21. Friendzone

3.3K 249 6
                                    

Assalamualaikummm!
Warning:● Banyak typo bertebaran!
● Kata-kata kasar!
Jadi bijak dalam membaca! Oke?

Minal aidzin wal faidzin semuaaaaa🙏 Taqabbalallahu minnaa waa minkum......
Maafin Author ya kalo ada salah:)

Don't Forget vote and coment!
Happy Reading!!
.

.

.

Jatuh cinta kepadamu sudah menjadi anugerah terindah untukku, meskipun aku tidak ditakdirkan untuk memilikimu

_Verrel Geabil Ardana_


"Abang kenapa sih pake ikut campur!" Kesal Naya dan mendudukkan dirinya kasar di sofa rooftop. Naya tidak habis pikir dengan abangnya ini yang mengatakan bahwa Naya adalah gadisnya di depan orang tua Sesil.

Alan memang mengajak Naya ke rooftop agar tidak di banjiri pertanyaan oleh mahasiswa maupun mahasiswi lainnya. Maklum Netijen!

Mereka tidak berdua, Niko, Zidan, Verrel, Gibran dan Zaki juga berada disana. Rooftop sudah menjadi tempat mereka untuk bersantai.

"Apa abang akan biarin kamu mau ditampar sama wanita sialan seperti dia?" Ujar Alan yang menatap wajah kesal adiknya itu.

"Ya tapi gak usah ikut campur juga! Naya kan bisa atasi sendiri! Pake ngaku-ngaku jadi pacar Naya lagi! Naya males ya harus berurusan sama fans abang!" Dumel Naya kesal dan mengerucutkan bibirnya yang terkesan lucu menurut mereka semua.

"Udah ngomel nya?"

"Ih abang ngeselin! Tau ah males!" Naya berdiri dan menghentak-hentakkan kakinya setelah itu melenggang meninggalkan rooftop.

"Princes mau kemana?" Tanya Alan mencekal tangan Naya.

"Bukan urusan abang! Awas kalo ngejar Naya! Naya pastiin hancur tuh muka!" Ketus Naya menatap tajam Alan dan menyentak tangan Alan yang mencekal tangannya.

"Buset nyeremin!" Ujar Zaki bergidik ngeri.

Alan mengehembuskan napasnya lelah, "salah lagi kan gue" gumamnya.

"Inget prinsip Lan! CEWEK SELALU BENAR!" Pekik Zidan tepat di telinga Niko.

"Suara lo anjing!" Umpat Niko menutup telinganya dan menatap nyalang Zidan.

"Suara gue merdu kali!" Cerca Zidan.

"Merdu pala lo! Rusak gendang telinga gue!" Sunggut Niko kesal sedangkan Zidan hanya mengedikkan bahunya acuh dan lebih memilih memainkan ponselnya.

"Dosa gak sih kalo bunuh orang?"
______________________________

Naya berjalan tidak tentu arah, dia bingung harus kemana, ingin pulang tapi masih ada kelas. Naya sangat sangat kesal dengan abangnya itu! Kalo bukan abang udah Naya lempar ke laut! Naya lebih memilih ke taman belakang dan duduk di atas rumput dibawah pohon besar, padahal disana tersedia kursi taman. Ada kursi tapi gak dipake neng!

"Ih ngeselin banget sih abang! Untung abang kalo bukan udah gue habisin!" Gerutu Naya sambil melempar batu kerikil yang berada di dekatnya.

"Ngomel mulu perasaan" suara seseorang membuat Naya menoleh ke belakangnya dan mendengus. Naya benci dengan wajah datarnya.

"Jangan pake perasaan! Gak enak!" Ujar Naya kembali menatap lurus. Pria itu terkekeh mendengar penuturan Naya.

"Curhat neng?" Tanya Verrel yang sudah duduk di samping Naya.

"Gak!" Ketus Naya.

"Jangan marah mulu, cepet tua tau rasa!" Ujar Verrel membuat Naya menoleh kearahnya dan berdecak.

"Muka lo ngeselin banget sih! Gue kan udah bilang kalo sama gue tuh muka biasa aja!" Dumel Naya dan membuang mukanya.

"Iya iya, bawel!"

"Nih mau gak?" Verrel mengeluarkan satu cup es krim yang sempat dia beli di kantin. Dia memang sengaja membelinya untuk Naya. Naya hanya melirik sekilas kepada Verrel dan es krim di tangannya tanpa minat.

"Gak mood gue" ucap Naya.

"Gue denger es krim bisa balikin mood" ucap Verrel membuat Naya menoleh ke arahnya.

"Teori dari mana?" Tanya Naya namun Verrel mengedikkan bahunya tidak tau.

"Sendirinya yang bilang tapi malah gatau" gumam Naya yang masih bisa di dengar oleh Verrel.

"Sehari gak ngedumel gabisa ya?" Tanya Verrel jengah.

"Banyak orang ngeselin di deket gue! Gaenak kalo gak ngomel!" Ujar Naya membuat Verrel mengangguk saja. Kalo diladenin bisa panjang urursannya ntar.

"Jadi gamau nih es krim nya?" Naya menggeleng, dengan terpaksa Verrel membuang es krim itu ke tempat sampah. Kenapa dibuang astagfirullah! Kasi Author aja, gak nolak sumpahh!!

Hening!

Naya yang sedang memejamkan matanya menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya yang membuat helaian rambutnya berterbangan. Verrel terus saja bergelud dengan pikirannya yang sedang menyusun kata-kata. Sesekali dia melirik ke arah samping dimana gadis cantik yang sedang memejamkan matanya dengan helaian rambutnya yang berterbangan membuat kecantikannya meningkat berkali-kali lipat.

Gimana gak makin cinta kalo gini--batin Verrel.

"Nay boleh gue ngomong?" Tanya Verrel hati-hati. Sepertinya keberaniannya sudah terkumpul.

"Kenapa pake ijin?" Tanya Naya balik dengan mata yang masih terpejam.

"Gapapa"

"Aneh lo!"

"Janji sama gue, setelah gue ngomong ini lo gaakan ngejauh dari gue" ucap Verrel serius dan menatap Naya lekat.

Naya menolehkan kepalanya, "Mau ngomong apa?" Tanyanya.

"Janji dulu sama gue!" Ucap Verrel.

"Iya janji!" Jawab Naya.

"Kalo gue bilang, gue suka sama lo gimana Nay?"

Naya diam, dia menatap Verrel tidak percaya. Inilah yang Naya tidak suka jika berteman dengan cowok, tetapi dia lebih tidak suka dengan sahabat perempuan. Cukup satu kali saja Naya dikhianati. Naya bingung, benar-benar bingung harus menjawab apa sekarang. Naya hanya menganggap Verrel itu teman, atau lebih tepatnya sahabat tidak lebih! Sekarang Naya harus bagaimana?

"Rel..." lirih Naya menatap Verel sendu.

"Gue tau Nay, lo nganggep gue temen. Lo gak nerima gue gapapa kok. Gue gak maksa lo, gue cuman ngungkapin perasaan gue sama lo" ujar Verrel membuat Naya merasa bersalah.

"Gue gak tau kapan rasa ini muncul, awalnya gue ngira perasaan ini hanya sebatas sahabat atau kakak-adik. Tapi ternyata gue ngerasainnya beda Nay, lo yang udah bikin jiwa dingin gue jadi menghangat. Gue sayang sama lo Nay" Naya hanya diam memberikan waktu untuk Verrel mengutarakan semuanya.

"Tapi please! Setelah kejadian ini, apapun jawaban lo, jangan jauhin gue. Gue gak suka lo ngejauh dari gue. Tetep jadi Naya temen gue" lirih Verrel menggenggam tangan Naya.

Naya tersenyum, "Gue berterimakasih sama perasaan lo, tapi maaf gue gabisa balas perasaan lo Rel. Gue nganggep lo temen gue lebih tepatnya seorang kakak bagi gue. Gue gak akan menjauh dari lo kok, gue janji" ujar Naya.

Verrel hanya mengangguk, rasanya dia sudah mengerti bahwa perasaannya terjebak dalam Friendzone. Gak enak? Jelas! Tetapi Verrel memaklumi jika cinta tidak harus selamanya memiliki.

"Boleh gue peluk lo?"


Huuuu, Verrel sadboy:(
Kejebak Friendzone gak enak banget tau! Sakit, hiks
Gimana nih? Menurut kalian cerita ini gimana sih?
Oh! Iya, terimakasih yang sudah baca sampai sejauh ini!! Jangan lupa Vote & Coment dulu yaa!!!
See you!!!!

Without Female Friends✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang