Chapter 39

396 63 16
                                    

Rombongan anak yang berada di belakang gadis Lestrange itu meringis. Mereka mengkhawatirkan anak itu yang tampaknya kelas satu.

"Maaf—"

Plak!

Beatrix menamparnya membuat anak berjubah kuning itu terjungkal ke belakang. Dia mengerang karena sakit sekali.

"Darah-lumpur bangsat! Beraninya kau mengotori jubahku yang suci! Bocah sialan! Bodoh! Goblok! Tolol! Tak berguna!"

Beatrix membungkuk, menarik kerah jubah anak itu. Mengangkatnya, kemudian memelototinya.

"Kau tahu siapa aku?" katanya kasar. "KAU TAHU SIAPA AKU?!"

"Ma—af...," cicit si anak ketakutan. Dia berusaha melepaskan diri dari cengkeraman menyakitkan.

"Hufflepuff! Pantas saja kau bodoh!" bentak Beatrix berang. "Idiot!" dia menghempaskan anak itu ke lantai batu dengan keras. Dia menendang kasar kaki si anak hingga sang empunya menggerung kesakitan.

Setelahnya dia menyibakkan jubahnya di hadapan anak yang menangis tersedu-sedu itu. Mata gelapnya berkilat berang, kejengkelannya sudah di ubun-ubun.

Dia duduk di mejanya, menarik semangkuk bubur. Dan memakannya dengan perlahan. Dia membuang dan menarik napas panjang terus-menerus untuk meredakan emosinya.

"Ini jadwalmu," kata Crabbe, meletakkan jadwal ke atas meja di sebelah mangkuk bubur gadis itu.

"Trims," balas Beatrix singkat. Dia menghabiskan buburnya, lalu meneguk jus jeruk. Dan meraih jadwalnya.

"Pagi," kata Draco riang, duduk di samping sepupunya. "Wah, aku tunggu di ruang rekreasi rupanya sudah di sini."

"Diam," kata Beatrix jengah. Dia sedang malas mendengar ocehan tak penting. "Transfigurasi bersama Ravenclaw...," dia menambahkan dengan jijik. "Pemeliharaan Satwa Gaib bersama—Gryffindor...," dia menambahkan dengan lebih jijik lagi. "Ramuan bersama Ravenclaw—lagi."

Draco menatapnya sekejap, lalu dia melanjutkan sarapannya.

"Bye, Draco. See you in class," kata Beatrix, melipat jadwalnya dan memasukkannya ke saku jubahnya.

***

Kelas Transfigurasi, Beatrix masih sedikit jengkel. Tapi dia mendengarkan dan menulis banyak catatan. Mempraktikkan dengan baik dan hasilnya nyaris sempurna.

"Dua puluh angka untuk Slytherin," kata McGonagall.

Beatrix menyeringai sekilas. Pada akhir pelajaran, dia harus tinggal di kelas untuk sementara waktu bersama McGonagall.

"Ada apa, Professor?" tanya Beatrix, menaikkan sebelah alisnya penasaran. Semua anak telah keluar.

"Aku mendengar bahwa kau menampar, memaki, dan menendang seorang anak kelas satu tadi pagi," kata McGonagall, duduk tegak di kursinya.

"Dia menabrak saya," balas Beatrix. "Jubah saya seharusnya murni! Dia mengotori jubah saya dengan sentuhannya! Darah-lumpur menjijikkan!"

"Miss Lestrange, dia bukan kelahiran-Muggle," desah McGonagall tampak frustasi. "Bisakah kau mengontrol emosimu? Kita akan kedatangan tamu sebulan lagi. Dan itu tamu penting..."

"Baik," kata Beatrix. "Saya akan mengontrol selama tak ada yang mengganggu saya, Professor."

McGonagall menghela napas panjang. Kemudian dia mengisyarat agar Beatrix keluar untuk melanjutkan kelasnya.

Beatrix Lestrange [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang