilang dari pandangan.

"Kalau timku..."

Belum selesai Draco berbicara, mulutnya sudah dibekap oleh tangan Hermione.

"Tidak perlu menyombong, Malfoy. Sepertinya sifatmu yang ini masih belum hilang, ya...," gerutu Hermione.

Draco menghela napas pasrah, lalu diam lagi.

"Ah, jadi kapan kira-kira kalian ada waktu untuk ikut denganku mendatangi tempat latihan?" tanya Beatrix, memecahkan keheningan tak menyenangkan ini di antara mereka.

"Secepatnya," jawab Hermione antusias. "Apa aku harus mengundang semua anggota?"

"Jangan, lebih baik kalian bertiga saja dulu. Jika kalian cocok dengan tempatnya, maka panggil semua anggota untuk datang," kata Beatrix.

"Ah, betul... ini adalah keputusan yang bijak," kata Hermione sumringah.

"Harry, bagaimana kabar pamanku?" tanya Beatrix. "Aku sempat membaca berita bahwa dia terlihat di London. Itu karena Ayah... tapi dia baik-baik saja, kan?"

"Yeah, dia baik-baik saja," kata Harry canggung. "Ngomong-ngomong...," dia menambahkan dengan sedikit nada ragu dalam suaranya. "Snuffles—"

"Siapa Snuffles?" potong Draco.

"Sirius," desis Hermione sepelan mungkin.

"Ada dengannya?" tanya Beatrix ingin tahu.

"Kami sudah bericara dengan Sirius, bahwa dia menyetujui dan mendukung grup Pertahanan ini. Jadi, menurutku kita harus mempercepat kegiatan ini," kata Harry antara yakin dan tak yakin untuk membicarakan hal soal Sirius kepada keponakan ayah baptisnya—yang notabene-nya adalah musuhnya, atau mungkin mantan musuhnya.

"Kira-kira, di mana dia tinggal sekarang? Apakah masih di dalam gua?" tanya Beatrix.

"Dia ada di Grim...," kata Hermione.

Harry membekap mulut Hermione, belum ada dua detik, punggung tangannya digeplak oleh Draco.

"Jangan pegang-pegang wajah pacarku! Apalagi bibirnya!" geram Draco, menarik kepala gadisnya ke arahnya.

Harry memutar bola matanya malas. Lalu dia memandang Hermione dengan tatapan galak. "Ngapain kau mengatakan tempat tinggalnya? Tidakkah Dumbledore sudah menyuruh kita merahasiakannya dari siapa pun selain orang kepercayaan Dumbledore?" omelnya.

"Ah, maaf," kata Hermione, menepuk jidatnya. "Maafkan aku..."

"Baiklah, akan kutanyakan sendiri kepada Dumbledore," kata Beatrix angkuh.

Harry mengangkat bahu tak acuh, dia yakin bahwa Dumbledore tak akan memberitahu tempat tinggal Sirius.

"Eh, kapan kita ke tempat latihan?" celetuk Ron.

"Terserah kalian," kata Beatrix.

"Baiklah, bagaimana jika besok pada jam setengah delapan?" kata Harry, suaranya mengandung paksaan yang sangat kentara sekali.

Beatrix Lestrange [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang