Assalamualaikummm!
Warning:● Banyak typo bertebaran!
● Kata-kata kasar!
Jadi bijak dalam membaca! Oke?Don't Forget vote and coment!
Happy Reading!!
..
.
"ARRGHHH!" Reno memukul dinding kamarnya berkali-kali, Persetan dengan tangannya yang sudah membiru bahkan mengeluarkan darah.
"Bego lo Ren! Bego! Pengecut!" Umpat Reno pada dirinya sendiri dengan terus memukul dinding kamarnya sebagai samsak untuk meluapkan emosinya.
Naya yang mendengar dari luar pintu kamar Reno panik, "Ren! Buka pintunya! Lo jangan gila!" Teriak Naya menggedor pintu kamar Reno.
"Kenapa dikunci sih!" Geram Naya. Naya tidak ingin Reno berbuat hal nekat seperti pertama kali Reno mendengar kabar bahwa Manda sudah meninggal. Tidak! Naya tidak akan membiarkan Reno untuk melukai dirinya sendiri. Jika itu sampai terjadi, makan Naya akan menyalahkan dirinya karena telah membuat Reno mengingat sahabatnya itu.
"Ren! Pliss buka! Lo jangan aneh-aneh ya!" Peringat Naya terus menggedor pintu Reno, namun sepertinya Reno menulikan pendengarannya.
"Oke fine gue harus dobrak nih pintu" final Naya dan mengambil ancang-ancang untuk mendobrak namun belum sampai tubuhnya menyentuh pintu, ada tangan kekar yang menahannya.
"Mau ngapain?" Tanya orang itu membuat Naya mendongak menatapnya. Pandangannya terkunci pada manik hitam legam milik orang itu, sial! Ada apa dengan jantungnya kali ini.
Naya tersadar kemudian berkata "R-reno Tha, gue takut dia ngelakuin hal yang, Arhhh bantuin dobrak pintunya!" Ucap Naya yang sudah frustasi.
Atha pun mendobrak pintunya, Naya masuk tergesa-gesa. Pandangannya terhenti pada Reno yang terus memukul dinding kamarnya, tidak peduli dengan tangannya yang sudah berdarah bahkan berceceran di lantai.
"Reno stop!" Pekik Naya namun Reno tidak memperdulikannya dan terus memukul dinding di hadapannya.
Naya menghampiri Reno dan menahan tangannya, "Minggir lo!" Sentak Reno tanpa sadar membuat Naya terkesiap, namun Naya mengerti sekarang Reno sedang diselimuti oleh emosinya.
Nafas Reno memburu, dadanya naik turun. Naya menatap Reno teduh ketika Reno menatapnya. "Pukul gue, lampiasin emosi lo sama gue. Jangan sakitin diri lo sendiri" ucap Naya menatap Reno lekat. Atha hanya menatap keduanya di ambang pintu.
"Pliss jangan bodoh Ren, dengan lo nyakitin diri lo gini, gak akan mengubah takdir. Bukan cuma lo yang ngerasa kehilangan, gue juga" ujar Naya kemudian melepaskan tangan Reno yang sebelumnya dia tahan.
Naya menakup kedua pipi Reno, "Pliss, jangan buat gue ngerasa bersalah untuk kedua kalinya" lirih Naya menundukkan kepalanya, bahkan air matanya sudah lolos begitu saja.
Reno menarik dagu Naya untuk menatapnya, "Maaf" ucap Reno dan langsung menarik Naya kedalam dekapannya, mengecup beberapa kali pucuk kepala Naya. Reno sadar, tidak hanya dirinya yang merasa kehilangan. Naya juga merasa kehilangan sahabatnya dan tentu itu sangat berpengaruh pada Naya.
Inilah sisi lain dari Reno. Jika kalian mengira selama ini Reno adalah orang yang ceria dan periang, jelas kalian salah! Itu hanya topeng Reno untuk menutupi luka yang selama ini dia pendam. Jauh dari kata itu semua, Reno adalah cowok rapuh namun sebisa mungkin dia menyembunyikannya.
Nyatanya, orang yang paling tertawa keras adalah orang yang paling dalam menyimpan luka.
"Jangan buat gue takut Ren, udah cukup gue kehilangan orang yang gue sayang. Gue gamau lagi" ujar Naya mengeratkan pelukannya kepada Reno.
KAMU SEDANG MEMBACA
Without Female Friends✅
Teen Fiction"Menurut gue temen cewek itu gak asik!" Itulah yang selalu diucapkan Naya ketika ada yang bertanya kepadanya kenapa tidak berteman dengan perempuan. Naya, gadis cantik namun bar-bar yang tidak pernah takut dengan siapapun kecuali Allah. Gadis dengan...