Hai, hai, hai...
Setia terus ya sama cerita ini. Jangan bosen bosen ya. Cukup dia yang merasa bosan dan menghilang begitu saja tanpa kabar.🤧
Makasih buat yang selalu support.
Mohon maaf atas segala kekurangannya. Sekian dan terimakasih..
🤼♀️HAPPY READING🤼♀️
Menunggu, itulah yang Rey rasakan. Ia menunggu kedatangan Chacha kekantornya . Rey menyuruh Chacha kekantor membawakan makan, Rey memaksa Chacha lewat telpon tadi. Rey tahu, siang ini Chacha sedang bersantai santai menikmati waktu liburnya dikamar, Rey tidak terima itu, mengapa? karena Rey lelah diam dikantor mengurus kerjaan yang sangat menumpuk. Karena otaknya yang sekarang sedikit lambat karena si perasaan Cinta.
Ini bukan hari minggu, tapi Chacha tidak masuk sekolah, alasannya karena libur, dan Rey iri pada hari libur istrinya, masalahnya Rey tidak bisa libur seperti itu, kadang pula hari minggu Rey tidak santai, jadilah jiwa Rey panas ketika melihat Chacha santai.
Setelah kejadian hari lalu, Chacha sudah mulai nurut dan menghargai Rey, Chacha sudah menggunakan uang yang Rey berikan, barang yang Rey beri pun Chacha pakai walau berat hati, dan Chacha tidak lagi cuek pada Rey, walau hanya sedikit.
''siang pak rey,'' sapaan itu membuat Rey yang sedang berkutat pada laptopnya jadi menoleh ''siang ini bapak ada meeting.'' beritahu Via.
Rey melihat jam dipergelangan tangannya, ia hampir saja lupa jika Via tidak mengingatkan. Fikirannya saat ini lebih banyak mengingat istrinya dibanding si pekerjaan. ''yasudah, kita berangkat sekarang.'' ucapnya sembari berdiri. Via mengangguk setuju.
Baru membuka pintu, langkahnya harus tertunda dimana Chacha sudah ada di depan pintu.
''pak saya tunggu di depan.'' Via yang meninggalkan Rey berdua dengan istrinya. Ia tidak mau dimarahi Rey lagi seperti hari lalu. Via sedikit merasa Trauma, bahkan Rey sudah menggeram geram dan menggebu saat itu menatap Via seperti mangsa.
Chacha menyodorkan paperbag makanan yang tadi ia beli dijalan.
''kamu tunggu didalam, saya ada janji dulu sebentar.'' ucap Rey membuat tangan itu turun dari sodorannya.
''gue juga ada janji rey,'' decaknya tak mau menuruti perintah Rey yang kali ini.
''janji kamu tidak penting, palingan juga hanya bertemu Davin, iyakan?'' tebak Rey tepat sasaran. Rey memang memberi Chacha kesempatan untuk bertemu Davin, setelah ia Fikir fikir, kasihan istrinya jika terlalu di kekang, tapi hanya dengan Davin. Itupun sudah ada aturannya, satu minggu minimal satu kali bertemu Davin di tempat selain Sekolah. Jika lebih dari satu kali, maka Chacha harus menuruti perintah Rey selama satu minggu full. Jika tidak, auto gaboleh ketemu Davin satu kalipun.
Chacha bingung, kenapa manusia satu ini selalu menebak dengan tepat, ia jadi tidak bisa bohong, jika bohong maka akan di tekan terus menerus sampai jujur.
''tunggu ya, saya pergi sebentar.'' suruh Rey yang diberi angkatan alis oleh Chacha. Rey menyodorkan tangannya pada kehadapan wajah itu, Chacha mengangkat kepalanya tidak mengerti. ''salim tasya, saya suami kamu,'' gereget Rey karena istrinya tidak peka.
Chacha bergedik. ''gue merinding dengernya.'' dengan tatapan ngeri.
Rey berdecak lebay. '' waktu itu kamu bilang sama saya 'gue bakal berusaha jadi istri buat lo, asal lo nya gajahat ke gue, asal lo nya juga baik baik ke gue' tapi nyatanya tidak.'' Rey yang mengulang dialog Chacha sewaktu masalah berlian dan sepatu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAK REY TERHORMAT ! (END)
Romance'' mau lo apasi ?!'' tanya Chacha dengan sewotnya pada Rey. ''memang , anak sekarang tidak tahu sopan santun'' gumam Rey menyindir Chacha. ''PAK REY TERHORMAT ! APA MAU ANDA!'' tanya Chacha dengan tertekannya pada Rey . ''saya tidak suka kamu'' j...