54. Rafael?

1.9K 249 26
                                    

Double up nih gaisss!!!
Happy reading yah
Jangan lupa tekan bintangnya dulu:)

●●●
Semua orang menunggu dokter keluar dari ruangan Naya, karena menangis membuat luka jahitan di perut Naya kembali terbuka.

Sudah setengah jam mereka menunggu akhirnya dokter yang bertugas keluar dari ruangan.

"Bagaimana keadaannya dok?" Tanya Zein mewakili.

Dokter itu tersenyum, "tidak ada yang perlu dikhawatirkan, Tuan. Lukanya hanya terbuka sedikit dan sekarang sudah baik-baik saja" jelas dokter tersebut membuat semuanya bernapas lega.

"Terimakasih" ujar Aida membuat dokter itu mengangguk.

"Pasien sudah bisa dijenguk kembali, kalau begitu saya permisi" pamit dokter tersebut diangguki oleh semuanya.

Satu-persatu dari mereka mulai memasuki ruangan Naya kembali. Pemandangan pertama yang mereka lihat adalah Naya yang duduk bersandar di kepala ranjang, namun pandangannya kosong ke depan.

Zein dan Aida mendekat kearah Naya, "Princes..." panggil Aida membuat Naya menoleh bersamaan dengan air matanya yang mengalir.

Aida mengusap lembut surai anak gadisnya itu. "Nangis aja dulu supaya kamu tenang, sayang" ujar Aida lembut.

Teman-teman Naya, Alan, dan Reno hanya diam memperhatikan interaksi Naya dengan kedua orang tuanya.

Tatapan Naya beralih menatap Zein, "Dad, Naya mohon cari El" pinta Naya membuat semuanya mengernyit bingung.

"El, di dorong ke jurang sama orang suruhan Bianca" ujar Naya membuat semua orang yang berada disitu membulatkan matanya.

"Hiks, Naya yakin El masih hidup. Tapi.."

"Tapi kenap, princess?" Celetuk Reno dengan wajah paniknya.

"Mobil itu, terbakar hiks. Tapi Naya yakin El masih hidup. Dad, tolong cari El sampai ketemu hiks,  Naya gak mau kehilangan El" Naya semakin sesugukan. Zein mendekat dan memeluk putrinya.

"Daddy bakal nyari El sampai ketemu, princess. Hidup atau mati" sahut Zein mengecup pucuk kepala Naya.

"Semuanya salah Naya, Dad. Naya yang ceroboh, sekarang El juga jadi--"

"Suttt, udah. Jangan menyalahkan diri kamu sendiri, daddy pastiin El akan selamat. Sekarang kamu istirahat aja ya?" Zein melepas pelukannya dan menatap putrinya itu.

Naya menggeleng, "Mau pulang..." rengek Naya. "Naya gak mau disini, bau!" Ujar Naya mengerucutkan bibirnya membuat semuanya ingin tertawa.

"Nanti ya? Setelah kamu benar-benar pulih" ucap Zein membujuk namun tetap mendapat gelengan kepala dari Naya.

"Gamau! Naya mau pulang.... abang Naya mau pulang gamau disini" rengek Naya menatap Alan. Sedangkan Alan hanya diam dengan wajah datarnya.

"Ihhh abang nyebelin! Mommy--"

"No!! Kamu butuh pengawasan dokter! Masion mommy kunci biar kamu gak pulang!" Tegas Aida memotong ucapan Naya.

"Ke apartemen aja, kan itu punya Naya" ujar Naya.

"Apartemen kamu abang sita!" Sahut Alan cepat membuat Naya membulatkan mulutnya.

"Enak aja! Itu punya Naya ya!" Sungut Naya tak terima.

"Tapi abang berhak juga atas apartemen itu!" Tekan Alan tak mau kalah.

"Dad, tuh abang tuh!" Adu Naya menggoyangkan lengan Zein seperti anak kecil membuat semuanya tertawa.

Without Female Friends✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang