Assalamualaikummm!
Warning:● Banyak typo bertebaran!
● Kata-kata kasar!
Jadi bijak dalam membaca! Oke?Don't Forget vote and coment!
Happy Reading!!
..
.
Setelah mengantarkan Naya, Verrel mengunjungi rumah temannya yaitu Zaki karena mereka sudah berencana untuk berkumpul bersama. Sudah biasa mereka bergantian menginap.
"Lo kenapa Rel? Muka lo kusut gitu?" Tanya Zaki heran.
"Belom di setrika kali" sahut Gibran yang fokus membalas pesan dari para ceweknya. Pakboy emang!
"Gue bingung" jawab Verrel menatap kosong kearah depan.
"Bingung kenapa lo? Gak biasanya lo bingung" heran Gibran diangguki Zaki.
Verrel hanya diam dan merebahkan dirinya di kasur Zaki. Verrel bergelud dengan pikirannya, dia menyesal telah memberitahukan identitas Naya kepada Bokapnya. Dan mendengar ucapan Papanya tadi membuat Verrel bingung, Verrel tidak mungkin melakukan apa yang di minta oleh papanya. Sudah cukup selama ini dia dijadikan boneka demi kepentingan papanya sendiri. Sudah cukup! Verrel sudah muak dengan papanya!
"Yeuu di tanya malah diem! Susah bicara sama patung pancoran!" Sunggut Gibran jengah.
"Cerita Rel! Lo nganggep kita apaan?" Tanya Zaki ikut kesal.
"Nanti" ucap Verrel singkat membuat kedua temannya menghela napasnya lelah. Sudah biasa mah mereka menghadapi sikap sahabatnya itu.
Apa gue harus menjauh dari Naya demi keselamatan dia? Papa gak akan diem aja kalo gue nolak permintaannya, justru dia akan nekat--batin Verrel frustasi.
Verrel benar-benar bingung, apa yang harus dia lakukan sekarang? Verrel tau betul bagaimana sikap Ardan, dia akan melakukan hal apapun demi mendapatkan apa yang dia inginkan. Verrel tidak ingin orang yang dia sayang dilukai oleh papanya sendiri.
"Arghhh!!" Verrel menjambak rambutnya frustasi. Kedua sahabatnya hanya geleng-geleng kepala melihat Verrel, mereka lebih memilih diam. Percuma mereka bertanya jika Verrel tidak ingin bercerita kepada mereka.
Kayaknya gue harus jauhin Naya, itu yang terbaik--batin Verrel.
______________________________"Ada tugas buat kamu!" Ucap seseorang kepada lawan bicaranya di telepon.
"....."
"Kamu hanya perlu memantau seseorang dan jika waktunya sudah tepat, kamu bawa dia kehadapan saya!" Ucap orang itu dengan senyum miringnya.
"...."
"Nanti saya kirim fotonya" setelah itu sambungan telepon terputus.
"Kita lihat Zein, apa yang akan kamu lakukan kali ini" ucapnya menyeringai.
______________________________Malam ini Naya sedang berdiri di balkon kamarnya menikmati hembusan angin yang menerpa kulitnya. Angin malam yang dingin tidak membuat Naya kedinginan, Naya membiarkan rambutnya yang beterbangan. Naya menatap nanar pada sebuah foto yang dia pegang dimana terdapat tiga orang gadis yang sedang tertawa bersama.
"Gue kangen lo Man, kenapa lo harus ninggalin gue. Lo tau Man? Setelah lo pergi, Salsha jahat sama gue. Dia ngerebut Iyan dari gue" Ucap Naya bermonolong dengan air mata yang mengalir di pipinya.
"Sakit Man. Di saat gue terpuruk, biasanya gue selalu cerita sama lo. Lo selalu ada buat gue, tapi kenapa lo pergi secepat itu?" Lirih Naya kemudian menghapus kasar air matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Without Female Friends✅
Teen Fiction"Menurut gue temen cewek itu gak asik!" Itulah yang selalu diucapkan Naya ketika ada yang bertanya kepadanya kenapa tidak berteman dengan perempuan. Naya, gadis cantik namun bar-bar yang tidak pernah takut dengan siapapun kecuali Allah. Gadis dengan...