35. Pengungkapan

2.8K 178 17
                                    


Buat yang lagi ada tugas, semangat ngerjainnya.

Mohon maaf, penulisan berantakan dan banyak Typo.

Terimakasih untuk kalian yang selalu membaca, memberi Vote, dan menulis komentar di part part sebelumnya. Jangan bosen sama ceritanya yaa...

Bantu Share juga biar ceritanya Rame gak sepi kaya hati aku🙈

🥰HAPPY READING🥰

"Saya sayang kamu," suara itu terdengar begitu lirih membuat Chacha dengan cepat kembali menatap Rey dari kejauhan.

Hening.

Dua orang itu saling bertatapan dari jauh. Dengan cepat, Chacha memalingkan matanya membuat tatapan mereka terputus.

Begitupun Rey yang memalingkan tatapannya dengan sedikit kikuk.

Rey terpaksa mengungkapkannya, ia tidak bisa lagi memendam perasaan itu sendirian.

''sudahlah, tidak perlu dijawab, saya harus kekantor.'' Rey yang membuyarkan kediaman itu. Ia beranjak dari kasur dengan langkah tertatihnya karena kaki yang dibaluti perban. Ia membuka lemari mengambil pakaian lalu masuk kamar mandi .

Chacha diam sendirian, ternyata dugaannya benar, bahkan ia mendengar dari mulut Rey sendiri. Chacha harus menjawab apa sekarang. Ia harus bersikap bagaimana? Chacha tidak paham dengan keadaan saat ini. Lagi lagi perasaannya dibuat bingung dengan pernyataan laki laki.

Andai saja Rey bukan suaminya, mungkin Chacha bisa menjawab hal yang sama seperti pada Al, tapi Rey dan Al berbeda, Ia harus pandai menghadapi perasaan laki laki itu.

Perempuan itu keluar kamar, baiklah, ia sudah berniat akan berbuat baik pada Rey, tapi, ia takut perasaan Rey malah semakin besar karena kebaikannya, tapi, rasanya tidak akan, toh yang Chacha lakukan hanya masak .

Itulah yang Rey takutkan, dimana ia mengungkapkan perasaannya dan tidak mendapatkan jawaban yang sesuai, hal itu adalah hal yang menjadikannya merasa malu, mendapat jawaban yang sesuai itu sulit, tapi menjadi sebuah harapan.

Rey sudah rapi, ia memakai sepatunya di sofa kamar dengan pelan, tidak melihat keberadaan Chacha membuatnya merasa tenang, Rey akan sangat malu jika berhadapan dengan Chacha untuk saat ini.

Sebenarnya kepala Rey masih terasa sakit, apalagi kakinya. Tapi Rey tidak mau diam disana lama lama, lebih baik ia istirahat di kantor daripada merasakan keheningan hanya karena ungkapan.

''rey gue udah masak, lo gamau makan dulu?'' tanya Chacha begitu Rey sampai di pintu keluar.

''saya buru buru.'' so sibuknya tanpa berbalik badan menghadap Chacha.

Rasanya sia sia Chacha memasak.''yaudah si terserah.''

kan

Chacha marah ceritanya.

Rey menggaruk kepalanya, ia berbalik badan, Chacha sudah menutup pintu kamar membuat Rey semakin bingung dengan perasaannya.

Sebagai laki laki gantle, ia menyimpan tasnya diatas meja, membuka pintu kamar menemui istrinya, Rey harus membicarakan perasaannya secara baik baik, ia harus berani, Rey tidak boleh takut dengan jawaban Chacha. Seandainya Chacha tetap menolak keras dengan ucapan baik baiknya, mungkin Rey akan melepas Istrinya.

''sya, kamu marah?'' tanyanya duduk di sisi Chacha yang membaca novel di sofa itu.

''ga.'' jawab Chacha sembari membaca.

''sya, maaf semalam saya kasar.'' ucap Rey merasa bersalah dengan sikap malam.

''gapapa'' jawab Chacha singkat.

PAK REY TERHORMAT ! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang