67. LAHIRAN

3.4K 176 65
                                    

Hai!!!
Semoga kalian selalu baik ya ...
Jangan lupa jaga kesehatan..
Kalo laper minum ya ..
Kalo haus makan...
Kalo ngantuk mandi..
Kalo gerah tidur...
Kalo bosen pergi...
Kalo capek olahraga...
Kalo gaenak badan istirahat...

Sejauh ini, makasih buat 20,7k nya, seneng banget hhuuu...
Maaf juga masih banyak kekurangan...
Makasih udh nerima apa adanya🤧


🍡HAPPY READING🍡

Sudah 14 hari Rey tidak masuk kerja. Rey sudah tak sabar menanti kehadiran anaknya, perikiraan dokter, Chacha lahiran itu minggu kemarin, sejak Rey tahu perkiraan itu, ia tidak lagi masuk kantor, tetapi sampai saat ini juga Chacha belum ada tanda tanda melahirkan.

Dua orang itu selalu uring uringan setiap hari karena sudah lebih satu minggu dari perkiraan dokter. Semua keperluan bayi sudah mereka siapkan dengan sempurna, dari mulai baju sampai kaos kaki, semua sudah tertata rapi.

''rey, besok lo kerja aja.'' ucapnya seraya duduk di kursi.

Rey yang sedang makan malam itu menggeleng sebagai jawabannya ''sya, kamu mau di caesar Tidak?'' tawar Rey.

Chacha menggeleng ''lo aja yang di caesar.'' jawabnya.

Rey memanyunkan bibir.

''jelek tau Rey lo kaya gitu, lucu juga ngga.'' komentar Chacha.

''dasar netizen.'' gumam Rey sembari menyuap nasi terakhir.

''Rey,'' 

''apa darling.'' jawab Rey dengan nada manjanya.

Chacha menatap Rey malas ''kemaren gue nelpon ayah,'' beritahunya membuat gigi Rey berhenti mengunyah ''gue bilang ke ayah kalo bentar lagi gue lahiran.'' lanjutnya membuat Rey semakin fokus menyimak.

Rey meleguk air siap mendengar hal apa yang terjadi ''lalu kata prayitno apa?'' tanya nya meletakkan gelas yang sudah kosong.

''katanya gini, 'kamu masih nganggep saya ayah?'.'' beritahu Chacha mengulang ucapan Prayitno.

''lalu kamu jawab apa?'' tanya Rey lagi.

''gue tanya balik, emang ayah udah gangaggap aku anak?'' jawabnya memberitahu dialog saat itu, Rey mengangkat satu alis menunggu kelanjutan ucapan Chacha ''terus kata ayah gini, kalo kamu mau lahiran, lahiran aja gausah ngasih tau kita, disini kita udah gaada yang peduliin kamu lagi.'' lanjut Chacha memberi tahu jawaban Prayitno saat itu dengan mata yang sudah berkaca kaca.

Rey diam merasa sesak, hatinya terasa tertusuk mendengar dan melihat Chacha seperti itu ''kok saya tidak tahu waktu kamu telponan dengan prayitno?'' tanyanya. Sudah dua minggu Rey dirumah, tapi ia tidak tahu kemarin Chacha menelpon Prayitno.

''waktu itu gue sengaja nelpon ayah pas lo mandi, soalnya kalo lo tau pasti lo marah.'' beritahu Chacha berusaha menahan air matanya yang akan jatuh.

Rey menghembuskan nafasnya, ia tidak akan marah pada Chacha, semua sudah terjadi, Chacha bercerita saja sudah membuat Rey senang ''lalu prayitno mengatakan apalagi?''

Chacha meneguk ludahnya menahan rasa sakit yang ia pendam ''terus ayah bilang gini, itu beneran anak laki laki licik itu? kamu serius punya anak sama dia? saya rasa kalo itu beneran anak rey, tidak jauh nanti jika dia sudah besar, pasti licik, seperti orang ayahnya, nakal seperti kamu, tidak bisa diatur, gitu rey,''jelas Chacha meniru nada bicara Prayitno saat itu.

Rey berdiri di sisi istrinya yang sedang duduk dengan wajah bercampuran antara sedih, kecewa, dan kesal. Rey membawa Chacha kedalam pelukannya ''nanti nanti, jika kamu ingin menelpon Prayitno, kamu ajak saya ya.'' ucapnya yang diangguki Chacha.

PAK REY TERHORMAT ! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang