Chapter 10

878 117 56
                                    

Lucius Malfoy dipecat dari dewan sekolah. Beatrix hanya bisa diam selama dia sarapan bersama mereka. Dia melihat wajah pamannya ditekuk selama sarapan berlangsung, sementara bibinya tampak cemas.

Setelah selesai sarapan, Beatrix kembali ke kamar. Dia menunggu sepupunya pulang di dalam sana, dia hanya duduk di kasur. Tak ada apa pun yang menarik untuk dilakukannya.

Dia mulai bosan setelah duduk diam selama setengah jam. Kemudian dia meraih buku dongeng, dan mulai membacanya sambil menunggu sepupunya sampai.

Sekitar satu atau dua jam menunggu, akhirnya Draco sampai juga di Malfoy Manor. Dia juga tampak tak senang sama seperti ayahnya. Keduanya sama-sama dongkol.

"Draco?" kata Beatrix pelan.

"Hai, Bee," kata Draco, yang dipaksakan tampak riang.

"Draco kenapa?"

"Tidak apa-apa... aku ke kamar duluan ya, Bee..."

Beatrix mengangguk, dan dia juga menuju kamarnya. Dia menutup pintu, lalu melangkah ke kasur.

"Draco kenapa ya?" tanyanya bingung. "Apa karena Paman dipecat sehingga membuat kehormatannya hilang? Atau karena kalah lagi dalam memperebutkan Piala Asrama?"

Beatrix diam, tak tahu harus apa. Dia lebih baik diam dan tidak mengganggu sepupunya karena kalau dia sendiri diganggu dia juga akan marah. Jadi, diam adalah pilihan yang lebih baik.

***

Selama beberapa hari kemudian, sebuah berita datang dan membuat seisi ruang keluarga menjadi berubah dongkol ketika mereka melihat berita itu.

KARYAWAN KEMENTERIAN SIHIR
MEREBUT HADIAH UTAMA

Arthur Weasley, Kepala Kantor Penyalahgunaan Barang-barang Muggle di Kementerian Sihir, berhasil memenangkan Hadiah Utama Undian Tahunan Galleon Daily Prophet.

Mr. Weasley yang gembira memberitahu Daily Prophet, "Kami akan menggunakan uang emas ini untuk melewatkan liburan musim panas di Mesir. Putra sulung kami, Bill, bekerja di sana sebagai penangkal kutukan di Bank Sihir Gringotts."

Keluarga Weasley akan melewatkan sebulan di Mesir, kembali pada awal tahun ajaran baru di Hogwarts. Lima anak keluarga Weasley masih bersekolah di sana.

"Ck," decak Lucius. "Sangat menjengkelkan melihat keluarga miskin ini. Memalukan. Darah-pengkhianat dan— ah— berteman dengan Muggle sekaligus kelahiran-Muggle."

Draco tampak pucat setelah ayahnya mengatakan kalimat terakhirnya. Beatrix yang melihatnya hanya mengernyitkan dahinya.

"Draco?" bisiknya.

"Bee, ikut aku sebentar," kata Draco, menarik tangan sepupunya dan membawanya ke kamarnya. "Ada yang harus kutunjukkam padamu."

Beatrix hanya mengikutinya. Menuju kamar sepupunya. Draco menutup pintu dan menguncinya.

"Apa yang ingin kau tunjukkan, Draco?" tanya Beatrix ingin tahu.

"Pelankan suaramu," bisik Draco.

Beatrix memicingkan matanya. Kemudian dia duduk di kursi, sementara Draco duduk di kasurnya.

"Tadi itu hanya alasan," bisik Draco. "Aku mau bilang sesuatu padamu... tetapi kumohon kau jangan berteriak atau marah kepadaku."

Beatrix Lestrange [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang