💕Happy reading 💕
Tidak ada Gia ataupun Gea seperti yang Rey harapkan dua tahun lalu.
"Mah, kok papa belum pulang ya?" Tanya anak laki laki dengan raut bosannya. "Padahalkan Abang pengen diajarin belajar sama Papa lagi." Eluhnya dengan raut murung.
ChaCha yang mendengar keluhan Putranya itu melihat jam, "iya ya, kok tumben jam segini Rey belum balik." Batinnya karena jarum jam menunjuk angka 6, biasanya, Rey pulang pukul tiga sore, tapi sekarang belum juga datang.
"Itu tugasnya udah selesai belum? Sini mama periksa." ChaCha yang mengalihkan fikiran anaknya.
Gio memberikan bukunya kepada sang mama yang duduk diatas sofa.
ChaCha mengoreksi hasil hitung Gio, dia memang sudah sering menemani Gio belajar, biasanya ada Rey juga yang ikut mengajari anaknya, dimulai berhitung, menulis, menggambar, sampai membaca, Mereka berdua memang cukup keras dalam mendidik Gio belajar, bahkan Gio yang baru kelas satu SD itu sudah terbilang Pintar karena kemampuannya yang melebihi anak anak lain.
"Pinter banget Abang, ini betul semua loh." Puji ChaCha membuat Gio yang duduk di sisinya mengukir senyuman.
Gio memang ingin dipanggil Abang, karena menurutnya dia sudah besar, dan juga katanya ingin seperti Dika yang disebut Abang oleh ChaCha, ingin seperti Satria juga yang disebut Abang Oleh Jojo.
Gio menyandarkan kepalanya memeluk ChaCha dari samping. ChaCha menyimpan buku di pegangannya lalu mengelus rambut Gio, tumben anak pertamanya itu berlaku manja, biasanya Gio hanya manja kepada Rey saja.
"Abang kenapa?"
Gio menggeleng dengan raut murungnya. "Abang mau nelpon Papa?" Gio tetap menggeleng.
Tiba Tiba saja Gio berdiri dan duduk di pangkuan Chacha membuat ChaCha terkejut. "Abang! Pelan pelan, nanti kena Adenya loh," peringat ChaCha.
Gio menatap perut buncit didepannya dengan cemberut. Setelahnya dia menatap Chacha tajam. "Mama kok bentak Abang?" Tanya nya nyolot.
Ya, ChaCha sedang mengandung lagi, usia kandungannya sudah sembilan bulan.
"Ehh, kok marah? Gaboleh gitu sama orang tua, Abang harus sopan."
Gio semakin menajamkan tatapannya. "Bener ya apa kata temen temen! Ternyata kalo punya Ade itu gaenak! Abang bakal sering dimarahin! Mama sama papa bakal direbut! Abang gajadi pengen Adenya, Abang mau sendiri aja." Cibirnya masih di pangkuan Chacha.
ChaCha tersenyum lalu menelungkup wajah anaknya. "Abang gaboleh gitu, justru kalo Abang punya Ade, Abang bakal lebih enak, nanti Abang ada temen ngobrol, ada temen main, ada temen belajar, ada temen lari lari, nanti juga Abang bisa ajarin adenya tonjok tonjokan."
Gio masih berwajah badmood, dengan bibir mengerecut membuat pipinya terlihat mengembung.
"Assalamualaikum, Ehhh!!! Abang turun! Gaboleh dipangku Mama!!" Pekik Rey yang baru saja datang. Rey lari lalu memindahkan Gio agar duduk di sofa.
Gio semakin murung, dengan mata tajamnya dia menatap Rey bak mengajak berkelahi.
"Kamu, kenapa Gio ga diturunin, Gio itu berat loh." Ucap Rey kepada ChaCha yang memberinya pelototan.
Rey yang memang belum peka itu malah duduk di sisi Chacha. "Assalamualaikum, anak Papa, kapan mau keluar, kenapa betah banget?" Tanya nya mengelus perut itu.
Gio menatapnya dengan raut tak terima, bahkan matanya sudah berkaca kaca.
Chacha yang melihat itu menepuk Rey yang tidak menatapnya, Rey fokus kepada perut saja, dia berfikir ChaCha menepuknya karena ada debu di bajunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAK REY TERHORMAT ! (END)
عاطفية'' mau lo apasi ?!'' tanya Chacha dengan sewotnya pada Rey. ''memang , anak sekarang tidak tahu sopan santun'' gumam Rey menyindir Chacha. ''PAK REY TERHORMAT ! APA MAU ANDA!'' tanya Chacha dengan tertekannya pada Rey . ''saya tidak suka kamu'' j...