6. Perkara Bakso

5.4K 436 16
                                    

Assalamualaikummm!
Warning:● Banyak typo bertebaran!
● Kata-kata kasar!
Jadi bijak dalam membaca! Oke?

Don't Forget vote and coment!
Happy Reading!!
.

.

.

Keempat mahasiswa dan satu mahasiswi sedang berada di kantin, mereka sedang mengisi perut mereka yang kelaparan setelah mendengarkan ocehan dan bacotan dari dosen mereka. Ya siapa lagi kalo buka Naya, Verrel, Zaki, dan Gibran.

"Eh tugas dari pak Dandi gimana? Lumayan kalo makalahnya kita terbaik, nilai gue nambah 25 point" Tanya Gibran memecah keheningan.

"Lo kalo lagi makan gausah bahas pelajaran bisa gak? Kepala gue puyeng bangsat!" Kesal Zaki sambil mencomot kentang goreng milik Gibran.

"Punya gue itu anjir! Ngapa lo ambil. Gak ikhlas gue, nanti lo bakal sakit perut terus mati!" Kesal Gibran dan menyumpah serapahi Zaki. Zaki langsung mengeluarkan kentang goreng dimulutnya dan meletakkannya pada tissue.

"Jorok ih!" Celetuk Naya melihat Zaki mengeluarkan kentang gorengnya.

"Lo nyumpahin gue mati!" Kesal Zaki.

"Maybe" jawab Gibran santai dan memakan kentang gorengnya.

"Bisa diem gak!" Ucap Verrel dingin.

Seisi kantin langsung ricuh ketika tiga orang memasuki kantin, mereka bersorak heboh. Naya, Zaki, Verrel, dan Gibran melihat ke arah pintu kantin dimana terdapat tiga pria tampan yang sedang berjalan ke arah mejanya. Naya memutar bola matanya malas Naya yakin jika abang dan teman-temannya yang membuat seisi kantin heboh.

Ya! Yang memasuki kantin adalah Alan, Niko, dan Zidan. Mereka merupakan most wanted diatas Verrel, Zaki, dan Gibran. Alan langsung berjalan ke arah meja Naya yang cukup luas dan cukup untuk delapan orang. Alan langsung duduk di samping Naya dan memeluk pinggang Naya tidak lupa mengecup singkat pipi Naya.

Seisi kantin dibuat cengo dan tidak percaya, bagaimana bisa seorang Alan yang dikenal dingin dan tak tersentuh, sekarang mengecup pipi seorang gadis yang notabennya adalah mahasiswi baru? Teman-teman Naya juga cengo, termasuk Verrel yang menatapnya tidak percaya. Berbeda dengan Niko, dan Zidan, mereka bersikap biasa saja karena mereka berdua sudah mengetahui bahwa Naya adalah adik Alan.

"Abang kenapa sih, nanti kalo mereka semua curiga gimana?" Bisik Naya sangat pelan dan hanya di dengar Alan.

"Santai aja princess, emangnya kenapa kalo mereka semua tau kalo princess adik abang?" Tanya Alan ikut berbisik sambil mengusap lembut rambut Naya.

"Naya gamau bang, Naya gamau mereka tau. Biarin nanti Naya yang bongkar sendiri" ujar Naya.

"Oke, terserah kamu aja. Nanti pulang bareng abang" ucap Alan.

"Mobil Naya?" Tanya Naya.

"Gampang, pokoknya Naya pulangnya sama abang" final Alan membuat Naya menganggukkan kepalanya.

"Good girl!" Ujar Alan dan mengecup pipi Naya.

"Udah bang ih" kesal Naya.

"Ekghem! Ada orang disini woy!" Celetuk Zidan.

Naya menoleh ke arah Zaki, Verrel, dan, Gibran yang juga sedang menatapnya seakan meminta penjelasan. Naya hanya meringis melihat tatapan mereka apalagi seisi kantin yang sedang menatapnya.

"Masih mau ngeliatin atau besok mata kalian udah gaada!" Ucap Alan dingin kepada seisi kantin. Seluruh mahasiswa dan mahasiswi langsung kembali pada kegiatan masing masing. Mereka tidak mau berurusan dengan seorang Alandro Gevandry Daqweal Sanata, anak pemilik kampus.

Without Female Friends✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang