24. Kemarahan Alan

3.2K 237 0
                                    

Assalamualaikummm!
Warning:● Banyak typo bertebaran!
● Kata-kata kasar!
Jadi bijak dalam membaca! Oke?

Don't Forget vote and coment!
Happy Reading!!
.

.

.

"Dimana Princess?!" Terlihat raut wajah khawatir dari seorang pria gagah dan tampan yang baru saja datang dengan napas yang memburu. Di bekalangnya juga sudah ada dua pria yang datang bersamanya.

"Dokter masih belum keluar" jawab Niko.

"Shit! Kenapa bisa gini?!" Pria itu mengacak rambutnya frustasi.

"Lo tenang Lan, princess pasti baik-baik aja" ucap Reno menepuk pundak Alan.

Alan menatap ketiga teman Naya yang raut wajahnya terlihat khawatir. "Kenapa Naya bisa gini?! Kalian gak jagain dia huh?!" Tanya Alan mencengkram kerah baju Gibran, sorot mata tajam itu menatap ketiganya. Reno dan Niko yang melihatnya berusaha melerai dan memenangkan Alan.

"Kendaliin emosi lo anjir! Ini rumah sakit!" Ucap Niko berusaha melepaskan cengkraman tangannya yang bertengger di kerah baju Gibran.

"Kita juga gatau bang, awalnya Naya ijin ke toilet sama kita" ujar Verrel.

"Dia juga gamau kita temenin bang" timpal Zaki.

"Maafin kita bang gabisa jaga Naya" ujar Gibran dengan tatapan bersalahnya.

Ceklek!

Semua pandangan mereka teralihkan pada pria dengan jas putih kebanggaannya yang baru saja keluar dari ruang UGD.

"Bagaimana keadaan sepupu saya dok?" Tanya Reno mewakili Alan. Karena tidak mungkin Alan mengatakan jika Naya adalah adiknya, bisa-bisa identitas Naya akan terbongkar.

"Pasien baik-baik saja, pasien hanya kelelahan saja dan sepertinya pasien mengalami benturan hingga membuat kepalanya sedikit memar. Tetapi tidak ada yang mengkhawatirkan" ujar Dokter itu panjang lebar membuat semuanya menghela napas lega setelah mendengar penuturan dari dokter tersebut.

"Apa kami boleh menjenguknya dok?" Tanya Alan.

"Sebaiknya setelah di pindahkan keruangan inap" semuanya mengangguk. "Maaf Tuan Alan, apa saya boleh bertanya? Apakah pasien di dalam adalah kerabat anda?" Tanya dokter itu hati-hati. Siapa yang tidak mengenal seorang Alan Gevandry Daqweal Sanata, anak dari pengusaha sukses.

"Dia sepupu dari teman saya" jawab Alan datar dan tentu saja berbohong, dan bodohnya dokter itu mengangguk percaya.

"Baiklah saya permisi" pamit dokter itu dan berlalu meninggalkan ketujuh pria tersebut. Setelah dokter itu pergi, dua orang suster menarik brankar Naya keluar dari ruang UGD menuju ruang VIP. Ketujuh pria itu mengikutinya dan terus menatap Naya yang masih setia memejamkan matanya dengan wajah dan bibirnya yang pucat.

Ketujuh pria itu sudah berada di ruangan VIP yang ditempati Naya. Verrel, Alan, Niko, Zidan, Zaki, dan Gibran duduk di sofa yang berada di ruangan tersebut, sedangkan Reno duduk di kursi samping brankar Naya. Dia menggenggam tangan mungil yang dingin itu dan menatap Naya dengan tatapan sendu, dirinya merasa bersalah karena tidak bisa menjaga Naya.

Alan sendari tadi mengusap wajahnya kasar, sialnya Alan tidak sanggup berdekatan dengan Naya dalam keadaan Naya yang terbaring lemah. Alan tidak sanggup menatap wajah adiknya yang pucat pasi.

"Ceritain ke gue gimana kronologinya!" Ucap Alan menatap Niko. Niko mengambil napas panjang dan menceritakan semuanya.

Flashback on:

Without Female Friends✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang