34. SAKIT

3.7K 193 20
                                    


Makasih buat kalian yang masih nungguin kelanjutan cerita ini. Gue yakin, pasti kalian tipikal orang setia, Cerita aja masih di pantengin, apalagi perasaan. Hhay...

Oh ya, Aku gabakal bosen buat minta maaf. Maafin ceritanya belum sempurna, dari penulisannya yang masih berantakan kaya perasaan Rey, dari setiap katanya yang selalu banyak Typo, dan dari alurnya mungkin ada yang kurang srek atau gimana gitu yaaa...

Tapi sebenernya aku selalu berusaha buat kasih yang terbaik, cuma masih aja banyak kesalahan, tapi gapapa lah ya, yang penting udah usaha dulu.😂

Jangan bosen ya sama cerita Ini. Kalo bosen bilang, jangan ngilang gitu aja. Cukup dia yang merasa bosan dan pergi menghilang, kalian jangan🤢

Makasih yang udah Vote, komen, nunggu cerita up, mungkin juga ada yang nge share gitu, makasih yaa.. kalo gaada yang nge share, bantu share dong, biar rame gitu, kan kalo rame enak, aku jadi gak kesepian, kasian aku kesepian disini, udahmah SndiriAn, kesepian pula.

Makasih
Makasih
Makasih

Tapi kenapa kalian gasuka jawab ucapan makasihnya hah?! Kenapa hah?! Kenapa?! Apakah itu tidak penting? Atau bagaimana? Tolong di jelaskan, tolonggggg😭
_Dramatisnya.

🪂HAPPY READING🪂

Darah segar mengalir dengan sempurnanya. Lantai bersih kini ternodai darah itu.

Laki-laki itu memejamkan matanya dengan jantung berdetak cepat dan tubuh yang bergetar.

Seketika tubuhnya melemas dan terduduk di lantai.

"AHHHHRRGG !" Teriaknya memegang kepala dengan kedua tangan.

Gadis dengan jaket hitam itu diam menatap pisau yang tadi mengenai kaki laki-laki di hadapannya.

''rey! lo kenapa?!'' Chacha mulai panik karena Rey yang terlihat kesakitan. ia menjongkokkan tubuhnya agar sejajar.

''kepala saya sakit sya'' lirih Rey yang menekan kepalanya sendiri.

Chacha rasa, kaki Rey juga sakit karena terkena pisau yang Rey jatuhkan sendiri ''azab kali,'' spontannya ''eh'' Chacha menutup mulut.

Rey tidak peduli dengan ucapan itu, ia sedang merasa sakit kepala dan kaki.

''saran gue, mending lo tidur, kali aja gabangun lagi'' beritahu Chacha dengan santainya. Rey mendongak pada Chacha dengan mata tajamnya.

Bukan hanya kaki dan kepalanya yang terasa sakit, bahkan hatinya lebih dari sakit.

Rey berdiri lalu menarik Chacha lagi ''eh eh! lo ngapain narik narik gue!'' Chacha yang menarik narik tangannya.

Bugh

lagi lagi Rey melempar Chacha pada dinding. Chacha sudah tahu sikap Rey, Rey kasar. ''si rey ngibarin bendera perang ke gue kaya nya'' batinya.

''gue gatakut sama lo!'' tantang Chacha dengan wajah Songongnya.

''dasar gila'' Rey mengatai istrinya. Ia menjatuhkan tubuhnya pada kasur lalu menutup mata. Kakinya yang masih mengelurkan darah seolah tidak terasa. Karena apa? Karena hatinya yang terlalu sakit mengingat setiap kata yang dilontarkan Chacha.

Chacha berkerut heran, ia fikir Rey akan mengajak ribut, padahal Chacha sudah menyiapkan kuda kuda.

Chacha memegang bahunya yang terasa sakit, sudah tadi karena latihan, ditambah lagi Rey yang melemparnya dengan kasar itu. Intinya malam ini badannya berdenyut.

PAK REY TERHORMAT ! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang