40. Alergi

2.4K 162 59
                                    

Makasih untuk semua dan segala hal.
Mohon maaf atas segala kekurangannya, sekian dan jangan lupa VoMent.

🦐HAPPY READING🦐

Tentu saja Chacha menggeleng mendengar ucapan itu. Gila saja Rey mengatakannya dengan terus terang.

"Plis."

Aih, mengapa suasana terasa sangat mencekam. "Sorry Rey, Gabisa." Chacha bersuara dingin.

"Seandainya kamu saya paksa?"

"Gue tonjok mata lo."

"Plis one time." Rey kembali mengedipkan satu matanya.

Chacha menarik nafasnya teratur. "Sebelumnya gaada cowok yang berani ngerendahin gue." Ucapnya dengan penuh sindira.

"Kamu istri saya. Tidak ada kata MERENDAHKAN dalam status kita." Suara yang cukup dingin.

Hening.

Chacha diam menunduk. Mengapa ia selalu lupa akan hal itu?

Rey melihat Chacha yang diam dengan helaan nafas kecil. "Rupanya istri saya setegang itu." Batinnya merasa kasihan dengan diamnya Chacha.

"Ututututuuuuu Sayangg... Maaf maaf saya hanya bercanda..." Serunya dengan nada di buat buat sembari merentangkan tangan memeluk Chacha yang sudah terlihat cemas.

Chacha merasa lega. Sangat.
Terbawa suasana, ia malah membalas pelukan itu.

Rey yang sudah duduk sembari memeluk istrinya itu mengukir senyuman diatas kepala Chacha. Rey mencium pucuk rambut istrinya.

Chacha mendongak melihat ekspresi Rey. Ia tersenyum kecil saat mata mereka bertemu. Mengapa dirinya jadi seperti bocah?

"Kenapa?" Tanya Rey

Chacha melepaskan pelukan itu cukup cepat. Malulah biasanya nolak sekarang malah nyaman. Eh canda nyaman.

Baiklah, Chacha rasa Rey hanya alasan, jika saja tadi dirinya mengatakan YA, mungkin bisa terjadi. Kita buktikan secara langsung agar lebih jelas. "Mmmm lo beneran bercanda?" Tanya nya sok malu malu padahal cemas.

Rey mengangguk mantap sembari bersandar pada kursi.

"Kenapa gak serius?" Tanya Chacha membuat Rey menatapnya cepat.

Mata laki laki itu cukup melotot. Paniklah denger ucapan istrinya. "M-mak sud kamu?" Gelagapnya meneguk ludah.

"Tadi lo serius apa becanda?" Chacha cukup ngegas.

Rey menghela nafas seolah lega. "Bercandalah, masa iya saya ngajak kamu gitu di kantor, CCTV bertebaran disini, lagian saya hanya memancing emosi kamu saja, eh ternyata kamu tidak marah." Rey mengelus rambut istrinya pelan. Bukankah itu yang dilakukan laki laki sebagai perbuatan sayangnya?.

Chacha mengangguk ngangguk bak anak kecil saat diberi nasihat. "Thanks."

"Foor?"

"Gaada. Mending lo makan deh." Suhutnya dengan cepat sembari membuka Box makanan itu.

Rey hanya diam memperhatikan Chacha yang sok sibuk. "Suapin Sya, tangan saya pegal." Pintanya membuat Chacha menoleh. Ia membawa Box itu lalu meletakkannya diatas tangan Rey.

"Makan sendiri. Kalo tangan lo udah gaada, baru gue suapin."

"Astagfirullah Sya, kamu do'ain tangan saya gaada?" Rey membeo.

Chacha menggeleng. "Gak gitu arahnya Goblok."

"Heh! Kebiasaan, bahasa kamu tidak dijaga." Rey menepuk mulut istrinya dengan lempeng.

PAK REY TERHORMAT ! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang