40. Teror

1.8K 147 0
                                    

Assalamualaikummm!
Warning:● Banyak typo bertebaran!
● Kata-kata kasar!
Jadi bijak dalam membaca! Oke?

Don't Forget vote and coment!
Happy Reading!!
.

.

.

"Sepertinya cewek itu menganggap remeh ancaman gue!" Ucap seorang gadis yang sedang bermain pisau lipat di tangannya.

"Sepertinya gue harus segera melenyapkannya" ujarnya dengan senyum miringnya.

"Dito susun rencana, jika dalam dua hari ini dia tetap mengabaikan teror yang kita berikan. Bawa dia kehadapanku dan biarkan tangan indahku yang menghabisinya" gadis itu melempar pisau yang dia pegang ke arah tangan kanannya, beruntung pisau itu meleset mengenai dinding. Sedangkan Dito--tangan kanannya sudah menegang di tempat karena hampir saja nyawanya melayang.

"Apa kau tidak dengar perintahku?!" Sentak gadis itu karena melihat tangan kanannya hanya diam mematung.

"S-saya dengar nona" jawab Dito terbata-bata karena masih syok.

"Susun rencana!" Perintahnya tegas dan mengibaskan tangannya untuk menyuruh anak buahnya itu pergi dari ruangannya.

"Lo udah ngerebut punya gue girl! Lo akan mati di tangan gue!" Gadis itu tersenyum miris mengingat kejadian masa lalunya yang begitu kelam. "Sakit, kenapa setelah kamu tau aku yang sebenarnya, justru kamu ninggalin aku hiks. Kamu bukannya membantu aku hiks supaya aku berubah. KENAPA KAMU MALAH NINGGALIN AKU!" teriaknya di akhir kalimat sambil terisak dan bersamaan dengan vas bunga yang dia lempar ke lantai hingga tak berbentuk.
___________________________

Naya dan Rafael sekarang sudah berada di depan pintu apartemennya, dia sengaja tidak ke masion karena Rafael memberitahunya bahwa ada yang menantang dirinya balapan. Tentu Naya terlihat antusias karena ini memang hobinya. Setelah menekan beberapa digit, Naya memasuki masionnya bersama Rafael dan betapa terkejutnya dirinya ketika melihat ada Reno yang duduk manis di sofa dengan secangkir cappucino di tangannya.

"Lo kok bisa disini?!" Pekik Naya kaget dan duduk di samping Reno. Sedangkan Rafael memilih ke dapur untuk membuatkan Naya coklat panas, Rafael juga sudah tau jika Reno berada disini.

Reno menyruput cappucinonya, setelahnya dia menjawab, "Ya karena gue gak di masion" jawabnya asal membuat Naya menatapnya tajam.

"Gue serius Reno!" Geram Naya.

"Abang lo di kantor, makannya gue kesini. Lo malem ini balapan kan? Gue mau ikut lah! Males di masion" ujar Reno yang mengerti maksud pikiran Naya.

Naya hanya manggut-manggut dan menyandarkan kepalanya ke sofa kemudian memejamkan matanya, lelah. Itulah yang dia rasakan.

"Capek banget kayaknya habis ngedate" ledek Rafel yang meletakkan secangkir coklat panas di hadapan kemudian duduk di samping Naya.

"Gue gak ngedate ya!" Sunggut Naya tanpa membuka matanya.

"Terus apa? Duduk berduaan di tebing pake bawa-bawa teleskop segala buat lihat bintang? Biar apa begitu? Biar romantis?" Cerca Rafael membuat Naya membulatkan matanya menatap Rafael. Reno hanya menyimak obrolan keduanya.

"Lo ngiku--"

"Iya!" Potong Rafael cepat membuat Naya memutar bola matanya malas dan menghembuskan napasnya kasar.

Naya mengambil coklat panas di hadapannya dan meminumnya, kemudian kembali meletakkannya di atas meja dan beralih menatap Rafael.

"Lo denger semuanya?"Rafael menggeleng,

Without Female Friends✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang