18. Apa mungkin itu dia?

3.4K 258 2
                                    

Assalamualaikummm!
Warning:● Banyak typo bertebaran!
● Kata-kata kasar!
Jadi bijak dalam membaca! Oke?

Don't Forget vote and coment!
Happy Reading!!
.

.

.

Sementara di sebuah kamar bernuansa biru tua, seorang pria sedang grusak-grusuk diatas kasurnya. Dia memikirkan perasaannya kepada seorang gadis yang dia kagumi. Dia memikirkan cara bagaimana cara mengunkapkan perasaannya. Ingin mengungkapkan tetapi takut merusak perhabatannya dengan gadis itu. Takutnya jika gadis itu menolak dan malah menjauhinya.

"Argggh gue harus gimana!" Ucap pria itu mengacak rambutnya frustasi.

"Gue suka sama lo Nay! Tapi gue takut cinta gue gak terbalas dan lo malah ngejauh dari gue" ucapnya lirih.

"Tapi kalo gue gak ngungkapin, gue ngerasa punya beban" ujarnya bermonolog.

"Gue harus ngungkapin! apapun keputusan Naya gue akan nerima resikonya" ucapnya yakin dan memejamkan matanya menuju alam mimpinya.
________________________________

Naya dan Rafael menuju ke sebuah panti asuhan, sudah biasa bagi Naya. Ketika di LA, uang hasil dari balapan pasti Naya sumbangkan ke panti asuhan. Naya tidak akan memakai uang itu.

"Kalo lo mau, ambil aja setengahnya El" ujar Naya ketika berada di depan pintu panti asuhan terdekat.

"Gak, bayaran dari bokap lo aja udah lumayan" tolak Rafael membuat Naya mengangguk.

"Permisi!" Ucap Rafael mengetuk pintu panti asuhan. Naya melirik jam yang melingkar di lengan kirinya yang menunjukkan pukul 01:37.

Pintu terbuka menampilkan wanita paruh baya dengan wajah terkejutnya ketika melihat Rafael dan Naya. Wanita itu mengira jika dihadapannya ini adalah rampok, maling, atau sejenisnya. Bagaimana tidak menyangka begitu, Rafael dan Naya yang memakai pakaian serba hitam ditambah dengan masker yang masih menutupi sebagian wajahnya. Satu lagi, bertamu pada tengah malam seperti ini membuat wanita itu semakin yakin jika Naya dan Rafael adalah perampok.

"S-siapa k-kalian?" Tanya wanita itu terbata-bata dengan raut wajah ketakutan.

"Ibu tenang, kita bukan orang jahat. Kita kesini hanya ingin memberikan ini" ujar Naya dan memberikan amplop coklat kepada ibu itu. "Ini ada sedikit uang dari kami buk, isyaallah uang ini halal" lanjut Naya membuat wanita itu bernapas lega dan menerima amplop coklat itu.

"Terimakasih dek, saya terima ya? Maaf sudah berpikiran yang tidak-tidak tentang kalian" ujar wanita itu.

"Gapapa kok buk, kita juga yang salah sudah bertamu tidak tau waktu. Kami minta maaf buk" ujar Naya membuat wanita itu tersenyum.

"Iya tidak apa-apa. Apa kalian mau masuk dulu?" Tanya wanita itu membuat Rafael dan Naya menggeleng.

"Mungkin lain kali saja buk, ini sudah malam. Sekalian kami pamit pulang ya buk" tolak Rafael halus membuat wanita itu mengangguk.

"Ya sudah kalian hati-hati!" Ujar Wanita itu dan mendapat anggukan dari Naya dan Rafael. Setelah itu mereka berlalu meninggalkan panti tersebut.

Dari kejauhan terdapat dua pemuda tampan yang mengawasi Naya dan Rafael, lebih tepatnya mereka mengawasi Naya. Mereka mengikuti Naya dan Rafael setelah pergi dari area balapan karena mereka penasaran dengan Naya.

"Gak nyangka gue, tuh cewek hatinya baik bener dah. Gue kira uangnya bakal dia hambur-hamburin, ternyata dia sumbangin. Kagum gue" ucap salah satu pemuda itu.

"Mata itu... kayaknya gue kenal" gumam pria tampan temen cowok itu yang menatap kepergian Naya.

"Lo ngomong apa? Gak denger gue" tanya temannya dan membuat pria tampan itu mengeleng. "Aneh lo setan!" Maki temannya kesal.

Mata dia gak asing bagi gue, apa mungkin itu dia?--batin pria tampan itu dan menjalankan mobilnya meninggalkan panti asuhan.
_____________________________________

02:09

Naya baru memasuki masionnya, dan mendapati Reno yang sedang duduk sambil bermain game di sofa ruang tengah. Rafael sudah kembali ke apartement Naya karena dia memang djperintahkan oleh Zein untuk tinggal disana. Alan? Naya juga tidak tahu abangnya itu dimana, karena Naya tidak melihat batang hidungnya. Naya merebahkan dirinya di sofa dengan paha Reno sebagai bantalan. Reno pun menghentikan aktivitasnya dan menunduk mendapati Naya yang memejamkan matanya.

"Udah pulang hm?" Tanya Reno mengusap lembut surai Naya.

"Capek" rengek Naya yang masih memejamkan matanya membuat Reno terkekeh. Inilah sifat yang disukai Reno pada Naya, Naya yang manja kepadanya.

"Mau gue gendong ke kamar?" Tanya Reno yang masih mengusap lembut rambut Naya.

"Mau disini aja" jawab Naya.

"Nanti sakit badannya princess" tegur Reno menatap Naya yang memejamkan matanya. Tangannya tidak berhenti mengusap lembut kepala Naya.

"Gimana? Pasti menang dong?" Tanya Reno yang masih mengusap surai hitam Naya.

"Hm, lo tau gak siapa lawan gue?" Tanya Naya balik dengan mata terpejam.

"Siapa?"

"Ketua geng Aron! Orangnya songong, licik lagi!" Gerutu Naya.

"Emang princess di apain?" Tanya Reno.

"Motor gue di tendang! Dia pikir motor gue bola apa? Main tendang sembarangan. Dia pikir motor gue belinya pake duit dia? Dia pikir motor gue gak mahal? Untung gue bisa jaga keseimbangan" dumel Naya membuat Reno terkekeh mendengarnya. Beginilah ketika Naya sudah kesal dengan seseorang, selalu saja menggerutu, ngedumel, ngomel dan sejenisnya.

"Lain kali gausah ikut balapan ya princess" bujuk Reno. "Gue takut terjadi sesuatu sama princess" lanjutnya.

"Gak janji" jawab Naya membuat Reno menghembuskan napasnya lelah. Kalo sudah gini, rayuan dan bujukan apalagi agar bisa merubah sikap sepupunya seperti dulu lagi?

"Abang kemana?" Tanya Naya membuka matanya.

"Ke kantor, katanya ada yang penting. Siang besok baru balik" jawab Reno dan Naya hanya membentuk mulutnya seperti huruf O.

"Ke kamar aja ya? Kalo disini nanti sakit" bujuk Reno dan Naya menggeleng membuat Reno lagi-lagi mengehela napasnya pasrah, kalo sudah begini dia bisa apa? Naya memang keras kepala.

"Yaudah tidur aja" ucap Reno lembut, tangannya tidak berhenti mengusap lembut pucuk kepala Naya. Gak pegel bang?

Naya kembali memejamkan matanya, beberapa menit kemudian. Terdengar napas yang sudah teratur, Reno pun mengangkat tubuh Naya dan membawanya ke kamar Naya. Dengan perlahan Reno meletakkan Naya pada kasur queen size-nya dan menarik selimut untuk menutupi tubuh Naya sebatas dada.

"Good Night berlian Sanata" ucap Reno mengecup singkat pucuk kepala Naya setelahnya dia keluar dari kamar Naya menuju ke kamar tamu yang dia tempati di masion Sanata.

Siapa ya dua pemuda yang ngikutin Naya?
Siapa pria yang ingin mengungkapkan perasaannya kepada Naya?

Terimakasih buat kalian yang udah vote
Terimakasih buat kalian yang udah baca sampai sejauh ini, huuuu terharu aku tuh😢love deh banyak-banyak!!

Tetap jaga kesehatan ya!! Kalian berharga dimata orang yang tepat!

See you next Chapter!!!
Jangan lupa Vote and Coment dulu:)

Without Female Friends✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang