Chapter 38

399 57 7
                                    

Satu menu habis, Beatrix mengambil menu yang lain. Dia menghabiskannya dengan agak cepat, tapi tetap elegan dan anggun. Entahlah, dia harus seperti ini untuk meyakinkan bahwa dia pendukung nomor satu kemurnian darah.

"Draco, tolong tuangkan jus labu ke pialaku," katanya kepada Draco.

"Tidak bisakah—?"

"Cepatlah," kata Beatrix, dia malas sekali harus menuang minumannya sementara perutnya masih ingin diisi oleh makanan.

Draco mendengus, dia meletakkan alat makannya. Meraih teko jus, menuangkannya ke piala sepupunya hingga penuh hampir tumpah.

Beatrix menatapnya dengan pandangan mencela, tapi dia tak berkomentar apa pun. Dia masih sibuk melahap daging sapi panggangnya yang lezat itu. Setelah selesai, dia mengangkat pialanya dengan hati-hati, lalu menghirupnya hingga habis.

Beberapa saat kemudian, makanan di meja pun berganti dengan makanan penutup. Beatrix menarik sepiring puding, melahapnya dengan anggun juga.

Hujan tampaknya masih mengguyur kaca-kaca yang tinggi dan gelap. Gelegar guruh sekali lagi menggetarkan jendela-jendela, dan petir menyambar di langit-langit gelap.

Beatrix menyingkirkan piring pudingnya, dia beralih ke es krim untuk mencuci mulutnya. Dengan girang dia meraih semangkuk kecil es krim stroberi. Perutnya sudah tidak lagi bergemuruh, membuatnya kembali bersemangat untuk melakukan aktivitas mencemooh jika diperlukan.

Ketika makanan penutup juga sudah dilahap habis, dan remah terakhir sudah lenyap dari atas piring, meninggalkan piringnya bersih berkilau lagi, Albus Dumbledore sekali lagi berdiri.

Dengung celoteh yang memenuhi Aula langsung berhenti, sehingga hanya deru angin dan gerujuk hujan yang terdengar.

"Nah!" kata Dumbledore, tersenyum kepada mereka semua. "Sekarang setelah kita semua kenyang makan dan minum, sekali lagi aku minta perhatian kalian untuk beberapa pengumuman."

"Mr. Filch, si penjaga sekolah, memintaku untuk menyampaikan kepada kalian bahwa daftar benda yang dilarang di dalam kastil tahun ini ditambah dengan Yo-yo Menjerit, Frisbee Bertaring, dan Boomerang Menampar. Daftar lengkapnya terdiri atas empat ratus tujuh puluh macam, kurasa, dan bisa dilihat di kantor Mr. Filch, kalau ada yang mau mengeceknya."

"Siapa juga yang mau mengeceknya?" cemooh Beatrix kepada orang terdekat di meja asramanya.

Anak-anak Slytherin terkekeh pelan bersama Beatrix.

Dumbledore meneruskan, "Seperti biasa, aku mau mengingatkan kalian semua bahwa hutan di ujung halaman sekolah itu terlarang untuk para pelajar, begitu juga Desa Hogsmeade, terlarang untuk anak-anak di bawah kelas tiga."

"Dengan sangat berat hati aku harus menyampaikan juga bahwa pertandingan antar-asrama untuk memperebutkan Piala Quidditch tahun ini tidak akan diadakan."

"BAGUS, AKHIRNYA PERTANDINGAN KONYOL ITU DITIADAKAN!" seru Beatrix girang.

Anak-anak yang suka dengan Quidditch menatapnya dengan pandangan mencela.

Dumbledore berdeham untuk meredakan dengung celoteh anak-anak yang tidak terima.

"Ini dikarenakan ada pertandingan yang akan dimulai di bulan Oktober dan berlanjut sepanjang tahun ajaran, menyita banyak waktu dan tenaga para guru—tetapi aku yakin kalian semua akan sangat menikmatinya. Dengan kegembiraan luar biasa kuumumkan bahwa tahun ini di Hogwarts..."

Tetapi tepat saat itu terdengar gelegar guntur memekakkan telinga dan pintu Aula Besar menjeblak terbuka.

Seorang laki-laki berdiri di ambang pintu, bersandar pada tongkat panjang, memakai mantel bepergian berwarna hitam. Semua kepala di Aula Besar menoleh memandang orang asing ini, yang mendadak diterangi cahaya petir yang menyambar di langit-langit. Dia menurunkan kerudung kepalanya, mengguncang rambut panjangnya yang beruban, kemudian berjalan ke meja guru.

Beatrix Lestrange [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang