64. Rindu

1.8K 257 30
                                    

Aku up lagi nih, yang nungguin buruann gercep sini-sini!!
Komen di setiap paragraf, oke?
●●●

"R-rafael?"

Rafael mengangguk, senyum diwajahnya tidak pernah luntur sedikitpun. Rafael menatap Naya lekat.

Sementara Naya terdiam, "i-ini beneran lo El? Gue gak mimpi kan?" Tanya Naya yang masih tidak percaya.

"Iya ini gue" jawab Rafael membuat Naya langsung memeluknya. Rafael terkekeh ketika tubuhnya sedikit mundur akibat perbuatan Naya.

"Gue basah Nay, jangan peluk gue. Ntar lo sakit" ujar Rafael mencoba melepas pelukan Naya tetapi Naya semakin memeluknya erat.

"Lo kemana aja El, hikss. Lo jahat ninggalin gue" isak Naya di pelukan Rafael.

"Maafin gue ya?" Rafael mengusap lembut surai Naya yang mulai basah akibat air hujan yang membasahi tubuh keduanya.

Naya mendongak menatap Rafael dengan air mata yang bercampur dengan air hujan, "Harusnya gue yang minta maaf, karena gue, lo harus--"

"Sstttt, jangan nyalahin diri lo Nay, gue gak suka. Semua ini salah gue, gue yang gak bisa jagain lo waktu itu" ujar Rafael menyesal.

Naya menggeleng menatap Rafael, "Lo gak salah El, mereka yang jahat" ucap Naya membuat Rafael mengangguk.

"Kangen tau..." rengek Naya membuat Rafael terkekeh mendengarnya.

"Nih gue udah disini" sahut Rafael membuat Naya semakin memeluknya erat.

"Jangan ada yang pergi lagi..." lirih Naya. Rafael hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Masuk gih, hujannya tambah deras Nay. Nanti lo demam" bujuk Rafael namun Naya tetap menggeleng.

"Masih kangen... biarin gini dulu" rengek Naya membuat Rafael menghela napas pasrah.

Kedua insan tersebut hanya diam sambil memeluk satu sama lain, menyalurkan rasa rindu mereka masing-masing. Guyuran air hujan dan hembusan angin menemani keduanya. Meskipun tubuh mereka basah karena air hujan, berbeda dengan hati Rafael. Hatinya terasa menghangat ketika bersama dengan orang yang dia sayang.

"Udah ya peluknya? Nanti takut demam." Bujuk Rafael membuat Naya melepaskan pelukannya.

Rafael terkekeh melihat wajah Naya yang cemberut ditambah hidung dan matanya yang memerah akibat menangis. Rafael menoel hidung Naya, "Jelek!" Ucapnya kemudian tertawa.

"Biarin! Ini semua juga gara-gara lo!" Dumel Naya kesal.

"Yaudah masuk sana, gue mau turun" ujar Rafael.

"Lewat pintu kamar gue kenapa? Hobi banget manjat kayak monyet" Tukas Naya membuat Rafael mendelik kearahnya.

"Enak aja ngatain gue monyet!" Sungut Rafael.

"Emang bener kan? Sekarang gue tanya sama lo. Tadi lo naik lewat mana?" Tanya Naya.

"Tuh pohon" jawab Rafael menunjuk pohon disamping balkon Naya.

"Nah, monyet sukanya gelantungan dimana?" Tanya Naya lagi.

"Pohon" jawab Rafael polos.

"Nah! Berarti sama kan? Fix lo spesies mereka!" Ujar Naya kemudian masuk kedalam kamarnya diikuti Rafael yang tidak terima dengan ucapan Naya.

"Enak aja! Amit-amit gue!"

Naya membuka pintu kamarnya seketika dirinya terkejut karena keberadaan Alan, Venus, dan Reno di depan pintu kamarnya. Sedangkan Daniel berada di lantai bawah bersama Aida dan Zein yang sudah pupang dari pengadilan.

Without Female Friends✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang