"Apakah kau serius denganku? Benar-benar mencintaiku setulus hatimu? Dan menerima semua kekurangan dan kelebihanku?" tanya Beatrix, menatap mata kehijauan Terence dengan dalam untuk mencari kebohongan.
Terence sedikit terperangah mendengar pertanyaan itu. Lalu dia tersenyum manis dan mengangguk. "Aku mencintaimu setulus hatiku. Aku akan bersabar menanti jawaban darimu," katanya. "Pasti akan kutunggu dengan sangat sabar."
Beatrix merona merah. Lalu bertanya lagi, "Apa kau benar-benar serius?"
"Aku serius," kata Terence sangat yakin. "Aku benar-benar serius denganmu. Aku menyukaimu, mencintaimu, dan ingin sekali memilikimu."
Beatrix semakin memerah, wajahnya sangat panas. "Sudah, sudah," katanya salah tingkah, dia pun menunduk untuk menyembunyikan wajah merahnya. "Kenapa malah jadi ngegombal?"
Terence menaikkan sebelah alisnya, lalu tertawa kecil. Kemudian dia mendekap gadis itu dengan hangat.
Deg!
Beatrix mematung. Dekapan yang sama yang pernah diberikan Lucius ataupun Narcissa kepadanya. Dekapan hangat yang bisa menenangkan jiwanya. Dekapan yang membuatnya nyaman dan menentramkan.
"Aku mencintaimu, Beatrix," bisik Terence, mengecup pucuk kepala gadis itu. "Benar-benar mencintaimu. Aku sudah menunggu saat seperti ini cukup lama. Aku memendam semua perasaanku. Dan aku baru mengatakannya. Kau sudah dengarkan pernyataanku tadi siang?"
Beatrix tak menjawab, dia memejamkan matanya. Merasakan hangat yang sangat nyaman baginya. Dia pun membalas dekapan itu dengan erat.
Terence sedikit terkejut, dia tak menyangka bahwa dekapannya akan dibalas. Maka dia pun semakin mengeratkan dekapannya.
Draco yang tak sengaja melihat mereka hanya bisa menganga lebar. Astoria pun begitu. Bahkan beberapa anak juga menganga tak percaya melihat bagaimana gadis yang selama ini terkenal menakutkan luluh di dalam pelukan seorang pria asing yang notabene-nya tidak berhubungan dekat dengan gadis itu.
Ketika kedua sejoli itu saling melepas dekapan, mereka terkejut bukan main kepada beberapa anak yang masih memandang mereka dengan mulut terbuka lebar.
Beatrix semakin memerah, astaga, wajahnya harus ditaruh di mana sekarang? Maka dia mundur dengan pelan dan bersembunyi di balik punggung Terence.
"Bubar, bubar," kata Terence tegas. "Bubar... ini bukan tontonan yang baik untuk anak di bawah umur!"
"Huuu...," sorakan riuh rendah dari anak-anak terdengar serentak. Dan mereka pun bubar.
Draco maju diikuti Astoria di belakangnya.
"Kalian berpacaran?" tanyanya tercengang.
"Tidak, tapi hampir, mungkin," kata Terence, mengerling ke belakang.
"Bee?" tanya Draco tampak sangat terkejut. "Akhirnya, sepupuku punya gebetan! Oh, ini adalah berita yang paling baik di Hari Natal yang indah ini!"
Draco menarik sepupunya, lalu memeluknya. "Ohh, kenapa kau tak cerita kepadaku bahwa kau menyukai Terence? Astaga, pantas saja kau datang terlambat. Aku turut senang bahwa kau sudah mendapat gebetan," cerocosnya.
"Ishh... apaan sih, Draco," kata Beatrix salah tingkah. Dia mendorong sepupunya untuk membebaskan diri dari dekapannya. "Selalu saja mendramatisir keadaan."
Draco meledek sepupunya dengan menaik-turunkan alisnya. Membuat Beatrix geram sekali dan membuang muka.
"Draco, aku haus," celetuk Astoria.
"Haus? Ya minum, ngapain lapor ke aku?" kata Draco singkat.
"Dracooo...," rengek Astoria.
"Ah, iya, iyaaa... ayooo...," kata Draco tak sabar, menarik tangan Astoria dan pergi dari sana untuk mencari minum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beatrix Lestrange [END]
Fantasy꧁_[DRAMIONE]_꧂ Beatrix Rodolphus Lestrange adalah putri semata wayang dari Rodolphus Lestrange dan Bellatrix Lestrange (née Black). *Terkadang tidak ada sangkut pautnya dengan alur cerita Harry Potter* Penasaran dengan kisahnya? Yuk, baca. Jangan lu...